Keesokan harinya, seperti yang dijanjikan oleh Mahesa, dirinya menjemput Indira untuk diajak ke makam ibu. Sesampainya di komplek pemakaman, Indira berjalan mengiringi Mahesa yang lebih dulu berjalan menuju makam. Indira berjongkok di samping sebuah makam seraya memanjatkan doa, Mahesa melakukan hal yang sama.
“Sa, boleh gue nanya?”
“Apa?”
“Ibu meninggal karena apa?”
Mahesa terdiam. Tatapannya masih fokus pada pusara yang sudah tertutup bunga tabur dari Indira. Bingung seketika menghampiri Mahesa. Bukannya tidak mau menjawab, hanya saja Mahesa bingung harus mulai darimana.
“Sakit. Ibu meninggal karena sakit.” Seutas kalimat itu yang akhirnya menjadi jawaban Mahesa.
Indira mengangguk. Sudah cukup, Indira tidak akan menuntut penjelasan lebih lanjut jika Mahesa memang tidak ingin menjelaskannya. Selepas dari makam, keduanya menyempatkan diri untuk makan siang terlebih dahulu di salah satu kafe, sebelum Mahesa mengajak Indira ke kelab.
“Kamu beneran mau ikut ke sini? Enggak pulang dulu aja?”
Indira menggeleng seraya melepaskan helmnya. “Gue mau bilang maaf dan terima kasih ke Pak Rudi.”
Mahesa menggandeng tangan Indira memasuki kelab. Suasana masih sepi dan hanya beberapa petugas kebersihan masih menyapu dan mengepel lantai. Pandangan Mahesa beralih ke meja bar, dan di sana—seperti biasanya—Raga sibuk memastikan stok minumannya cukup untuk malam ini.
“Hai, Ga.”
“Hei, Sa! Gila lo ya, resign enggak bilang-bilang. Kata Pak Rudi—Njir! Ngapain mbak-mbak ini ke sini lagi?” pekik Raga.
“Kenalin, Ga. Namanya Indira.”
Indira tersenyum seraya mengulurkan tangannya untuk Raga.
“Calon istri gue.”
“Hah?!” Raga melotot kaget dan langsung menarik tangannya. Disambarnya lengan Mahesa dan menariknya meenjauh dari Indira. “Lo lagi bercanda, kan? Kok bisa lo mau kawin sama dia?”
“Ya, namanya cinta, Ga,” bohong Mahesa.
“Cinta? Lo kalau bohong ya kira-kira, Sa.”
“Cinta pada pandangan pertama, Ga.”
Raga mendecih kesal. Masih tidak percaya dengan jawaban yang diberikan oleh Mahesa.
“Lho! Mbak Indira, ya?”
Mahesa dan Raga menoleh kembali pada Indira yang disapa seorang petugas kebersihan. Petugas itu segera mengambil kertas dari saku celananya dan memberikan pada Indira untuk ditanda tangani. Setelah itu meminta swafoto bersama. Kejadian yang berhasil membuat kening Raga mengkerut dalam.
“Ngapain si Ilham minta foto sama dia?”
Mahesa terkikik geli mendengar kalimat Raga. “Ternyata lo sama gue, masih kalah sama bapak dan Ilham yang tahu siapa Indira.”
“Maksudnya?”
Mahesa mengeluarkan ponselnya dan mengetik nama Indira di sana, lalu menyerahkan ponsel itu pada Raga.
“Hah? Dia artis?”
“Iya. Gue juga baru tahu pas ketemu sama Indira di ruangannya Pak Rudi yang kemarin itu.”
“Gila! Lo pake pelet apaan, Sa? Bisa ngegaet cewek kayak Indira? Bagi-bagilah rahasia lo!”
“Enak aja! Siapa juga yang pake pelet?”
Raga memicingkan matanya menatap Mahesa dan Indira bergantian. “Ada yang aneh! Ada yang aneh antara lo sama Indira.”
“Apanya yang aneh? Gue dan Indira sama-sama sayang, terus nikah. Di mana anehnya?”
“Anehnya, lo baru berapa hari ini kenal Indira! Terus tiba-tiba lo resign, semua hutang lo di Pak Rudi katanya juga lunas.” Raga mendekatkan bibirnya ke telinga Mahesa. “Lo jadi gigolonya Indira, ya?”
