Ketika Daven keluar dari kamar mandi, pria itu mendadak kehilangan senyumnya hanya karena di meja mesin jahit Arsy, tak lagi dihiasi satu tumpuk kemeja pria. Bukan tanpa alasan kenapa Daven mendadak gelisah bahkan dirundung kesedihan. Sebab semua kemeja itu dibuat khusus oleh Arsy selama dua hari terakhir. Arsy membuatnya dengan sangat bersemangat. Daven makin terpukau kepada Arsy karena selama itu juga, senyum indah terus menghiasi wajah Arsy dan membuat istrinya itu terlihat makin cantik. “Sy?” Daven sadar, tak ada orang lain di sana selain dirinya. Begitupun dengan Arsy yang tak ada di sana dan tak mungkin menjawab panggilannya. Apa yang Daven lakukan hanya bagian dari rasa frustrasinya yang kewalahan mendapatkan hati Arsy. Karena jangankan mendapatkan, didekati saja, Arsy selalu men