"Dia kenapa?" Bray bertanya, pria itu tergopoh-gopoh lari mendekat begitu melihat seorang gadis yang jatuh pingsan.
"Aku tidak tahu. Tiba-tiba saja dia pingsan setelah menabrakku." Al menjawab begitu dengan kedua tangan sigap mengangkat tubuh seorang gadis yang tergeletak di atas geladak kapal.
"Buruan bawa dia, Al!"
Dengan langkah lebar Al mengikuti para perempuan yang sudah naik ke atas truk besar milik tentara militer. Beberapa orang yang melihat ikut bertanya-tanya, akan tetapi tak berani mengucap. Suasana masih genting di luar. Jadi, yang ada dalam pikiran semua adalah menyelamatkan diri dulu tanpa harus memikirkan orang lain.
Al menyerahkan gadis pingsan yang merupakan Evelyn Dion pada Bray. Setelahnya pria itu kembali ke lokasi memastikan jika semua terkendali dengan baik. Sebagai seorang pemimpin yang diberikan kepercayaan dalam misi hari ini harus Al pastikan jika semua berjalan dengan baik. Para wanita penumpang kapal berhasil diselamatkan. Al mengecek lagi tak ada yang tertinggal masuk dalam truk militer membawa mereka ke tempat yang lebih aman.
Rupanya anggota Mobogengs yang memimpin dalam perjalanan kapal ini berusaha melarikan diri. Itu nampak dari mata elang Al yang melihat sekelebat bayangan orang berusaha melarikan diri. Al tak akan membiarka. Sigap Al memburunya. Mengetahui pihak militer ada di belakang tubuhnya, menjadikan seorang pria bertato khas anggota mobogengs membalikkan badan dan berhasil memberikan satu pukulan di wajah Al. Terjadilah aksi saling pukul memukul. Namun, kemampuan Al tentu saja jauh lebih baik dari pria bertato itu. Al berhasil meringkusnya.
Kelegaan tampak di wajah-wajah para anggota militer yang berhasil menggagalkan acara penyelundupan manusia ke luar negara. Anggota mobogengs banyak yang telah tertangkap meskipun juga ada yang berhasil melarikan diri dari sergapan tim militer. Tak mengapa. Asalkan misi mereka hari ini berhasil itu saja sudah lebih daripada cukup. Setidaknya ada hal kecil yang bisa dilakukan oleh pihak militer demi menyelamatkan negara ini. Terutama kembali menghidupkan kota Graha agar kawanan gengster tidak semakin merajalela.
Beberapa truk militer mulai berjalan perlahan meninggalkan area pelabuhan menuju di mana markas berada. Kawanan mobogengs yang berhasil ditangkap akan diadili oleh pihak kepolisian yang ikut dalam misi penyergapan kali ini.
Al teringat akan gadis yang tadi sempat pingsan. Sayangnya kali ini dia tidak berada di satu kendaraan yang sama dengan gadis itu hingga Al tak tahu apakah gadis itu sudah sadar atau belum. Al diam dan berpikir apa sebab gadis itu bisa pingsan setelah menabraknya. Apakah bahunya terlalu keras untuk ditabrak seorang perempuan sampai-sampai membuat tak sadarkan diri. Ah, semua terasa membingungkan. Sepertinya Al memang harus bertemu dengan gadis itu dan bertanya kenapa.
Truk yang mulai memasuki gerbang markas militer satu per satu menjadi pusat perhatian anggota militer yang tidak ikut dalam misi tersebut. Harap-harap cemas andai para anggota banyak yang terluka dan mereka dikalahkan lagi oleh para gengster. Selama ini pihak militer banyak mendapat tipu daya dalam setiap misi yang mereka jalani. Sehingga lebih banyak gagalnya ketimbang berhasilnya. Atau jika mereka berhasil, belum sampai di markas, anggota mobogengs telah menghadang perjalanan mereka dan kembali membuat kekacauan.
Begitu truk berhenti, satu per satu diantara mereka mulai meloncat turun. Memang mereka kembali dalam kondisi yang baik-baik saja meski beberapa diantara mereka harus terluka. Termasuk Aldrick. Bray sampai mengernyit melihat wajah Al tampak lebam akibat terkena pukulan. Tak mengapa. Bagi Al ini adalah perkara biasa. Dia belum mendapatkan kesulitan yang berarti hingga kemampuan yang ia miliki tak perlu dia tunjukkan. Biasanya dalam kondisi terdesak barulah kekuatan super yang Al miliki akan keluar.
