"Baguslah jika dia tidak apa-apa. Aku sempat khawatir karena setelah menabrakku, tiba-tiba saja gadis itu pingsan."
Cerita yang Al berikan membuat Bray memicingkan mata, menelisik wajah rekannya. "Sekeras apa tubuhmu sampai gadis yang menabrakmu bisa pingsan?"
Al mengedikkan bahunya lalu beranjak berdiri. Bray menyusulnya. Keduanya kembali berlari satu putaran. Usai dengan kegiatan olahraga pagi yang menguras keringat tapi membuatnya segar, Al menuju tempat latihan menembak. Menjadi seorang tentara, Al diwajibkan memiliki keahlian. Diantaranya adalah kemampuan menembak dan juga bela diri. Jika urusan bela diri Al adalah jagonya. Selain itu, sebuah kekuatan yang menaungi tubuhnya juga menjadi nilai tambah kehebatan seorang Aldrick Harico.
Kegiatan latihan menembak yang dilakukan di lapangan tembak yang berada di dalam kawasan kantor dinas militer, bertujuan untuk meningkatkan ketrampilan dan kemampuan menembak para anggota tentara. Berperang melawan musuh adalah tugas utama mereka. Dan menembak merupakan salah satu kemampuan dasar tempur yang harus selalu dilatih sebagai seorang prajurit tentara. Bidikan demi bidikan berhasil dilakukan oleh Aldrick.
"Al!"
Suara panggilan menghentikan aktifitas Aldrick. Dia menoleh pada Bray yang mendekat padanya.
"Komandan menyuruhmu menghadap sekarang." Bray berkata menyampaikan info yang dia dapat dari sang atasan.
Al mengangguk. "Baikah. Aku akan menghadap sekarang."
Gegas pria itu meninggalkan area tembak. Mengikuti Bray menuju kantor tempat ruang kerja sang komandan berada. Mengetuk pintu bercat coklat di hadapannya menunggu ia dipersilahkan masuk ke dalam.
"Masuk!"
Pelan Al memutar knop pintu lalu melangkah masuk dengan sikap hormat pada sang atasan.
"Silahkan duduk, Al!" Pria paruh baya yang menjabat sebagai komandan tentara mempersilahkan.
Al duduk saling berhadapan, tanpa sempat mengganti baju olahraga menjadi baju dinas harian.
"Aku memanggilmu ke sini karena ingin membahas para korban Mobgengs yang berhasil kita selamatkan. Kita tidak bisa terlalu lama menampung mereka di sini. Dan yang harus kita lakukan adalah segera mengembalikan mereka pada keluarga masing-masing. Apakah kau siap kembali mengemban tugas kali ini, Al? "
"Siap, laksanakan!" jawab Al dengan tegas tanpa bantahan.
"Bagus. Terima kasih, Al. Kuserahkan semua kepadamu. Pastikan mereka semua selamat sampai tujuan dan kembali pada keluarga masing-masing."
"Siap!"
Setelahnya Al keluar dari dalam ruangan sang komandan. Mengumpulkan para anggotanya dan memberikan instruksi sesuai dengan apa yang komandan perintahkan.
"Siapkan kapal militer untuk mengembalikan mereka ke daerah asal masing-masing. Dan pastikan misi kita kali ini tidak tercium oleh para gengster yang terus mengincar mereka. Kita harus lebih cerdik dari mereka. Jangan sampai mereka berhasil mengecoh kita atau kembali menyerang kita. Karena aku yakin sekali mereka tak akan tinggal diam dengan kegagalan akibat serangan kita kemarin."
Dengan gamblang Al menjelaskan. Sebagai seorang tentara mereka tidak boleh lemah. Baru juga satu pekan berada di kota Graha, Al sudah dapat menyimpulkan jika anggota tentara yang berada di sini sangat lemah. Mereka kurang kompak dan lagi kurang memiliki strategi yang mumpuni dalam menghadapi musuh yang menyerang. Pantas saja kawanan Mobogengs tidak pernah gentar karena mereka tahu sangat mudah melemahkan para anggota tentara.
Al berjanji, selama keberadaannya di tempat ini dia akan menggembleng para anggota tentara. Menjadi kuat dan tangguh menghadapi musuh.
