Hari ini konfrensi pers mulai dilakukan, pertemuan itu melibatkan semua liga negara yang ada di dunia. Dunia ingin menyambut kehadiran Metahuman baru yang digadang-gadang memiliki kekuatan setara dengan 100 orang Metahuman biasa.
Profesor Tokuda beserta beberapa staffnya mulai berjalan memasuki ruangan konfrensi pers yang telah ramai dihadiri oleh media dan wartawan yang hendak meliput berita itu. Jendral Philip pun terlihat di sana berjalan beriringan bersama beberapa Metahuman.
"Hari ini kita akan umumkan kepada dunia jika kita telah kembali berhasil menciptakan Metahuman terkuat," ucap Jendral Philip pada Alan.
"Aku sedikit gugup Jendral, aku rasa ini terlalu berlebihan untukku," balas Alan yang kini memperhatikan sekelilingnya.
Semua media elektronik telah menyebarkan berita yang direkam secara langsung itu di seluruh dunia, warga dunia yang antusias dengan berita itu menyaksikan dengan penuh harapan. Dipimpin oleh jendral angkatan darat Amerika, Konfrensi pers itu dihadiri para petinggi dunia. Gemerlap cahaya dari kamera mengambil bagian dalam kesempatan tersebut, tak satupun kegiatan di sana yang terlewat oleh mata kamera. Semua perhatian tertuju pada Alan yang sedang berdiri di sebelah Jendral Philip yang sedang berpidato.
Setelah bebrapa sambutan yang keluar dari mulut Jendral Philip, Supersonic terlihat di sana melambaikan tangan ke arah kamera. Kini dunia telah mengetahui jika Metahuman terkuat itu adalah Alan, dari divisi penghancuran meteorit luar angkasa.
Di kediaman Charlos, sebuah apartemen yang tak jauh dari lokasi konfrensi pers itu, ia nampak melihat berita di televisi. Berita yang meliputi konfrensi pers itu berhasil membuatnya sedikit tersulut emosi.
"Sial, sekarang semakin sulit saja menyingkirkan orang itu, jika seperti ini, maka aku takkan bisa menjadi petinggi militer."
"Aaaaahh sial!" Charlos nampak melemparkan gelas yang sedang ia pegang ke arah kaca jendela.
Namun sesuatu terjadi ketika ia melakukan itu, sebuah gelombang kuat keluar dari tangannya dan sesuatu terjadi pada kaca jendela apartemennya itu. Angin besar masuk ke kamarnya.
"Apa? Apa ini?" Ekspresi wajahnya seketika berubah, alis matanya naik.
Sebuah lubang besar melubangi kaca apartemennya itu. Tanpa disangka sebelumnya, ia seperti mengaktifkan sebuah kekuatan baru dari dalam tubuhnya. Kemudian ia perlahan berjalan mendekati jendela yang telah berlubang itu.
"Bagaimana bisa? Aku tak menggunakan alat itu, bagaimana bisa aku melubangi kaca jendela ini?" Charlos nampak kebingungan dengan apa yang telah terjadi.
"Tunggu dulu, bukankah ini adalah sesuatu yang pernah dilakukan oleh Alan di lab penelitian? Apa jangan-jangan?" Charlos mulai melihat kedua tangannya yang kini seperti mengeluarkan sebuah cahaya merah.
"Tidak mungkin."
Seakan tak percaya dengan apa yang ia dapatkan siang itu, ia kemudian melompat dari kaca jendela apartemennya. Dan lagi-lagi sesuatu yang diluar dugaannya terjadi. Tanpa alat penyokong Metahuman, ia berhasil melayang dan terbang ke udara.
"Apa? Apa ini? Kekuatan apa ini? Hahaha, ini luar biasa," di atas udara ia memperhatikan kedua tangannya. Ia mencoba terbang lebih tinggi lagi dan berencana menembus awan.
Dengan kecepatan suara, ia melesat cepat bagaikan jet tempur menembus awan. Ia merasakan sesuatu terjadi pada dirinya, matanya mulai mengeluarkan cahaya merah, menandakan kekuatannya telah aktif secara tak sengaja.
