TAK ADA SENJA DI DALAM MOBIL

1041 Words
“Kalau saya tugaskan orang lain mungkin nanti kalian sama-sama bisa cinlok dan akhirnya malah membelok tapi kalau Adnan sepertinya tidak tapi. Kalau Anda mau cinlok sama dia ya silakan saja,” kata Biru. ‘Iiiiiiiiiiiiih, apa sih maksudnya? Lagian memang kenapa kalau aku cinlok dengan siapa pun. Apa hak dia ngelarang? Apa lagi Abang Adnan baik koq. Ribet banget ini orang!’ “Bukan soal urusan itu. Tetapi saya itu tidak enak saja melihat kenyataan Pak Adnan adalah manajer pelaksana yayasan. Kalau orang tahu dia antar jemput saya bagaimana?” “Orang-orang sudah tahu kan bahwa Anda dekat dengan Pak Adnan dan semua orang tahu rumorsnya Anda adalah kekasih dia. Jadi nggak jadi masalah karena orang tahunya Adnan bukan sopir kamu. Adnan bukan ajudan kamu. Jadi tenang saja.” ≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈ “Apa Mommy ditarik-tarik sama guru SD itu?” tanya Senja, ketika mereka menuju kamar Senja. “Enggak kok. Kenapa kamu tanya seperti itu,” bantah Pelangi. “Aku tahu kok Mommy ditarik-tarik sama dia, aku dengar kok daddy cerita waktu ditelepon,” ucap Senja sambil menatap Pelangi yang dia tahu sedang berbohong padanya. Padahal dia tahu lebih dulu dari Biru dan dia yang melaporkan pada Biru. “Ya kalau kamu sudah tahu, kenapa tanya?” jawab Pelangi. “Aku kan sudah bilang aku tidak suka laki-laki itu dia jahat Dia sangat jahat kamu jangan mau deketin lagi pokoknya apa pun alasannya jangan dekati lagi,” kata Senja. “Iya Sayang sekarang sudah tidur yuk, sudah terlalu malam,” ajak Pelangi tak ingin membahas Utkas. Dia pun langsung mengangkat tubuh Senja. Senja tadi sudah minum su5u serta sikat gigi dan sekarang waktunya tidur. Bila malam lelaki kecil itu dipakaikan diapers agar tidak terganggu ketika hendak pipis malam-malam dia tidur sendiri. Sudah terbiasa sejak dulu. Saat masih berusia dua tahun bik Siwa menemaninya tapi setelah berumur tiga tahun bik Siwa tidak menemani lagi karena Senja tidak pernah bangun malam lagi. Lama Pelangi bercerita dan menyanyikan lagu untuk Senja sampai lelaki kecil itu tidur. ≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈ “Selamat pagi Sayang. Mulai hari ini kita bersiap sekolah lagi ya,” sapa Pelangi dengan lembut pada Senja. Semalam dia sudah membujuk Senja agar mengikuti aturan yang Biru lakukan. Semalam Pelangi juga sudah berpesan pada bik Siwa kalau pagi ini Senja dipersiapkan dengan pakaian sekolah. Memang itu tugas bik Siwa, Biru sudah menekankan Pelangi tak perlu mengurus Senja dalam hal itu, walau kadang Pelangi tetap memandikan dan mengurus Senja. Dia kangen Gerhana. ≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈ “Sudah dua hari Dia tidak sekolah. Aku sudah capek nungguin dia, tapi dia pasti sekolah tak mungkin dihentikan sekolahnya. Apa dia jangan-jangan sekolah, cuma lewat pintu belakang ya? Tapi setiap hari aku lihat mobilnya nggak ada kok. Cuma Pelangi. Perempuan itu setiap hari ada di sana, kalau Senja nya nggak sekolah mungkin itu sebabnya Biru mempekerjakan Pelangi. Bukan dia akan jadi mommynya Senja seperti dugaanku.” “Tapi mengapa aku punya pikiran kalau dia calon ibunya Senja. Alam bawah sadarku mengatakan demikan,” Wangi terus saja bicara sendiri sambil mengamati mansion Syahab. Wangi tak sadar, alam bawah sadarnya sudah didoktrin oleh Senja