Tidak ada putus asa yang lebih konyol dari seseorang yang ingin mati di sambar petir di siang bolong atau di hanyutkan oleh dentuman ombak bulan desember yang riuh,hanya karena tidak mampu berlapang d**a dari sebuah perpisahan yang tak sempat terucap selamat tinggal dengan baik dan rela.Memang,tidak ada ucapan selamat tinggal yang benar-benar ikhlas atas kepergian sang terkasih.Seindah apapun semesta terbentang,semua butuh mata cinta untuk bisa di nikmati bukan? Oh Tuhanku,apakah Engkau tak merasa rugi jika diriku gagal menikmati Dunia yang di ciptakan karena kebesaranMu ini? Kembalikanlah mata cintaku.Kembalikanlah cahaya kehidupan itu.Aku tak ingin buta.Bukankah Engkau sendiri yang berfirman bahwa Dunia di ciptakan sebagai sebuah hadiah atas implementasi Cinta dan Kasihmu? Aku menunggu.
Setelah merebahkan tubuh di atas ranjang di sebuah kamar Motel dengan luas tidak sampai 18 meter persegi,sapuan cat dinding berwarna biru pudar dengan beberapa pernak pernik khas Sinine Kula yang klasik pun berhasil menetramkan suasana batin.Mungkin karena biru adalah favoritku.Sedang di beberapa sudut dinding terpajang beberapa lukisan absurd yang unik.Sembari otaku mengais kembali ingatan tentang cahaya kuning aneh di satu jam lalu membuat otot-otot yang pegal selama perjalanan pun sirnah.Ingatan tentang isi surat Veya datang kembali tanpa di undang.Padahal,sudah dengan segenap jiwa ku biarkan tenggelam di palung samudera lupa.Entah mengapa segala hal tentang gadis itu semakin mesra memeluk seisi kepala ketika ia tiada.Dimanakah engkau? Cinta pertama yang kedua.Baru juga kelopak mata mulai mengatup,sebuah ketukan di balik pintu kembali membuat mataku terjaga.Itu pasti Khalberto,seorang Koki yang berasal dari Sahel,sebuah Pemukiman yang menjadi pemisah antara perbatasan wilayah utara dan selatan Gurun Sahara.Setelah empat bulan menginap di tempat ini,Aku sudah cukup hafal kapan Lelaki paruh baya berusia 51 tahun yang selalu mengenakan sebuah jaket rajutan woll yang memiki tebal 2 lapis di bandingkan pada umumnya itu akan datang untuk menanyakan Menu apa yang ingin di hidangkan untuk Sarapan,Lunch dan Dinner di setiap harinya.Motel Hale Noho terletak di wilayah paling Timur Sinine Kula.Sejak dulu,Desa yang hanya memiliki luas 3 Kilometer Persegi ini sudah di nobatkan menjadi wilayah dengan suhu dingin yang ekstrim walau di tengah Musim Panas sekalipun.Kenaikan suhunya sangat jarang untuk bisa di prediksi.Dan oleh sebab itu,para penduduk lebih sering memakai pakaian woll yang di rajut melebihi beberapa lapis.Bahkan ketika awal menapaki tempat ini,aku tidak bisa membayangkan apa yang akan mereka pakai jika Musim Salju tiba.Rasa penasaranpun terobati ketika Khal dengan sabarnya menjelaskan satu persatu hal tentang Sinine Kula dan segala yang mewarnainya,termasuk misteri pakaian musim dingin tadi.Orang-orang Sinine akan menggunakan pakaian dari kulit lembu,banteng maupun kerbau yang sudah di modif sedemikian rupa agar layak dan nyaman di kenakan.Ada satu gudang di atas tebing yang kebetulan berhadapan lurus dengan Hale Noho di gunakan khusus oleh para penduduk kala Musim Panas tiba untuk melakukan aktivitas merajut baik secara konvensional maupun menggunakan mesin.
Sudah waktunya makan malam sekarang,dan seperti biasa aku menghampiri kamar Bara dan Reya yang bersebelahan di lantai paling atas.Aku menempati lantai tengah dan di lantai dasar ada restoran kecil dan tempat masak yang viewnya mengarah langsung ke barisan bukit-bukit dengan ladang bunga Poppy dan Ilalang liar di sisi Barat tempat terbenamnya mentari.Bara tidak bisa di bangunkan dengan mudah sedangkan Reya dengan baju tidur motif awan andalannya telah terlebih dahulu mengambil tempat di sampingku.Sudahlah,tidak ada yang namanya harus menunggu Bara datang baru ritual makan terlaksana.Sup jamur dan kalkun panggang menjadi Menu utama malam ini dengan Nasi yang sengaja di lebihkan oleh Khal dari porsi aslinya.Pria itu juga merasa terpukul ketika mendengar kabar tentang Veya.Bukan apa,tapi katanya,senyum Veya mengingatkan dirinya kepada Cleo istrinya yang telah tiada sejak 10 tahun yang lalu.Dia meyakini bahwa setelah Cleo dan Veya,tidak ada lagi Perempuan di luaran sana yang memiliki senyum serupa.Kalau yang ini,akupun setuju.
