YELLOW&GONE
~PROLOG~
"Untuk apa kau mengejar perempuan gila itu? Dia sudah menjadi penduduk abadi Fahazavana.Dia akan membunuhmu apapun yang terjadi! Kau tahu itu kan Tuan Troya?" Aku sudah mendengar itu berkali-kali Vegaza.Terkutuklah engkau.
Bara dan Reya masih tersesat di langit utara.Sialannya Metha menipu tentang portal aura.Aku memiliki biru,Reya dan Bara memiliki 1 warna dan itu berkat.Apakah aku harus membunuhnya agar bisa keluar dari Negeri Khayalan ini? Dia cinta pertama dan terakhirku.Namun,lembayung senja Hara Valge tetap akan mengabadikan memori itu.Memori kebangkitan,mengutuk dan mengakui.Tidak ada yang lebih sial dari seorang pria tampan yang memiliki cinta buta dengan jiwa yang menyedihkan.Tunggulah Veya! Sekali lagi kita bertemu,semoga.Sekali lagi.DEJA VE !
~
~2014~
HARA VALGE
~
Di semesta ufuk barat,Sang surya perlahan berarak meninggalkan cakrawala sejauh mata memandang.Kembali ke peraduannya dengan khidmat dan meremangkan lembayung senja yang tersapu semilir angin utara.Malam pun datang dengan cepatnya,seolah tak sabar memeluk gemintang di atas pucuk-pucuk Akasia yang berdiri kokoh di atas bukit Sabana.Di depanku,suara langkah kaki dari sekelompok Regu Pencarian menyusuri setapak demi setapak lereng-lereng lembah sunyi yang membetang di sekitaran Sungai Kally.
Hari ini genap empat bulan masa pencarian,namun tidak ada jejak apapun yang di dapatkan.Sedangkan aroma parfum dengan wewangian khas lautan dari tubuh wanita itu masih merasuk jelas di indera penciuman.Mungkin hanya aku.Walau gulita menghalangi netra,namun bisa terlihat dengan jelas raut Bara dan Reya yang tidak kalah meremang.Guratan di wajah sepasang kekasih itu sudah tak kalah sendunya dari lukisan Vincent.Seiring deru nafas dedaunan Pinus yang memanyungi belasan kepala di bawahnya,tidak ada satupun di antara kami yang bersuara.Semua sedang asyik merecoki otaknya masing-masing,berusaha memikirkan cara apa lagi yang harus di lakukan.Gadis itu sudah di telan Bumi.Di telan keinginannya sendiri.
Di lima menit yang lalu,alat-alat penerangan yang membekali proses pencarian padam secara misterius sehingga kami pun memutuskan untuk merebahkan tubuh sesaat di beberapa gundukan bebatuan terdekat.Seorang pria kaukasia yang biasa di sapa Meden oleh rekan Timnya berusaha membuka percakapan setelah hampir sebelas jam membisu,there is no hope anymore.Entah mengapa rasa panas terasa menjalar di daun telinga,rusuk-rusuk di d**a terasa di hantam palu bertubi-tubi.Namun sudah.Sudah tidak ada harapan memang.Tidak ada suara yang menanggapi,sebagai simbol mengiyakan dengan berat.Apakah hidup memang selalu tentang perpisahan? Tuhan membungkus pertemuan dengan hal pahit yang manis,menyilaukan mata membuat harap dan asa melambung tinggi menembus khatulistiwa,lalu menghempaskannya ke palung terdalam samudera.
Satu persatu pasang kaki mulai berderap meninggalkan kami bertiga.Reya mendongak pasrah.Sedangkan Bara,menepuk-nepuk pundakku berat seolah aku sedang berkabung.Dia belum mati.Apa yang harus di sedihkan?
