Bab 27

1400 Words
38 Hari Sebelum Persidangan Feli melangkahkan kakinya dengan pelan untuk kembali masuk ke dalam studio. Tapi pagi Tristan menghubungi Feli dan mengatakan kalau hari ini mereka akan ada latihan. Tanpa bertanya lebih lanjut, Feli langsung mengatakan jika dia akan datang ke studio hari ini. Baiklah, Feli sebenarnya sangat ingin menanyakan tentang Yuda, tapi sepertinya Feli sama sekali tidak perlu bertanya apapun karena sekarang dia sedang melihat Yuda yang tampak bersiap di studio ini. Feli memang masih belum berani berbicara dengan Yuda karena dia masih belum yakin dengan keadaan pria itu. Bagaimana kalau Yuda kembali marah-marah pada Feli? Feli sama sekali tidak ingin merusak hari ini dengan pertengkaran apapun. “Hei, Fel? Bagaimana keadaanmu hari ini?” Feli langsung tersenyum ketika mendengar sapaan dari seorang kru yang sudah bekerja dengan mereka selama beberapa tahu yang lalu. “Aku baik. Bagaimana dengan dirimu?” Tanya Feli balik. Feli bahkan sampai menghentikan langkahnya dalam mengobrol dengan kru tersebut. Tidak masalah, Feli masih memiliki waktu sampai beberapa menit lagi untuk mengobrol dengan beberapa kru lainnya. Feli memang selalu datang lebih awal dari yang yang lain. Sekarang mereka masih harus menunggu Tristan dan juga Sagara yang masih belum datang hingga saat ini. “Aku harap kamu akan selalu bahagia, Feli. Kamu wanita yang sangat baik..” Kata beberapa kru yang juga ikut mengobrol bersama dengan Feli. Feli selalu tersenyum setiap kali mendengarkan pujian dari orang lain. Bagi Feli, di dunia ini dia sama saja dengan orang lain. Tidak ada tingkatan tersendiri yang bisa membuat orang jadi berada di posisi bawah atau atas. Semua orang sama saja, Feli tidak boleh menganggap remeh orang lain hanya karena dia memiliki pekerjaan yang lebih rendah dari Feli. “Terima kasih. Sepertinya aku harus segera masuk ke sana, aku tidak ingin membuat yang lain menunggu. Selamat bekerja, semuanya..” Kata Feli sambil tersenyum. Feli melanjutkan langkah kakinya untuk masuk ke dalam ruang studio. Bulan depan mereka akan merilis album terbaru yang juga akan menjadi album terakhir mereka. Sebenarnya sangat sedih ketika harus menerima semua yang terjadi saat ini. Feli sangat menyayangi keluarganya yang ada di band ini. Feli mencinta band ini karena memang sejak awal mereka bukan hanya orang-orang yang berkumpul untuk mencari uang, mereka adalah sahabat, mereka saudara, dan juga keluarga. Semua yang yang ada di sini sangat berarti untuk Feli. Tapi mau bagaimana lagi? Feli sama sekali tidak bisa mengubah keputusannya sendiri. Sesuatu yang sudah sangat lama Feli pikirkan dengan baik, Feli tidak akan bisa mengubahnya begitu saja. Feli menghembuskan napasnya dengan pelan. Ini akan menjadi hari yang cukup sulit untuk dirinya.. “Feli!” Feli menolehkan kepalanya ketika dia mendengar suara seseorang yang memanggil dirinya. Dari suaranya saja Feli sebenarnya sudah sangat yakin siapa orang yang sedang memanggilnya. Tarisha. Dia pasti Tarisha. Tarisha berlari ke arah Feli lalu langsung memeluknya dengan erat. Pada tour mereka yang terakhir, Tarisha tidak bisa ikut karena dia sedang ada pekerjaan penting. Biasanya Tarisha selalu ikut karena dia ingin menemani Tristan. “Aku sangat merindukanmu, Feli..” Kata Tarisha sambil terus memeluk Feli. Feli membalas pelukan Tasha sambil tertawa pelan. Sebenarnya Feli juga sangat merindukan Tarisha. Sayang sekali, padahal tour beberapa hari yang lalu adalah perjalanan terakhir mereka. Memang tidak ada yang tahu kalau tour itu akan menjadi perjalanan terakhir mereka. Seharusnya Tarisha ikut melakukan tour bersama dengan mereka. Ya, mau bagaimana lagi? Feli terlalu menikmati tour yang sedang mereka jalani sehingga dia melupakan fakta jika sebenarnya tour itu akan menjadi perjalanan mereka yang terakhir. “Bagaimana kabarmu?” Tanya Tarisha sambil menatap Feli dengan senyuman di wajahnya. “Aku sangat baik-baik saja. Bagaimana dengan dirimu?” Tanya Feli. “Aku juga sangat baik-baik saja..” Jawab Tarisha. “Sudah, hentikan obrolan kalian. Tarisha, Feli harus segera bernyanyi sekarang. bisakah kamu duduk di kursimu yang biasanya?” Sagara tiba-tiba datang lalu ikut masuk ke dalam pembicaraan Feli dan Tarisha.  