***
"Kembalilah ke Gunung Putih.Perempuan itu sedang menunggumu di dalam portal Amihanan"
Suara seorang Wanita mengalun lembut di dalam mimpi.Tapi rasanya dia sedang mencekik leherku.Aku terbangun dengan nafas terengah-engah.Ku sambar jaket kulit yang menggantung di belakang pintu lalu berjalan cepat menuju lantai dasar.Entah kenapa mimpi tersebut terasa begitu nyata dan hal itu berhasil membuat bulu kudukku merinding.Di tambah lagi suhu dingin Sinine Kula yang di luar batas normal benar-benar membuat menggigil siapa saja yang belum terbiasa.Ku tapaki anak tangga dengan cepat guna mencari keberadaan Khalberto untuk berbincang-bincang sejenak.Aku harus menceritakan hal ini pada Khal dan meminta pendapatnya.Entah kenapa aku begitu cemas.Pria itu selalu bertanya tentang apakah aku pernah bermimpi bertemu seorang wanita di liputi cahaya sejak hilangnya Veya? Aku menggelengkan kepala saat itu karena baru saja aku mengalaminya.Dia pasti tahu sesuatu di luar lingkupku.Semoga dia belum pulang ke rumahnya,harapku.Setelah terdengar riuh suara para penginap yang masih terjaga di beberapa meja makan,Aku legah karena ini adalah jawabannya.Khal tidak akan pulang sebelum para pelanggan beranjak.Ku sapu pandanganku ke sekitar dan mendapati Khal masih asyik memainkan spatulanya dengan lincah.Lelaki berambut coklat kehitaman dengan kumis tipis yang beberapa helainya sudah memutih itu terlihat bersahaja.Katanya,dia sedang berusaha menikmati dan menata hidup untuk kedua kalinya setelah di tinggal Cleo.
"Hello Meneer ! Aku bisa meminjam waktumu sebentar?" Aku melambai sembari mengulas senyum.
"Tentu saja Bung! Tunggu beberapa menit lagi dan aku akan selesai.Apa itu?" Tanyanya sambil merendam Teflon di atas wastafel.
"Apa kau masih ingat dengan pertanyaanmu tentang mimpi bertemu sorang wanita asing? Waktu itu kau bertanya setelah 3 hari proses pencarian Saveya.Siapa perempuan yang kau maksud Sir?".
"Oh Apakah kau sudah bermimpi bertemu dengannya?" Ku lihat ada binar kegirangan yang terpancar dari sorot mata Khal.Seolah dia sedang menggantungkan harapan besar disana.Tapi kenapa?.Dengan cepat ku anggukan kepala.
"Apa yang dia katakan?"
"Dia memintaku kembali ke Hara Valge tapi hatiku terasa cemas"
"Ada lagi selain itu?" Khal melepaskan telfon yang niatnya ingin di cuci dan berjalan mendekat dan mengambil tempat pada kursi yang berhadapan.Rautnya berubah penasaran.
"Dia menyebut Amihanan tapi aku tidak tahu apa itu"
"That's the point dude ! " Dia menepuk pundakku girang.Amihanan yang di maksud adalah Portal area Utara.Besok kembalilah ke sana dan susuri wilayah itu"
"Utara? Kebetulan itu tempat hilangnya Veya.Jadi maksudnya Veya ada disana?" Jantungku berdebar kencang.Ada cemas dan harap bercampur di dalam sana.
"Tidak ada yang namanya kebetulan di dunia ini Troya.Segala hal sudah di atur dengan sempurna.Aku rasa kau juga setuju dengan itu" Tone suara Khal berubah lebih serius kali ini.
"Kemarin setelah keluar dari pintu selatan Hara Valge,kami mengalami hal ajaib yang misterius.Ada sebuah cahaya kuning menghampiri kami bertiga dan berputar-putar seolah sedang menggurat sebuah simbol tapi samar" Sudah ku paksa mengingat dengan keras namun memang samar.
"Benarkah? Itu benar-benar sebuah petunjuk bagus.Cobalah mengingat dengan keras.Atau tanyakan pada Reya dan Bara mungkin saja mereka melihat dengan jelas.Kau tahu? Semua orang memiliki kapasitas mata berbeda ketika melihat sihir atau hal gaib semacamnya.Semisal,bisa saja kau melihat cahaya tadi menggurat sebuah lingkaran,namun bisa saja berbeda dengan apa yang di lihat Bara.Mungkin saja yang ia lihat justru bentuk persegi panjang"
"Maksudmu itu mungkin saja hanya sebuah ilusi?"
"Ya! Tapi maksudku ilusi bentuk bukan ilusi tentang keberadaan hal tersebut.Untuk orang yang percaya hal-hal gaib dan mistis sepertiku,aku menyakini keberadaannya nyata namun,bentuknya bisa saja hanya ilusi karena hal itu memiliki bentuk ganda.Dimana di dimensi aslinya dia memiliki bentuk asal bulat misalnya,namun ketika masuk ke dimensi lain maka bentuknya akan berubah dengan wujud yang berbeda dari sebelumnya" Ucapan Khal berhasil mendorong gemuruh badai ke arahku.Apa yang dia katakan mirip dengan yang pernah Veya tasbihkan.
"Apakah Veya pernah mengatakan hal yang sama?"
"Bagaimana kau tahu? Aku meragukan eksistensi Khal sebagai manusia yang utuh sekarang.
"Your eyes tell " Senyum hangat menguar di wajah yang masih menawan untuk ukuran Seorang pria paruh baya.Cleo tidak salah memilih.
Setelah berunding,akhirnya kami bertiga memutuskan untuk kembali ke Hara Valge besok pagi.Reya kembali bersemangat begitupun Bara setelah mendengar penuturanku tentang perbincangan bersama Khal.Setelah menyiapkan beberapa barang untuk di bawa besok,pintuku kembali di ketuk.Tidak mungkin khal,karena dia sudah kembali ke rumahnya yang lumayan jauh dari Motel.Segera ku buka dan mendapati wajah asing yang awalnya ku kira Reya dan Bara.
"Urungkan niat kalian,jika tidak ingin salah satu dari kalian akan mati menyusul gadis itu!"