Malam itu,tatkala mata para pelancong mulai di gelayuti mimpi.Veya bangun dari tidurnya beringsut keluar tenda.Tanpa ia sadari,aku mengikutinya perlahan.Entah apa yang ada di dalam pikiran gadis itu,dia berjalan menuruni bukit tempat semua tenda para pemukim berjajar rapih menghadap ke arah pantai Peni di sisi selatan tanpa ada penyesalan.Dia tahu bahwa di luar sana ada binatang buas yang siap mencabik dagingnya di tengah malam buta.Tapi lihatlah,tidak ada sedikitpun ia menoleh ke belakang.Kakiku mulai gontai ketika melihatnya semakin di lahap kegelapan.Malam saat kejadian tersebut,aku hanya mampu meracau dan mengutuk diri ketika netraku kehilangan siluet tubuh Veya.Di bawah lereng bukit yang pekat gulita,aku menyusuri jalan setapak di tengah rerumputan ilalang yang membentang di kanan kiri sembari di temani cahaya rembulan di atas kepala.Namun,bulan tiba-tiba lenyap secara misterius seolah di makan Okami.Si monster serigala berkaki dua yang memiliki tanduk tunggal menjulang setinggi satu meter dimana berfungsi untuk menghisap cahaya.Para penyair di abad pertengahan seperti Jou Zakrene menuturkan di dalam bukunya yang berjudul Tutu Koda bahwa Okami merupakan spesies fauna pertama yang hidup di wilayah hutan utara,tempat dimana Veya menghilang.Konon katanya,Okami di kutuk oleh Dewi Kegelapan karena membunuh seekor hewan suci yang di anggap keramat oleh bangsa Halla,bangsa penyihir yang berada dalam naungan Sang Dewi.
Apakah dia pergi ke dunia itu? Dunia dongeng yang selalu di puja-pujanya.Sebelum melakukan perjalanan kesini,beberapa orang yang kami kenal sempat berpikir bahwa Veya mungkin mengalami depresi akibat shock berat karena gagalnya pernikahan yang sudah di idam-idamkan sehingga berujung berhalusinasi tentang Negeri Utopia,dimana ia ingin hidup disana agar tidak merasakan sakit dan kesedihan.Tapi dengan segenap jiwa ku menepis.Dia adalah sesuatu paling waras yang menawan hatiku sejak ratusan musim yang lalu.Cinta itu buta sayang.Jua tidak ada yang mampu menyangkal hal itu.
Tepat dua bulan yang lalu,rencana pernikahan yang sudah di canangkan bersama Loys pun pupus.Padahal,hubungan keduanya telah terjalin selama sembilan tahun.Waktu yang tidak sebentar.Kala itu,aku yang baru datang ke kehidupan Veya hanya menjadi penonton setia hubungan asmara yang berhasil membuat iri menjalar ke urat nadi.Sampai pada suatu senjah di musim dingin dua tahun setelahnya,Aku memberanikan diri mengungkapkan perasaanku dengan tidak tahu diri.Padahal saat itu keduanya tengah sibuk memupuk benih asmara yang tengah ranum bermekaran dan beranak pinak.Aku tidak memaksa ataupun meminta untuk menjalin hubungan layaknya sepasang kekasih yang candu akan temu ataupun menjadi selingkuhannya.Aku hanya ingin menyampaikan gejolak yang sudah tak mampu di bendung.Itu saja.Namun benar,Aku si bodoh menyedihkan.Abu Nawas pasti menertawakanku habis-habisan jika ia masih hidup.Aku tak mampu mengembang biakan ide-ide cerdas yang jeli karena otakku lebih tandus dari Sahara.Tanpa disadari ungkapan cintaku yang menggebuh bagai musafir yang baru menemukan Oase berhasil membuat Veya kesulitan.Seharusnya sejak awal aku lebih baik memilih mencintai dalam diam.Dia tidak mencintaiku,namun karena kebodohanku,dia merasa bersalah karena harus mengutarakan hak penolakan tanpa intervensi.Aku hanya patah sedikit,tidak sebanyak sekarang.
