‘Aku benci kamu karena kamu penghalang aku untuk mendapatkan hartanya Biru! Kamu juga penghalang aku untuk menghabisi Wistara Chandra Syahab. Gara-gara kamu semuanya jadi berantakan,’ balas batin Wangi dengan kejamnya.
‘Aku tak melakukan apa pun, kenapa aku yang disalahkan?’ begitu Senja berdalih.
‘Karena aku hamil kamu, maka ayahmu mengatakan tugasnya telah selesai dan dia akan pamit. Aku benci kamu gara-gara kamu kekasihku itu meninggal!’
‘Memangnya kenapa dia meninggal?’ tanya Senja polos.
‘Dia sudah tahu kalau dia akan meninggal begitu dia punya anak. Karena tugasnya seperti itu.’
‘Lalu mengapa dia bikin anak? Bukankah kalau tak bikin anak dia tak mati?’
‘Karena dia harus punya anak supaya meninggal!’
Senja kecil tidak mengerti mengapa ayahnya harus meninggal setelah ada dirinya sebagai pengganti. Itu yang sampai sekarang dia belum tahu.
Biru tak pernah memberitahu kalau dia bukan daddy-nya Senja, tapi Senja sudah tahu dari Wangi, juga dari Biru sendiri dan dari kakeknya serta dari semua orang bahwa dia bukan anaknya Biru. Semua orang mengatakan dalam batinnya dan mereka tidak tahu kalau Senja sering bercakap-cakap dengan mereka dalam batin.
Beberapa kali Senja tidak bisa bercakap-cakap dengan Biru atau dengan Wistara atau Tara sang kakek.
Ada pagar tersendiri yang membuat dia tak bisa masuk. Kalau hanya pikiran luar dia bisa ajak bicara, sehingga bisa mengetahui apa yang hendak Biru katakana atau lakukan, kalau batin terdalam dia tidak bisa masuk. Ketentuannya seperti itu. Jadi tidak semua yang Biru dan kakeknya pikirkan atau ucapkan bisa Senja baca.
Terlebih sang kakek yang juga punya kemampuan indigo seperti dirinya. Kalau dia hendak bertanya, dalam penglihatan kasat mata Senja, sang kakek sudah langsung memandangnya dengan sangat dalam sehingga mereka tak pernah bisa berkomunikasi batin sesuai keinginan Senja.
Hal yang sama juga terjadi pada Pelangi, entah mengapa pada Pelangi Senja tidak bisa masuk dengan mudah. Padahal dengan ibu kandungnya apa pun yang dia tanya bisa terjawab dengan mudah. Tapi kalau pada Pelangi tidak bisa.
Senja banyak bertanya pada Gerhana anak Pelangi, tapi tidak bisa langsung pada Pelangi. Keanehan itu belum bisa Senja pecahkan.
≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈
Biru mengamati semua file lama tentang Prihastono Kadri dan ayahnya Pridantono Kadri. Dia melihat semua data perusahaan Socratin Corporation, milik Pridantono. Biru bertekad akan mengambil alih perusahaan tersebut dan akan dia berikan pada Pelangi atas nama Gerhana. Karena itu adalah jatah Gerhana.
Bukan karena dia suka dengan Pelangi, tapi dia akan memberikan pada Pelangi atas nama Gerhana. Biru paling tidak suka suatu hal yang bertentangan dengan hukum. Terlebih-lebih sangat jelas Pridan dan Hasto bermain uang dan kekuasaan untuk membuat hukuman Hasto menjadi sangat ringan.
Membunuh apa pun alasannya itu sangat berat. Masa Hasto hanya dihukum empat bulan saja. Itu sudah terlalu kelewatan dan Biru akan memperjuangkan secara diam-diam semua demi Gerhana. Bayi yang tak sengaja dimusnahkan oleh ayahnya sendiri.
Biru membayangkan bagaimana bila Gerhana adalah Senja. Tentu semua akan merasa sedih bila itu terjadi. Walau Senja bukan putra biologisnya, melainkan keponakan kandungnya. Itu sebabnya dia akan memperjuangkan nasib Gerhana. Walau bayi itu sudah tidak ada sekali pun. Tetap Gerhana itu punya hak, dan itu dialihkan untuk ibu dari Gerhana karena ibunya masih ada. Kecuali ibunya tidak ada, boleh hak Gerhana ditiadakan.
Semua file-file itu dikumpulkan baik file yang berhubungan dengan perusahaan misalnya tender-tendernya atau apa pun juga promosi, rekam jejak sejak berdiri sudah dikumpulkan oelh Biru.
Atau yang berhubungan dengan personalPridan dan Hasto, bukan masalah perusahaan, melainkan urusan pribadi. Termasuk semua rekaman tersembunyi yang tidak disiarkan karena selalu Pridan tutupi yaitu tentang permainan Pridan bagaimana cara dia menikam musuhnya mau pun tentang pergulatannya dengan para kudanya. Biru akan sudah menyimpan data-data itu.
“Siapa ya yang menyimpan data-data di CCTV itu? Hebat banget. Dan dia sengaja mengeluarkan pada saat yang tepat. Dulu gebrakan munculnya rekaman CCTV pergulatan Hasto di semua ruang di dalam rumah keluarga Kadri terjadi saat Hasto akan keluar penjara. Dan sekarang CCTV tentang pengakuan Dwi Mrabawani dikeluarkan saat Hasto akan kembali ke Indonesia.”
“Sosok misterius ini sangat cermat bermain dengan waktu. Aku jadi penasaran siapa dia,” ucap Biru menatap file di pangkuannya. Dia masih dalam mobil.
“Iya kenapa?” kata Biru saat mendapat telepon dari Bu Siwa pembantu yang sangat dipercayai menjaga Senja. Hanya telepon Bu Siwa, telepon mamanya, juga telepon papanya yang langsung Biru respon. Selain itu jarang ada telepon direspon oleh Biru.
“Den Senja ngamuk lagi Tuan,” kata bi Siwa.
“Sudah satu minggu ini dia tidak ngamuk, kenapa dia ngamuk?” tanya Biru kaget.
“Ini nyonya Wangi menjemputnya dan dia menjerit-njerit. Ibu guru tidak bisa menahan nyonya Wangi karena secara buktinya dia adalah ibu dari den Senja. Jadi yayasan tidak bisa menahan.”
“Sekarang den Senja sudah agak tenang karena dipeluk oleh Miss Lala, tapi nyonya Wangi tetap akan membawa Senja. Bagaimana ini Tuan?” tanya bik Siwa.
Biru memang hari ini tidak menjemput Senja karena sejak anak itu anteng bersama Lala hanya dengan dijemput bik Siwa Senja sudah bisa pulang ke rumah dengan manis. Dan nanti sampai besok pagi tidak pernah ada ngamuk.
Bik Siwa hanya bilang kalau Senja ngamuk besok tidak mau mengantarkan ke sekolah sehingga Senja akan menurut.
Senja menurut karena bila tak sekolah dia tak bertemu dengan mommy Pelangi. Memang sebelum pulang selalu Pelangi mengatakan pada bik Siwa kalau Senja-nya nangis kasih tahu saya saja, biar dia kembali ke kelasnya Miss Anin saja, karena kalau di kelas saya tidak ada anak yang tukang menangis seperti teman-teman di kelas Miss Anin, demikian selalu Lala berpesan pada bik Siwa bila menjemput Senja.
“Kamu tutup saja teleponnya. Saya akan menghubungi yayasan sama kepala sekolah. Habis itu bawa pulang Senja. Saya tidak bisa menjemput karena saya sudah ada di Bandung. Saya baru tiba di Bandung dan sepertinya baru akan mulai rapat, saya pulang nanti malam.”
“Baik Tuan. Saya akan tutup telepon ini. terima kasih,” ucap bik Siwa.
Biru langsung menghubungi ketua yayasan juga kepala sekolah secara bersamaan.
“Tahan Senja, jangan boleh dibawa perempuan itu atau sekolah saya obrak-abrik. Berikan Senja pada pengasuhnya. Kalau sampai Senja dibawa oleh perempuan itu sekolah besok rata sama tanah!” lalu Biru langsung menutup telepon itu tanpa bicara apa pun lagi.
Langkah selanjutnya kepala sekolah dan yayasan harus berpikir sendiri apa yang harus mereka lakukan demi menyelamatkan sekolah mereka dari amukan Biru.
≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