agar menjauh dari Pelangi karena Wanita itu calon ibunya yang sesungguhnya. Tapi kepolosan Senja membuat doktrin itu menjadikan Wangi marah dan benci pada Pelangi. Lebih tepatnya cemburu. Walau dia tak pernah mencintai Biru, tapi setidaknya dia tak rela posisinya sebagai mantan akan tambah tergeser menjauh bila Pelangi menikah dengan Biru. Pagi ini Pelangi naik mobilnya Senja, dia duduk sendirian Wangi melihatnya dari jauh, tidak ada Senja di mobil tersebut. Penasaran Wangi terus menunggu hingga berapa lama. Tapi tak ada lagi mobil yang keluar dari mansion selain mobil Senja tadi. Tidak ada motor mau pun mobil lain bahkan mobil Biru pun belum keluar. Tadi hanya ada mobil dapur keluar sebelum mobil Senja, yang biasa pergi ke pasar setiap pagi. Ada simbok yang akan belanja. Mobil dapur tentu saja mobil terburuk untuk keluarga Syahab, sebab hanya mobil operasional para pembantu. Tapi buat orang umum tentu saja mobil dapur masih terhitung mahal. ≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈ Karena penasaran Wangi pun akhirnya ke sekolah Senja. Dia ingin melihat apakah Senja benar-benar tidak sekolah. “Maaf Bu ini sudah jam belajar, Ibu ada perlu apa ya?” Tanya satpam dia sudah dapat ultimatum kepala unit tentang SP2 yang mereka terima semuanya. Jadi apabila ada kegagalan lagi mereka semua akan langsung dipecat. Kesalahan satu orang dipikul semuanya tentu dia akan dihukum oleh yang lainnya. Tentu saja dia tidak mau. “Saya mau lihat anak saya, Senja,” balas Wangi dengan pongahnya. “Maaf Bu, betul tuan Senja itu anak Ibu. Tapi di yayasan ini dia anak pak Biru Bu, dan yayasan ini sudah ditutup begitu bell berbunyi. Tidak ada satu orang pun boleh masuk.” “Ibu bisa masuk ke yayasan apabila Ibu dapat izin dari Pak Biru.” “Saya cuma ingin lihat anak saya!” teriak Wangi. “Kalau dia anak Ibu, kenapa Ibu nggak tahu di mana dia berada?” Tanya satpam lagi. “Karena kan dia dibawah pengasuhan Biru!” jawab Wangi sambil berteriak. “Kalau begitu Ibu tanyanya ke Pak Biru Bu. Karena kami tidak tahu satu persatu orang yang masuk. Dan lagi kalau pintu sudah ditutup semua orang tidak bisa masuk kecuali izin dari Pak Biru.” “Kalau tamu biasa mungkin izin dari ketua yayasan atau ketua unit sepertinya Pak Adnan.” “Apa mungkin Ibu bisa minta bicara dengan pak Adnan sebagai ketua pelaksana yayasan. Kalau Ibu boleh masuk, Ibu bisa memberitahu saya nanti saya persilahkan Ibu masuk.” Di yayasan ini ada dua pintu masuk. Pertama pintu masuk pagar luar, dan satu pintu masuk pagar dalam. Itu sebabnya kemarin Adnan dan Biru sangat marah karena Hasto kok bisa masuk ke pintu pagar dalam, bukan hanya pintu masuk pagar luar. Itu suatu tindakan yang sangat ceroboh. “Sudah saya tak perlu masuk. Saya tidak perlu bicara dengan Adnan atau siapa pun. Sekarang kasih tahu saya apakah Senja masuk sekolah?” tanya Wangi. “Wah saya tidak tahu apakah Tuan Biru membolehkan Tuan Senja sekolah atau tidak. Karena sudah dua hari Tuan Senja tidak sekolah. Jadi saya tidak tahu hari ini beliau masuk atau enggak. Dan lagi saya juga nggak boleh lihat absennya kan Bu.” Biru sudah tahu Wangi ada di depan pagar yayasan ada yang team gelatik yang lapor pada dia.

Read on the App

Download by scanning the QR code to get countless free stories and daily updated books

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD