The Succubus

675 Words
Kami terus berjalan selama satu jam dan mereka juga masih belum menemukan kekuatan mereka. "Apa kau yakin caranya hanya dengan berimajinasi?" Tanya Fiki. "Entahlah" jawabku yang mulai bosan. "Dancok!" Umpat mereka bertiga bersamaan. "Kenapa?" Tanyaku. "Kalau bercanda lihat situasi cok!" Umpat mereka lagi. "Aku serius. Aku tadi memang cuma berimajinasi lalu kekuatanku tiba-tiba muncul" jelasku memelas. "Ngomong lah. Kirain saranmu tadi cuma imajinasi" kata Fiki yang aku balas dengan cengiran. "Tolong!" Tiba-tiba ada teriakan wanita minta tolong dalam sebuah gang sempit. "Kalian dengar?" Tanyaku. "Ya" jawab mereka. "Tolong gak?" Tanyaku. "Tolong lah cok, masak dibiarin. Itu cewek loh" jawab mas Adi. "Kenapa kalau cewek?" Tanyaku. "Kasihan lah cok" jawab mas Adi. "Kita tadi mau di makan cewek loh" kataku mengingatkan. "Iya, terus langsung kau gorok" sahut Lingga. "Daripada kita di makan" balasku. "Tapi ya gak di gorok juga cok. Pas jadi beruang gak masalah tapi pas jadi cewek lagi ..." Kata Lingga. "Udah gak usah di bahas lagi. Yang penting sekarang kita tolong apa gak?" Kata Fiki menenangkan. "Tolong lah" jawab mas Adi dan Lingga. "Ok" kata Fiki. "Gimana, ma?" Tanya Fiki kepadaku. "Ok" jawabku. Kemudian kami langsung menuju ke sumber teriakan tadi. Ternyata suara tadi adalah teriakan wanita yang sedang di perkosa sekelompok berandalan. "Dancok!" Teriak Lingga yang langsung berlari ke arah mereka. "Santai ... urusanku. Mundur!" Perintahku. "Bunuh mereka semua!" perintah Lingga emosi. "Ok" jawabku santai. "Mengganggu saja" ucap salah satu dari mereka. "Mati kalian!" Teriaknya lalu berubah menjadi seekor serigala begitu juga dengan teman-temannya di belakang. "Kau saja yang mati anjing!" Balasku yang langsung membunuh mereka semua. "Gampang kan?" Ucapku kepada mereka bertiga. "Ya" balas mereka malas. "Mbak gak apa-apa kan?" Tanya Lingga kepada perempuan itu. "Beraninya kau membunuh mangsaku" ucap perempuan itu dan kemudian berubah menjadi sesosok iblis. "Cok ..." Umpatku. "Kan aku bilang gak usah ditolong cok!" Umpatku kepada mereka. "Ya gak tau cok!" Balas Lingga. "Aku bukan iblis, kalian yang iblis!" Bentak wanita itu. "Dia sakit" ucapku. "Kalian harus mau melayaniku karena sudah membunuh mereka!" Perintahnya. "Ok" kata Fiki. "Cok, Fik!" Umpat kami bertiga. "Gapapa cok, dia cantik" kata Fiki. "Matamu!" Umpatku. "Aku cantik?" Tanya wanita itu yang berubah jadi manusia lagi. "Ya" jawab Fiki. "Terima kasih" kata wanita itu. "Kemarilah" ucapnya kepada Fiki. "Baik" jawab Fiki. "Hei! Mau kemana kau!?" Cegahku. "Kau tidak dengar aku di panggil?" Tanyanya. "Kau sakit" ucapku. "Ya, aku memang sakit dan dia akan menyembuhkanku" kata Fiki kemudian berusaha berlari ke arah wanita itu. "Minggir cok!" Teriaknya penuh nafsu. "Kalau kalian tidak mau melayaniku menyingkirlah!" Bentak wanita itu yang berubah menjadi iblis lagi. "Cantik" ucap Fiki. "Kau lebih suka seperti ini?" Tanya wanita itu kepada Fiki. "Ya, ratuku" jawab Fiki. "Baiklah. Ikutlah denganku dan aku akan melayanimu selamanya" kata wanita itu. "Baik" jawab Fiki. "Kalian matilah!" Teriak wanita itu lalu menyerang dengan ekornya. "Ting!" Aku menahan serangannya dengan perisai tulangku. "Urus Fiki!" Perintahku kepada mas Adi dan Lingga. "Ok" jawab mereka lalu membawa Fiki menjauh. "Kembalikan!" Teriak wanita itu. "Kau milikku" kataku. "Baiklah, kau juga tidak masalah tampan" ucapnya lalu menyerangku. Kami saling menyerang satu sama lain sampai aku berhasil memotong kedua sayapnya dan membuatnya terjatuh ke tanah. "Jadi, apa selanjutnya?" Tanyanya. Kemudian dia menjatuhkanku lalu melilit tubuhku dengan ekornya. "Aku menang, tampan. Terima kasih atas pelayanannya" ucapnya. "Sama-sama" balasku. Kemudian aku menggunakan cara yang sama seperti saat membunuh pria laba-laba di mall tapi dengan lebih menyenangkan. "Aaah! Nikmat sekali ... Terima kasih" teriakan dan kalimat terakhirnya saat aku menusuknya berkali-kali dengan tulang-tulangku. "Sama-sama" balasku sambil menjilati darahnya yang berceceran di wajahku. "Ada apa?" Tanya Fiki kebingungan kepada mas Adi dan Lingga. "Kau sudah sadar? Syukurlah" kata mas Adi. "Kau berlebihan lagi! Matamu putih lagi!" Bentak Lingga kepadaku. "Maaf, dia ingin bersenang-senang" balasku santai. "Kau sudah sadar Fik?" Tanyaku kepada Fiki. "Kenapa?" Tanyanya balik. "Kau tadi ..." jawabku. "Sudahlah ayo pulang" potong Lingga yang sepertinya kecewa. "Ok" balasku. Lalu kami kembali melanjutkan perjalanan kami pulang ke rumah. "Hei, tunggu! Apa yang terjadi?" Tanya Fiki yang masih kebingungan. "Lupakan" kata mas Adi. "Yang jelas rasanya enak, Fik" kataku yang dibalas dengan tatapan sinis dari Lingga.

Great novels start here

Download by scanning the QR code to get countless free stories and daily updated books

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD