40 Hari Sebelum Persidangan
Ken melangkahkan kakinya untuk turun dari tangga. Dari ujung tangga saja sudah terdengar suara tawa Caleb dan juga Feli.
Ken sangat senang karena Feli berteman dekat dengan Caleb. Orang seperti Caleb tidak mudah dekat dengan orang asing. Tapi Feli bisa mengambil hati Kakaknya itu dengan sangat mudah. Mungkin karena mereka sudah saling mengenal sejak lama, itulah sebabnya Caleb bisa sangat dekat dengan Feli.
“Fel-Feli.. Kamu kamu pergi ke seko-sekolah dengan aku? Aku, aku akan mengajakmu bermain bersama temanku..”
Ken tersenyum ketika melihat Feli duduk di samping Caleb, wanita itu dengan sabar menanggapi semua celotehan Caleb yang sebenarnya terdengar seperti seorang anak kecil. Dulu Ken sering berpikir mengenai bagaimana kehidupannya jika Caleb tidak mengidap sindrom autisme seperti ini. Apakah Kakaknya akan benar-benar bersikap seperti seorang Kakak? Selama ini Ken memang diperlakukan dengan baik oleh Rosaline. Sebagai seorang kakak, Rosaline berusaha agar Ken tidak perlu menanggung banyak beban sendirian. Tapi tetap saja, Ken memiliki dua orang Kakak. Kadang, Ken sering bertanya-tanya bagaimana rasanya kalau Caleb terlahir normal. Ah, Ken memang sering tidak bersyukur dengan keadaan ini. Ada banyak sekali beban yang harus dia tanggung karena keadaan Caleb yang tidak normal. Dulu Ken sering mengeluh pada Rosaline karena Caleb sering kali menyusahkan Ken, iya.. semua itu terjadi saat mereka masih kecil. Tapi sekarang Ken sudah tumbuh dewasa, dia tahu apa harus dia lakukan, setelah Ayahnya meninggal, mau tidak mau Ken harus mengambil alih peran sebagai kepala keluarga.
Ken menghembuskan napasnya dengan pelan. Kalau saja Ayahnya masih hidup, Ken pasti tidak perlu terlalu kerepotan seperti ini. Ayahnya yang akan mengurus semuanya. Ayahnya sangat menyayangi Caleb sekalipun Kakaknya itu memiliki banyak kekurangan. Dari pria itu Ken belajar banyak sekali hal mengenai jatuh cinta. Iya, mengenai cinta orang tua yang tidak akan pernah pudar apapun yang terjadi dan bagaimanapun keadaan anaknya. Di luar sana masih sangat banyak anak yang memiliki orang tua yang masih lengkap, tapi mereka merasakan banyak kekurangan kasih sayang.
“Nah, itu Ken sudah datang!” Feli memekik dengan girang ketika melihat Ken ada di ujung tangga.
Ken tersenyum sambil berjalan mendekati meja makan yang sudah penuh dengan menu sarapan pagi yang sebenarnya terlalu banyak untuk dimakan mereka semua.
“Ken, Ken akan mengantar aku ke sekolah. Fel-Feli juga harus ikut. Harus, harus ikut! Aku mau Feli ikut, dia ikut dengan aku. Harus ikut!” Caleb ikut menyambut Ken yang sedang berjalan mendekati mereka.
Sarapan pagi seperti ini akan terasa jauh lebih ramai ketika sedang ada Feli di rumah ini. Caleb akan memiliki teman yang bisa dia ajak berbicara. Kadang, selain pada Feli, Ken juga sering merasa bersalah pada Kakaknya sendiri. Ken terlalu sibuk dengan dunianya sementara Caleb hanya memiliki dunia kecil dimana penghuninya adalah mereka satu keluarga. Bagaimana mungkin Ken sering mengabaikan Kakaknya yang selalu menganggap dia segalanya?
“Caleb! Jangan berbicara ketika makan. Duduk dan habiskan sarapanmu!”
Ken melirik Mamanya yang duduk di ujung kursi. Seperti biasanya, Mama sering menegur Caleb ketika Kakaknya melakukan sesuatu yang salah. Iya, Ken tahu kalau wanita itu tidak ingin Caleb tersedak seperti biasanya. Ketika makan, Caleb sering kali mengalami kesulitan hingga akhirnya dia tersedak.
“Mama, Mama aku akan mengajak Feli. Aku akan mengajak, mengajak Feli. Aku akan mengajaknya, apakah boleh? Bolehkan aku mengajak Feli?”
Jika terlalu bergembira atau ketakutan, Caleb sering kali mengulang kalimat yang dia ucapkan.
Ken tetap melangkahkan kakinya untuk segera duduk di depan Caleb dan Feli. Mereka berdua memang terlihat seperti sepasang sahabat yang sangat dekat. Ken senang mengetahui jika sekarang Caleb tidak hanya memiliki keluarga ini saja, sekarang Caleb memiliki seorang teman. Feli adalah wanita yang sangat baik, Caleb akan selalu bahagia kalau memiliki wanita itu sebagai temannya. Sama seperti Caleb, Ken juga selalu merasa bahagia karena memiliki Feli sebagai kekasihnya.
“Jangan mengganggu Feli, Caleb. Kamu harus makan dengan baik lalu segera berangkat ke sekolah supaya tidak terlambat”
Ken tersenyum ketika menatap Feli yang terlihat sangat bahagia ketika makan bersamanya di rumah ini. Iya, kebahagiaan Feli memang terlalu sederhana. Wanita itu bisa tersenyum bahagia pada hal-hal kecil yang terjadi di kehidupannya.