"Troya,sudah waktunya kembali ke Sinine Kula" Suara Bara menyudahi keheningan.Pria berdarah Minang-Sunda itu berusaha terlihat paling tegar di antara kami bertiga.Walau sebenarnya dia paling kehilangan dari siapapun.Veya dan Bara adalah sepupu dari pihak Ibu.Bisa di bilang dia adalah Kompas antik yang mempertemukan aku dengan Veya. Hara Valge,Au Revoir.
***
Mobil Jeep yang kami kendarai kini menyusuri gerbang selatan,mengepulkan debu tanah kering yang berhias bebatuan dan kaktus yang tengah berdiri kokoh menikmati para turis asing yang berlalu lalang sejak pagi buta.Ini adalah trip paling sial.Belum sempat mengabadikan momentum dan menyelipkan memori indah di tempat surgawi Gunung Putih,Veya lebih dulu mengabarkan duka.Dia tidak berubah sama sekali.Selalu mampu membuat cemas dan patah sejak dulu.
Di tengah laju mobil yang mulai melambat melewati jalan berkelok di tepian pantai Peni,Bara menoleh ke arahku dengan ekspresi yang rumit.Sungguh,Aku sedang tidak butuh kata-kata mutiara saat ini.Pun sesekali tidak lupa kami berdua memperhatikan Reya dari kaca Spion.Di bawah kantung mata yang bergelayut mendung dengan penampilan yang benar-benar berantakan,bibir gadis itu masih di sulam kebisuan.
"Lo berdua tau gak? Veya tuh sengaja ngajak kita trip kesini" Parau suara Bara memulai percakapan.Sesekali ia menghapus jejak genangan air mata yang telah turun beberapa detik lalu bersamaan dengan hujan musim semi menggenangi Bumi.
"Apa maksudnya?" Entah mengapa Aku merasa kedua manusia ini sedang bermain kucing-kucingan.Sepuluh menit telah berlalu dan akhirnya Bara memberhentikan mobil tepat di sebuah halte usang di tepian jalan.Menghembuskan nafasnya pelan lalu mulai memaparkan segala cerita yang membuat dahagaku kian meninggi. "Veya sudah merencanakan untuk hilang di tempat ini sejak tiga bulan lalu tapi,Aku pikir dia hanya berguyon" Bara tercekat. "Jadi maksudmu dia sudah berencana untuk mati? Sialan! Apakah dia seputus asa itu karena Loys?" Rasanya ada sebilah pisau yang mengiris uluh hatiku perlahan demi perlahan.Benci karena tidak ada yang bisa di salahkan."Bukan..." Kepalaku mendongak karena nada Bara di ujung kalimatnya menarik atensiku.Ada sesuatu disana."Veya melakukan sesuatu yang dia ingin dan dia percayai.Tapi jika kau bertanya kenapa?,itu karena dirimu" Bagai petir yang menyambar di siang bolong,tubuhku mati rasa.Jika saja Bara tidak menampar wajahku mungkin seorang Troya sudah mati karena kehabisan nafas.Seketika hawa terasa dingin mencekam,gerimis seolah-olah menjelma bagai bongkahan Es.Jika saja ajal bisa di pesan sesuka hati,Aku lebih memilih mati hari ini.
beberapa menit berlalu keluh.Kesadaran Reya pun di paksa kembali.Perempuan itu menarik kencang kerah jaketku histeris.Dia tidak marah,hanya saja hatinya meringis kesakitan.Ada rasa penyesalan di kerlingan matanya.Namun semua terbuyarkan ketika sekelebat cahaya aneh berwarna kuning dari arah timur menerobos celah wajah kami.Cahaya itu berputar-putar di ketinggian dua meter di atas kepala seperti sedang mengguratkan sebuah simbol.Apakah ini mimpi? Namun entah mengapa cahaya kuning itu membuka lembaran memori yang selama ini ku tutup rapat.Tentang sajak yang pernah Veya tuliskan untukku di 3 tahun yang lalu.