Pria itu memasang wajah yang sangat menyebalkan sehingga membuat Feli dan Tarisha jadi sangat kesal. Sebenarnya Feli juga tahu kalau Sagara hanya sedang bergurau saja. Pria itu memang sangat suka mengacaukan pembicaraan Feli dan Tarisha. Entahlah, Sagara memang selalu seperti itu. Jika tidak sedang dalam keadaan yang serius, Sagara lebih suka mengganggu orang lain dengan perkataannya. “Diamlah, Sagara! Aku tahu kalau kamu sedang iri. Tidak ada orang yang menyapamu ataupun menyambutmu padahal kamu baru saja melakukan tour” Kata Tarisha sambil memberikan tatapan mengejek pada Sagara. Sama seperti Feli yang memiliki sifat ceria dan juga mudah berbaur dengan orang lain, Tarisha juga demikian. Wanita itu sangat mudah akrab dengan orang lain sehingga dia bisa mengenal hampir semua orang yang bekerja di tempat ini padahal selama ini Tarisha sangat jarang datang ke tempat ini. “Kamu yang menyambutmu. Bukankah dua hari lalu kita bertemu? Kamu adalah orang pertama yang menyambut kedatanganku ke kota ini..” Kata Sagara sambil kembali melemparkan tatapan mengejek. Feli mengernyitkan dahinya ketika dia mendengar apa yang dikatakan oleh Sagara. Wow, apa yang sedang dikatakan oleh pria ini? Dia berbicara dengan kalimat ambigu yang bisa saja membuat orang lain langsung salah paham dengan apa yang dia katakan. “Itu karena kamu sangat menyedihkan. Cobalah untuk mencari seorang kekasih, dia akan menyambutmu ketika kamu pulang. Jangan menjadi pria menyedihkan seperti itu. Aku sama sekali tidak mengira kalau kamu adalah pria tukang galau..” Kata Tarisha sambil tertawa pelan. “Bisakah menjelaskan sesuatu padaku? Aku sama sekali tidak tahu apa yang sedang kalian bicarakan..” Kata Feli sambil menatap Sagara dan Tarisha secara bergantian. “Tidak perlu ada penjelasan apapun. Ini urusan orang dewasa, Feli. Kamu tidak perlu ikut campur..” Kata Tristan yang juga ikut bergabung dengan pembicaraan mereka. Feli semakin mengernyitkan dahinya ketika dia mendengar apa yang dikatakan oleh Tristan. Wow, mereka sedang menyembunyikan apa dari Feli? “Aku ini sudah dewasa, kalian harus tahu kalau aku akan segera menikah sebentar lagi!” Kata Feli dengan nada tidak terima. Ah, sangat menyenangkan ketika Feli bisa membicarakan tentang pernikahannya dengan Ken. Kemarin Feli sama sekali tidak bertemu dengan Ken, apakah hari ini sebaiknya dia datang ke kantor Ken? Feli sangat sadar jika Ken sangat sibuk sehingga saat ini Feli yang harus mengalah dan mendatangi pria itu secara langsung. Sejak awal mereka menjalin hubungan Feli memang sudah tahu konsekuensi apa yang harus dia terima. Ken adalah pria yang sangat sibuk, jika hanya mengandalkan waktu luang yang dimiliki oleh Ken, mereka pasti tidak akan bisa sering bertemu satu dengan lainnya. Di tengah kesibukan yang dimiliki oleh Ken, Feli yang harus mengalah dengan datang langsung ke kantor pria itu. sekalipun pada akhirnya Ken hanya akan memiliki sedikit sekali waktu yang bisa mereka habiskan bersama, setidaknya Feli sudah melihat pria itu itu dan memastikan kalau Ken baik-baik saja. Feli menghembuskan napasnya dengan pelan. Iya, nanti sore dia akan ke kantor Ken. “Menikah tidak menjamin kedewasaan dirimu. Sudahlah, jangan membahas hal seperti ini. Belum saatnya kamu tahu tentang apa yang terjadi, Feli..” Kata Sagara. Feli mengerjapkan matanya selama beberapa saat ketika dia mendengar apa yang dikatakan oleh Sagara. Ya ampun, beberapa detik yang lalu Feli dengan melamun tentang Ken. “Terserah kalian saja! Kalian bisa bermain rahasia dariku sekarang..” Feli berpura-pura kesal dengan menunjukkan wajahnya yang sedang mencurut. Bukannya mendapatkan respon yang dia inginkan, Feli malah mendapatkan cubitan di pipinya. Iya, Tarisha yang melakukan semua itu. Feli sampai menjerit kesakitan ketika dia merasakan cubitan Tarisnya. Sayangnya, bukannya merasa bersalah dengan apa yang terjadi, Tarisha malah tertawa lebar bersama dengan Tristan dan juga Sagara. “Bukan begitu cara menunjukkan kalau kamu sedang marah, Feli. Kamu malah terlihat sangat menggemaskan dengan wajah seperti itu..” Kata Tristan sambil tertawa pelan. Feli kembali mencurutkan bibirnya dengan kesal. Feli tidak pernah berencana untuk memiliki wajah menggemaskan sekalipun dia sedang marah. Sungguh, kalau bisa Feli juga ingin memiliki wajah galak yang akan membuat orang lain langsung tahu kalau Feli sedang marah. Mau bagaimana lagi? Sejak kecil memang seperti inilah wajah Feli. Dia tidak bisa memilih bagaimana tampilan wajahnya, bukan? Apapun yang terjadi, hal yang bisa dilakukan oleh Feli adalah terus bersyukur karena sampai saat ini dia masih bisa hidup bahagia sekalipun sering kali juga ada masalah yang mendatanginya. Feli menghembuskan napasnya dengan pelan lalu ikut tertawa bersama dengan teman-temannya. Tidak masalah, dalam hidup ini memang ada beberapa hal yang tidak berhasil kita dapatkan, tapi beginilah hidup. Waktu akan terus berjalan sekalipun kita sedang tidak mendapatkan apa yang kita inginkan. Iya, Feli harus tetap menerima semua yang terjadi sekalipun Feli tidak bisa mendapatkan wajah galak seperti yang dia inginkan.  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD