Bab 41

2434 Words
Sinar mentari kini menyerbakkan sinarnya memnuat siapapun akan terbangun karena silaunya, seperti gadis tersebut yang terbangun karena hordeng di kamarnya terbuka dengan lebar hingga sinar mentari begitu saja masuk mengusiknya. "Arghhh Bu, masih ngantuk aku. Tutup lagi hordengnya," ujar Tia sambil menutup kembali tubuhnya dengan selimut, ia sangat tahu pasti sang Ibu yang membuka hordeng tersebut. Wanita paruh baya tersebut jelas menggelengkan kepalanya pelan saja lalu menghampiri perlahan anak gadisnya. "Kamu mau sekolah enggak? Didepan sudah ada Alex tuh," kata Caca. Tia yang menggusar sana sini seolah ingin mencari posisi nyaman kini membuka selimutnya lalu spontan memposisikan diri duduk di atas kasur dengan mata yang melotot tidak percaya. "Siapa Bubu bilang? Alex?" tanya Tia dengan nada tidak percayanya, wanita paruh baya tersebut sontak mengangguk pelan lalu melangkah perlahan keluar dsri kamar anak gadisnya. "Cepatan mandi sana, kasihan masa dia nungguin kamu. Lagi kamu juga anak gadis bangun siang mulu," cetus Caca sebelum akhirnya benar-benar keluar dari kamar anaknya. Gadis tersebut sontak merebahkan kembali tubuhnya sambil berteriak pelan dengan nada kesalnya. "Arghh! Alex! Kenapa lu jam segini si jemput gue! Arghhhh!" seru Tia yang lalu menendang kesal selimut yang berads ditubuhnya. "Aaakhh!!" Gadis tersebut berteriak kembali sebelum akhirnya memposisikan dirinya beranjak dari kasur king sizenya dengan perasaan kesal, ia berjalan gusar menuju kamar mandi untuk menyegarkan tubuhnya. Sedangkan Alex kini menunggu duduk Tia didepan teras gadis tersebut, namun malah wanita paruh baya lagi yang menghampirinya. "Nak Alex, masuk dulu kita sarapan bareng dulu. Tianya baru mandi," jelas Caca dengan senyuman manis di bibirnya, laki-laki tersebut memposisikan dirinya kini berdiri tepat di hadadapan wanita paruh baya tersebut. "Enggak ussh Tan, saya disini saja," kata Alex dengan senyuman tipis. Caca langsung menggaet tangan laki-laki tersebut sambil berkata, "Sudah jangan malu-malu, Tia itu lama loh mandinya," kata Caca, Alex hanya diam saja seolah mengikuti tarikan tangan wanita paruh baya tersebut yang kini mengarah ke ruang makan. "Loh ada Alex, sejak kapan? Sini duduk, duduk," ucap Rifan ketika melihat Alex bersama sang istri. Revan menoleh lalu bertanya, "Wah ngapain lu pagi-pagi buta kesini? Mau bareng adek guenya?" Sambil menaikkan kedua alisnya. "Duduk Lex," ujar Rey yang melihatnya, Alex tersenyum tipis lalu mengangguk pelan. Laki-laki tersebut kini menarik bangku ruang makannya lalu duduk tepat disamping Revan. Rifan bertanya, "Kamu sudah panggil Queen?" Kepada sang istri yang kini mulai mengambilkan makan untuk sang suami. "Sudah Mas, dia baru mandi kayanya. Kamu kaya enggak paham anak gadis kamu saja si," ujar Caca yang membuat Revan terkekeh pelan saja, Rifan hanya menggelengkan kepalanya pelan. "Maafin Tia ya Lex sudah membuat kamu menunggu," kata Rifan. "Enggak papa ko Om, lagi juga masuk sekolahnya juga masih lama," balas Alex membuat Revan yang mendengar sontak tertawa pelan yang membuat Rey tertawa lalu bertanya, "Kenapa ketawa Van? Ada yang lucu?" Revan menggelengkan kepalanya pelan sambil tertawa pelan yang membuat semua yang berada disana bingung namun tidak dengan Alex yang seolah mengerti kalau sahabatnya sedang menertawai dirinya yang belaga manis, padahal kalau menunggu yang lain ia tidak akan semanis sekarang. "Ayuk makan, jangan sungkan-sungkan kan tidak lama lagi kamu juga kana menjadi bagian keluarga kita," kata Caca. "Iya lu kan sebentar lagi jadi adik ipar gue," nimbrung Revan sambil menaikkan kedua alisnya, Alex hanya menatap dengan sengit saja tanpa bisa membalas apa yang dikatakan oleh Revan. Tak selang berapa lama gadis tersebut telah selesai memakai seragamnya, ia mengambil tas sekolahnya yang lalu ia cantolkan di bahu kanannya sebelum akhirnya ia memutuskan untuk keluar kaamrnya, Tia melangkah menuruni anak tangganya dengan raut wajah tidak semangatnya jujur saja ia masih mengantuk. "Morning," kata Tia ketika sudah berada di area ruang makan. "Lu enggak mandi De?" tanya Revan ketika melihat sang adik yang kini duduk dengan raut wajah lesunya. "Masih ngantuk," jawab Tia membuat semua yang berada di ruang makan tersebut jelas mengernyitkan dahinya bingung. "Sudah cepat sarapan, kaliankan harus sekolah," kata Caca. Mereka telah selesai dengan aktifitas sarapannya. Revan, Tia serta Alex kini melangkag kelaur rumah setelah berpamitan kepada Caca dan Rifan. "Lu serius bareng adek gue?" tanya Revan yang seolah tidak percaya. "Lu pikir gue kesini mau nyamperin lu?!" seru Alex dengan nada yang judes membuat Revan sontak hanya bermenye-menye lalu membalas, "Yeuh gue juga ogah disamperin lu." Tia menghela nafasnya gusar lalu memutar bola matanya dengan jengah sebelum berkata, "Ini jadi mau berangkat enggak, malah ribut!" Dengan nada yang sedikit ngegas. Laki-laki tersebut lantas langsung menaiki motornya dan memakai helm fullface-nya sebelum gadis di hadapannya semakin marah, Alex memberikan helm yang sengaja ia bawa kepada Tia. "Cielah, perhatian banget sampai siapin helm segala," cetus Revan ketika melihatnya. "Berisik, mau gue timpuk pakai helm?!" seru Tia dengan sorot mata yang tajam, Revan hanya terkekeh saja sambil menutup kaca helm fullface-nya lalu melajukan motornya meninggalkan kedua insan tersebut yang menatap dengan sorot mata yang jengah, terlebih Alex yang menggelengkan kepalanya pelan. Gadis tersebut kini memegang bahu Alex untuk membantunya naik ke motor sport tersebut. "Sudah?" tanya Alex dengan lembut sambil melirik melalui ekor matanya, Tia hanya manggut-manggut saja untuk menjawabnya. Alex tersenyum tipis lalu menutup kaca helm fullface-nya sebelum akhirnya melajukan motornya keluar dari perkarangan rumah gsdis tersebut. Hanya hembussn angin dan suara kendaraan lain yangbseolah meramaikan telinga mereka berdua, sedangkan kedua insan tersebut terdiam satu sama lain. "Ti," panggil Alex sedikit lantang ketika ia membuka kaca helm fullface-nya. "Hah?" jawab Tia tidak kalah lantangnya, emang hembusan angin membuat suara-suara mereka kabur sedikit tersamarkan. "Marah?" tanya Alex dengan singkat. Gadis tersebut yang tidak fokus sontak bertanya kembali, "Hah? Apaan? Merah?" Alex melajukan motornya emang dengan keceoatan standar, namun kendaraan lain serta angin yang berhembus membuat gadis tersebut samar-samar mendengarnya. "Enggak, enggak jadi!" kata Alex dengan lantang yang membuat Tia mengerutkan keningnya bingung namun setelahnya ia menghela nafasnya lalu menghendikkan bahunya seolah tidak mau memperdulikannya. 