"Ini luar biasa, aku bisa terbang menembus awan tanpa alat penyokong apapun, ini kekuatan yang di luar nalar, bagaimana bisa sebuah sinar menjadikan manusia seperti seorang Dewa," ucapnya yang kini melayang di atas awan.
Dari atas sana ia melihat pemandangan kota New York yang begitu ramai, yang kini di penuhi petinggi negara yang menghadiri konfrensi pers.
"Alan, lihat ini, sekarang aku bisa menandingimu, aku takkan biarkan kau selalu berada di atas. Kekuatan ini luar biasa," ucap Charlos dengan menyeringai.
"Apa kita coba saja di luar angkasa? Sepertinya akan lebih baik jika digunakan di sana."
Charlos melesat lagi menembus atmosfer Bumi dan berencana menguji kekuatannya itu. Ia bahkan terkena garis pelacak NASA ketika ia keluar dari atmosfer Bumi.
"Sebuah objek terdeteksi melewati atmosfer dengan kecepatan sangat tinggi," ucap seseorang yang berada di depan layar pengintai meteorit.
"Apa itu sebuah meteorit luar angkasa?" Tanya seseorang yang ada di sampingnya.
"Tidak, itu objek yang melesat meninggalkan Bumi," balasnya lagi.
"Bukankah tidak ada penerbangan luar angkasa tahun ini? Objek apa itu?"
Mereka dibuat bingung oleh Charlos yang kini semakin jauh meninggalkan Bumi. Ia semakin cepat meninggalkan Bumi. Ia mencari benda asing luar angkasa untuk ia hancurkan.
"Luar biasa, kecepatanku terus bertambah, dan aku bisa bernapas di ruang hampa ini," ucap Charlos yang kini mulai memfokuskan kedua tangan di pinggangnya.
Charlos mulai melihat area sekelilingnya yang dipenuhi hamparan bintang itu, meteorit luar angkasa terhampar dimana-mana.
Cahaya merah yang kini keluar dari kedua matanya, menandakan kekuatannya telah aktif. Ia mencari meteorit terdekat yang ada di hadapannya, setelah berada tepat dihadapan meteorit berukuran kecil, satu pukulan kuat di lancarkan oleh Charlos. Satu bongkahan batu meteorit kecil yang berdiameter 200 meter itu berhasil ia hancurkan menggunakan satu tangannya.
Dengan apa yang baru saja terjadi, tentu saja hal itu membuat Charlos menjadi sangat percaya diri dengan apa yang ia miliki saat ini.
"Hahaha, dengan kekuatan ini aku benar-benar bisa menandingimu," ucapnya dengan penuh keyakinan.
Ia melanjutkan aktivitasnya menghancurkan beberapa meteorit yang terdekat di sekitarnya. Setelah puas bermain-main menghancurkan meteorit. Akhirnya Charlos pun kembali ke Bumi. Kini ia akan menunjukkan kekuatannya itu jika sesuatu terjadi lagi, ia berharap kali ini namanya yang akan tersorot dunia dan bukan Alan.
"Kini semua orang akan memperhatikanku, akupun bisa lebih baik dari dia," ucap Charlos yang kini telah terlihat mendarat di Bumi dan mulai berjalan menuju apartementnya.
Setelah hari dimana konfrensi pers itu diadakan, dan kejadian yang dialami oleh Charlos, kini di tempat kediaman Profesor Tokuda, Profesor Tokuda nampak mengadakan sebuah perayaan menyambut temuan barunya itu. Di sana terlihat beberapa teman dan kerabatnya. Beberapa pasangan nampak terlihat di sana menggunakan jas mewah mereka masing-masing.
"Selamat Profesor Tokuda, aku tak menyangka kau bisa mewujudkan mimpi umat manusia," ucap salah seorang kerabatnya yang kini terduduk di sofa.
"Ini berkat semua kerja keras semua orang yang ada di lab penelitian. Dan juga tak lepas dari dana besar yang sering anda gelontorkan untuk lab penelitian kami," ucap Profesor Tokuda berbicara dengan seseorang yang ada dihadapannya.