Setelah mengerti dengan apa yang disampaikan oleh Al, mereka membubarkan diri. Masing-masing telah mendapatkan tugas untuk mendata dan memberikan briefing pada para wanita yang gagal diselundupkan ke luar negara. Memberikan pengertian pada mereka jika keberangkatan mereka ke luar negeri terpaksa digagalkan. Karena Mobogengs yang membawa mereka telah melakukan bisnis human trafficking atau istilahnya perdagangan manusia secara ilegal. Dan itu sangat menyalahi aturan sebuah negara.
Padahal, untuk bisa memasuki kawasan negara lain secara ilegal itu dilarang. Banyak kerugian yang nantinya akan mereka dapatkan. Biasanya akan terjadi penyalahgunaan begitu mereka tiba di negara tujuan. Tidak sesuai dengan apa yang dijanjikan di awal. Salah satu contohnya, pada awal anggota gengster merekrut mereka dengan info untuk menjadi tenaga kerja wanita. Namun, pada kenyataannya kelak, mereka akan di jual dan bisa saja nantinya mereka akan dijadikan seorang pekerja seks komersial. Kebanyakan memang seperti itulah kenyataan yang ada. Beruntung para wanita yang berhasil diselamatkan oleh anggota militer merasa bersyukur dan beruntung bisa diselamatkan dari ancaman yang menyesatkan.
Mereka pun telah siap jika sewaktu waktu pihak militer akan mengembalikan mereka pada keluarga masing-masing. Kecuali satu orang, yaitu Evelyn Dion. Gadis itu sama sekali tidak tertarik juga tidak berminat kembali pada keluarganya. Keluarga yang mana yang ia punya? Tidak ada. Bahkan Paman dan Bibi satu satunya keluarga yang dia punya saja sengaja membuangnya. Lantas apakah Eve tetap akan kembali pada mereka? Tentu saja tidak. Bisa lepas dari Paman dan Bibinya saja sudah merupakan sebuah keberuntungan baginya.
Sebenarnya, ketika dia dibawa oleh kawanan gengster ke Kota Graha, Eve sudah memiliki sebuah misi melarikan diri. Dia tak akan mau di jual menjadi seorang b***k di luar negeri, tapi dia pun juga tak akan mau kembali pada Paman dan Bibi. Siapa sangka jika rupanya dia berhasil terselamatkan oleh pihak militer tanpa harus repot-repot mencari cara melarikan diri.
Mata Eve yang mengedar karena sama sekali tidak tertarik dengan apa yang disampaikan oleh salah satu petugas milter, memilih menghindar. Pelan tapi pasti ia mulai menjauh dari kerumunan wanita yang siang ini sengaja di kumpulkan di depan barak penampungan selama berada di tempat ini.
Tempat yang sangat nyaman bagi Eve. Meski terletak di dalam area kawasan militer, akan tetapi banyaknya pepohonan yang menjulang tinggi di sekitar lapangan juga luasnya tanah lapang hingga ia bisa jauh memandang tanpa tujuan. Tempat yang cukup asri untuk mengasingkan diri. Sayangnya dia tidak akan pernah bisa tinggal berlama-lama di tempat ini. Dalam waktu dekat pihak militer akan mengusir mereka semua dari tempat ini karena di sini hanya dijadikan tempat penampungan sementara sampai di rasa kondisi dan situasi kembali aman dari kawanan Mobgengs. Eve mencoba berpikir ke mana ia akan pergi nanti. Tetap bertahan di Kota Graha sepertinya tak ada salahnya. Namun, dia tak memiliki sanak keluarga di kota ini. Mencari pekerjaan adalah satu satunya yang akan ia lakukan setelah lepas dari tempat ini. Tanpa Eve tahu bagaimana situasi dan kondisi yang sebenarnya di Kota Graha. Ia tak akan paham jika Kota Graha selama ini telah mendapat julukan sebagai kota mati karena hampir tak adanya kehidupan di kota ini. Namun, sepertinya Eve memang telah memantapkan hati untuk bertahan di kota ini dan tak mau kembali ke kota asalnya.