Gigolo, ya? Mirip, sih.
“Ehm, itu—”
“Keren lo, Sa!” teriak Raga sambil merangkul senang Mahesa. “Bisa nih, kenalin gue sama temennya Indira. Capek juga nih, jadi bartender mulu. Kayaknya jadi gigolo boleh juga!”
“Apaan deh lo! Gue sama Indira—”
“Stop! Lo enggak perlu jelasin ke gue. Entah apapun yang terjadi antara lo sama Indira, lebih sedikit gue tahu, itu lebih baik. Kalau memang ada keadaan yang mengharuskan lo nikah sama Indira, gue turut bahagia buat lo, Sa.”
“Ga—”
“Beneran, Sa,” ujar Raga dengan senyum tulus. “Gue denger dari Pak Rudi, lo juga mau ngelanjutin kuliah lagi, ya?”
“Iya, gue kuliah nyambi kerja di kantor papanya Indira. Rencananya sih gitu,” bohong Mahesa lagi—dia semakin ahli—padahal belum tentu diterima oleh papa.
“Wah, cocok tuh! Jadi gelar sarjana dan dokter lo enggak kebuang. Eits! Jangan lupa sama gue ya kalau udah sukses!”
Setelah menunggu dua jam, akhirnya Pak Rudi datang. Mahesa dan Indira langsung menemui beliau dan menyampaikan ucapan maaf dan terima kasih. Setelah itu, keduanya melaju pulang menuju apartemen.
“Enggak kerasa ya, tanggal nikahan kita makin deket,” bisik Indira yang memeluk erat pinggang Mahesa di boncengan motor.
“Iya.”
“Lo mau bulan madu ke mana?”
“Kamu mau bulan madu untuk pernikahan bohongan kita ini?”
Indira mencebik. “Biar bohongan, tapi mesti tetep bulan madu!”
“Jadwal kamu?”
Indira menghela napas. Benar juga, dia belum merencanakan hal ini dengan Olive dan Adrian. Dulu, Adrian menolak bulan madu setelah menikah, alasannya klise, karena dia sibuk dengan pekerjaannya, begitu pula dengan Indira. Mau tidak mau, Indira setuju dengan keputusan Adrian. Namun sekarang lain cerita, pria yang akan menikah dengannya adalah Mahesa. Pria pengangguran—saat ini—yang sedang menyelesaikan tugas akhirnya.
“Lebih baik enggak usah. Lagipula aku juga harus daftar ulang buat kuliah semester depan.”
“Kapan lo mulai kuliah lagi?”
“Bulan depan.”
“Lo jadi kerja di kantornya papa?”
“Soal itu, aku belum yakin bisa bagi waktu buat kerja di sana. Sebagai gantinya, aku akan kerjakan semua pekerjaan mengurus apartemen kamu. Gimana?”
“Oh gitu.”
“O iya, kalau kamu emang mau bulan madu—”
“Enggak jadi. Kapan-kapan aja. Apa yang lo omongin bener, kita kan cuma pura-pura.”
Mendengar nada kecewa dalam kalimat Indira, seketika hati Mahesa diliputi rasa bersalah. Tapi dirinya juga tidak salah, kan? Semua ini hanya pura-pura, kan?
Namun satu yang tidak dimengerti hati Mahesa, Indira mengajaknya bulan madu bukan karena memang ingin berbulan madu. Indira hanya ingin beristirahat sejenak dari semua ini. Rentetan peristiwa sebulan terakhir ini, memaksanya untuk terus terjaga. Terus memikirkan, bagaimana menyelesaikan semuanya tanpa Adrian. Dan saat jalan keluar sudah didapatnya, yang diinginkan Indira hanya istirahat sejenak sebagai balasannya.
Mahesa hanya belum paham.
***
Cerita ini sudah berhasil ditamatkan di: w*****d (sebagian unpublished), k********a (Full Version), Innovel (Full Version).
Wattpad : bininyachrisevans
Innovel:bininyachrisevans
Karyakarsa:KOMOREBI
SEMUA BAB EKSTRA DAN SPIN OFF HANYA BISA DIBACA DAN DIUNDUH DI APLIKASI ATAU WEBSITE k********a!
.