Mark Henry adalah pemilik proyek super Metahuman ini. Ia adalah orang yang paling berjasa dalam penelitian Metahuman. Ia rela mengeluarkan jutaan bahkan miliyaran dolar untuk proyek ini. Pemilik perusahaan pengembangan robotik ini terkenal sebagai orang terkaya nomor 1 di Amerika. Proyek yang ia jalani ini tentunya selain untuk kepentingan bisnis, juga agar Bumi bisa diselamatkan dari benda-benda asing yang masuk tanpa permisi.
"Aku sangat senang jika itu untuk kepentingan ilmu pengetahuan Profesor, mari kita bersulang," ucap orang itu sembari mengangkat gelas yang kini ia pegang.
Sementara itu, Alan terlihat berada di halaman rumahnya bersama dengan seorang gadis. Mereka nampak membicarakan sesuatu.
"Jadi apa kali ini kau akan menunda lagi pernikahan kita?" ucap seorang yang memiliki mata biru dan rambut pirang itu.
"Maafkan aku, aku tak bermaksud mengundurnya lagi, tapi tugas kali ini begitu berat, aku sangat mencintaimu," ucap seorang laki-laki yang ternyata adalah Alan.
Jeanne adalah kekasih Alan saat ini, ia telah berkali-kali gagal melangsungkan pernikahan karena tugas yang Alan emban memanglah cukup berat. Alan tak bisa meninggalkan pekerjaannya itu, apalagi pekerjaannya itu berhubungan dengan keberlangsungan kehidupan di Bumi.
"Sekarang kau telah menjadi lebih kuat dari sebelumnya, aku tak bisa jika harus terus begini. Lebih baik kita akhiri saja hubungan ini, aku sudah tak tahan dengan apa yang kau lakukan padaku," Jeanne nampak menangis, kali ini ia benar-benar telah lelah karena Alan lagi-lagi membatalkan pernikahan mereka.
"Aku memiliki alasan untuk ini, aku harap kau mengerti, bukan malah mengakhiri hubungan ini," ucap Alan bermaksud mempertahankan hubungannya itu.
"Sebelumnya aku sudah meminta padamu, agar meninggalkan pekerjaanmu itu, tapi kau tetap bersikukuh mempertahankannya," air mata Jeanne semakin tak terbendung.
Kekecewaannya terhadap Alan sudah diujung tanduk. Sebenarnya ia tak pernah mempermasalahkan pekerjaan Alan, namun ia merasa lelah karena harus terus menunggu. Ini adalah kesekian kalinya ia dikecewakan. Sebagai seorang perempuan tentunya Jeanne tak ingin terus seperti ini.
"Sudahlah lebih baik kita memang harus mengakhiri ini, aku merasa bersalah pada orang itu karena lebih memilih dirimu yang tak pernah serius kepadaku," Jeanne pergi dengan tangisan yang masih menetes di wajahnya.
Ia meninggalkan Alan di halaman rumahnya dan menuju kendaraannya dengan cepat. Tanpa berpikir panjang, ia kemudian langsung tancap gas kendaraannya itu lalu pergi begitu saja meninggalkan Alan.
Baik Jeanne maupun Alan, mereka sebenarnya telah terbiasa dengan pertengkaran semacam ini, walaupun pada akhirnya mereka selalu bisa berdamai. Siklus semacam ini seperti telah diketahui oleh Alan, Jeanne takkan pernah bisa jauh darinya. Beberapa hari lagi pun ia akan menghubunginya lagi.
Tak ada yang bisa ia lakukan saat ini, menurutnya keselamatan umat manusia lebih penting daripada harus menuruti perasaannya. Walaupun malam itu di lalui dengan sebuah kekecewaan, tak sedikitpun Alan ingin meninggalkan pekerjaannya. Perasaan cintanya pada Jeanne memanglah cukup tinggi, namun keselamatan alam semesta lebih penting dari apa yang kini ia rasakan.
"Maafkan aku Jeanne, aku pasti akan menikahimu setelah hujat meteorit berhasil kami cegah, aku berjanji padamu," ucap Alan yang kini terbang ke atas udara untuk sedikit mengobati rasa bersalahnya itu.