"Kau tak apa, Al?" tanya Bray khawatir.
"Jangan khawatir. Kita ini tentara. Harus tahan banting. Ini hanya luka kecil. Sebaiknya segera kumpulkan para anggota. Kita akan briefing. Dan para perempuan yang tadi berhasil kita selamatkan, segera amankan. Aku harus segera menghadap komandan untuk memberikan laporan keberhasilan kita."
"Siap, laksanakan!" Bray mengangguk patuh dengan apa yang Al perintahkan. Bagaimana pun juga di sini Al adalah pemimpinnya. Jadi ada kalanya Bray akan menjadi teman juga menjadi anggotanya yang baik.
****
"s**t! Siapa yang berani menggagalkan rencana kita!"
Zena menggebrak meja begitu menerima laporan dari salah satu anak buahnya. Ya, bagaimana dia tidak marah jika usaha penyelundupan para wanita yang susah payah dilakukan harus terendus aparat. Berakhir dengan mengenaskan karena tak biasanya pihak aparat militer bisa sepandai ini. Selama ini mereka begitu mudah dikelabuhi. Namun, kini Zena harus lebih waspada lagi. Sepertinya aparat militer sudah mulai meresahkan. Zena tak akan tinggal diam. Selama ini tidak ada yang berani mengalahkannya. Sekalipun aparat negara. Bahkan wali kota Graha pun tunduk kepadanya. Dia pasti bisa menguasai negara ini. Hanya saja jika pihak militer sudah mulai berani bertindak, ia pun akan membuat rencana yang lebih baik lagi. Mengecoh tentara polisi adalah hal mudah yang bisa Zena lakukan.
"Pihak militer jumlahnya sangat banyak sekarang dan mereka mempunyai strategi yang di luar dari pemikiran kita."
"Bodoh. Kalian yang Bodoh. Kenapa kalian semua tidak menyiapkan second plan andai misi kita tercium oleh aparat negara." Zena masih tidak bisa terima.
"Maafkan kami, Bos. Mereka tiba-tiba saja mengepung dari segala arah. Membuat kita kewalahan dan kocar kacir."
Zena mengepalkan genggaman tangannya. Rupanya pihak militer berani melawannya. Lihat saja. Zena akan menguatkan benteng pertahanan anggota gengnya. Jika perlu ia akan meminta bantuan para mafia dari luar negara. Siapa pun yang berani menentang akan ia musnahkan.
Dan satu hal lagi. Para wanita yang berhasil diamankan oleh pihak militer akan dia rebut kembali bagaimana pun caranya. Zena terlanjur janji pada para mafia yang selama ini menjadi penadah barang selundupan juga bisnis human trafficking yang jalannya selalu mulus-mulus saja.
"Kalian harus menyelidiki. Apa yang pihak militer rencanakan untuk menghancurkan bisnis kita. Lihat saja. Aku tak akan tinggal diam."
Meraih ponsel di atas meja dan mencoba menelepon seseorang yang harus bertanggung jawab akan gagalnya usaha kali ini.
Siapa lagi yang Zena cari selain Fredo Angelo. Seorang wali kota yang selama ini selalu berpihak kepadanya. Mendapat banyak keuntungan dari seorang Fredo karena Zena akan mudah mendapatkan informasi apapun terkait segala hal yang akan mempernulus usahanya. Fredo yang juga diam-diam ingin mencari keuntungan pribadi selama menjabat sebagai seorang wali kota. Ia tak akan pernah menyianyiakan kesempatan selama posisi paling tinggi di kota Graha berada di bawah kekuasaannya.
Tiga kali panggilan tak terjawab membuat Zena melempar asal ponsel miliknya. Menggeram kesal karena Fredo pasti sedang menghabiskan waktu bersama para wanitanya. Hobi pria itu yang suka bersenang-senang membuat Zena harus mengumpat berkali-kali.
Di saat genting seperti ini, Fredo tak dapat dihubungi. Sialan!