“Tap-tapi, tapi dia mau. Dia mau, dia mau ikut.. Tapi dia mau ikut, Mama. Dia mau..”
Ken menghembuskan napasnya dengan pelan.
“Caleb, jangan mengganggu Feli..” Mama berbicara sambil menatap Caleb.
Ken tahu kalau Mamanya berniat baik, setelah lama tidak bertemu, ini adalah waktu yang sangat tepat bagi Feli untuk bersama dengan Ken seharian ini. Tapi, selain Ken, Caleb juga memiliki hak untuk menghabiskan waktunya bersama dengan sahabatnya.
“Iya, sudah jangan bicara lagi. Cepat habiskan makanan Kak Caleb, nanti Feli yang akan mengantar Kak Caleb sampai di depan kelas..” Kata Feli sambil tersenyum.
Sama, sama seperti yang biasa dilakukan oleh Feli, Caleb akan selalu merasa tenang kalau ada di dekat Feli.
Feli bukan wanita yang sembarangan, wanita itu sering kali melakukan hal yang tidak terduga untuk menunjukkan niat baiknya. Ketika orang lain mengatakan banyak kalimat untuk membujuk Caleb, Feli malah melakukan sebaliknya. Wanita itu seperti sama sekali tidak merasa terbeban ketika Caleb mulai merepotkannya.
Iya, Ken tahu kalau bukan hanya dirinya saja yang merindukan Feli. Wanita itu baru pulang setelah melakukan perjalanan keliling Indonesia bersama dengan bandnya.
“Sudah, sekarang kalian harus segera sarapan. Aku ada pekerjaan penting hari ini, jangan membuat aku terlambat..” Kata Ken sambil mengambil selembar roti tawar panggang dengan mentega yang meleleh. Ken tidak terlalu menyukai manis sehingga dia memiliki makan roti panggang saja dari pada sarapan yang lainnya.
Mama memang sangat menyukai makanan manis sehingga setiap hari selalu ada makanan manis yang tersedia di meja makan ini.
Kalau sedang berkumpul dan sarapan seperti ini, Ken jadi mengingat Rosaline. Ah, Kakaknya itu memang sedikit keras kepala. Hanya karena dia sering bertengkar dengan Mama, dia jadi memilih untuk tinggal sendirian dan membiarkan Ken menangani rumah ini seorang diri. Dulu mereka berjanji untuk saling menjaga dan saling membantu apapun yang terjadi. Mereka mengikat janji untuk terus mengurus Caleb apapun yang terjadi. Tapi, liihat saja apa yang dilakukan oleh wanita itu. Dia memilih untuk meninggalkan Ken sendirian sekarang. Bahkan lebih dari itu, Ken dan Rosaline juga sedang terlibat perang dingin karena Ken ingin menikah lebih dulu. Menurut Rosaline, sebagai seorang adik, seharusnya Ken menunggu Rosaline sampai wanita itu menikah lebih dulu. Masalahnya, Ken tidak bisa membiarkan Feli terus seperti ini. Dia ingin mengikat Feli dengan hubungan yang lebih serius. Sudah bertahun-tahun mereka berpacaran, Feli sama sekali tidak pernah mengeluh ketika Ken harus sibuk dengan pekerjaannya. Justru Feli juga melakukan hal yang sama, wanita itu ikut sibuk dengan pekerjaannya.
Ken takut kalau nantinya ada pria lain yang bisa memperlakukan Feli lebih baik dari yang selama ini Ken lakukan. Feli memang tidak pernah menghianati Ken tapi.. Feli juga wanita biasa yang bisa terbuai dengan perlakuan baik dari pria lain. Ken tidak ingin kehilangan wanita seperti Feli. Oleh sebab itu Ken ingin menikahi Feli dalam waktu dekat. Sayangnya, Rosaline tidak mendukung rencana itu.
“Ada kasus penting yang kamu tangani?” Tanya Mama sambil menatap Ken.
Ken menganggukkan kepalanya dengan pelan. Memang ada satu kasus penting yang cukup rumit karena ada orang tua yang dituduh melakukan kekerasan pada anaknya padahal sebenarnya malah anak itulah yang menyiksa orang tuanya.
Ken memang cukup kesulitan untuk membuktikan jika orang tua anak itu tidak bersalah. Justru sebaliknya, anak itulah yang menganiaya orang tuanya.
Pada zaman sekarang memang sangat banyak anak yang bisa melakukan hal-hal di luar pikiran.
“Iya, ada satu kasus rumit yang sekarang sedang aku pegang..” Jawab Ken dengan santai.
“Lakukan yang terbaik, kamu seorang pengacara ternama, jangan pernah membela orang yang salah. Seribu orang jahat mungkin bisa lepas dari hukum, Ken.. tapi satu orang yang tidak bersalah sama sekali tidak boleh mendapatkan hukuman..” Kata Mama.
Ken menganggukkan kepalanya. Iya, seribu orang bersalah mungkin bisa lolos dari hukuman. Tapi satu orang tidak bersalah tidak boleh dihukum begitu saja. Menjadi seorang pengacara bukan hanya masalah membela seseorang yang berani membayar mahal untuk waktu yang Ken berikan, tapi Ken juga harus benar-benar tahu apa yang terjadi. Seperti yang dikatakan oleh Ibunya, Ken sama sekali tidak boleh membela orang yang salah.
“Semangat!” Kata Feli dengan pelan. Wanita itu mengepalkan jemari tangannya untuk memberikan gerakan penuh semangat pada Ken.
Ken langsung tersenyum ketika mendengar apa yang dikatakan oleh Feli. Wanita itu memang sangat muda untuk memperbaiki keadaan hati Ken.