20 menit berselang, Alex memasuki gerbang sekolahan lalu memarkirkan motornya ditempat biasa. Semua siswa-siswi yang ebrads dilingkungan sekolah sontak terkejut akan kehadiran Alex yang membonceng Tia yang jelas kemarin ia bareng dengan Revan, sontak semua dibuat bingung dibuat heboh ketika melihatnya. "Perasaan kemarin bareng Revan, sekarang sudah bareng Alex saja. Sebenarnya dia ngincer siapa?" "Lah, sekarang sama Alex?" "Gilaa si, satu tongkrongan didekatin. Sana sini mao." "Gue kira cewek baik-baik, nyatanya eh–" Tia turun dari motor Alex lalu melepas helmnya dan memberikan kepada Alex. "Makasih," kata Tia yang ingin melangkah menjauh membuat Alex bertanya, "Eh, mau kemana?" Gadis tersebut jelas terdiam lalu menatap ke arah Alex sambil mengernyitkan dahinya sebelum akhirnya berkata, "Ya mau ke kelas lah. Lu pikir mau kemana lagi?" Dengan nada judesnya, raut wajahnya sungguh tidak bersahabat. Alex kini turun dari motornya setelah melepas helm fullface-nya. "Bareng," ujar Alex yang kini berdiri tepat disamping gadis tersebut, Tia sontak mendongak menatapnya sambil mengerutkan keningnya. "Dih, enggak-enggak. Gue bareng lu aja udah dilihatin kaya mau diterkam, apalagi jalan bareng sampai kelas," cetus Tia menolak, gadis tersebut lantas langsung melangkah menjauh dari hadapan Alex yang terdiam. Baru saja Alex ingin melangkahkan kakinya menyusul, gadis tersebut keburu membalikkan badan dan berkata, "Ingat, perjodohan kita ada ditangan gue." Dengan sorot mata yang tajam, laki-laki tersebut terdiam mematung sambil menatap sendu. Alex melangkah perlahan membuat gadis tersebut sedikit terkejut, ia menghentikan langkah kakinya tepat di hadapan gadis tersebut. "Lu lupa kalau gue biss bongkat dan akuin semuanya di depan mereka," bisik Alex tepat ditelinga gadis tersebut, matanya melihat ke sekelilimg yang sedang memperhatikan mereka berdua. Laki-laki tersebut melangkahkan kakinya melewati Tia begitu saja meninggalkan gadis tersebut yang terdiam membisu karena mendengar perkataan Alex, sedangkan laki-laki tersebut tersenyum menyeringai seolah ia tahu cara menghadap gadis tersebut. "Berani-beraninya dia ngancem gue!" seru Tia dengan tangan yang terkepal menatap tajam laki-laki yang sudah jauh dari pandangannya. "Tia!" "Tia!" "Woi!" Tepukan dipundak menyadarkan gadis tersebut yang masih menatap lurus ke arah laki-laki yang sudah tak terlihat lagi dari pandangannya. "Lu kenapa si? Masih pagi sudah ngelamun aja," kata Siska dengan raut wajah bingungnya. "Ah enggak," jawab Tia seolah menyudahi, Siska yang mendengarnya sontak mengerutkan keningnya heran. "Yasudah ayuk ke kelas," ujar Siska yang membuat Tia tersenyum tipis lalu mengangguk pelan, mereka berdua kini melangkahkan kakinya menyusuri lorong koridor sekolahan. "Lu buat gosip apa lagi Ti kali ini?" tanya Siska sedikit berbisik yang membuat Tia hanya terkekeh pelan lalu menjawab, "Kayanya gue nafas aja jadi bahas gosip, jadi jangan heran ya kalau sahabatan sama gue, kudu kuat-kuat kuping." Siska yang mendengar sontak tertawa pelan lalu berkata, "Kayanya artis ibukota aja kalah sama lu yang nafas saja di gosipin." Mereka berdua tersenyum geli setelahnya, Tia sama sekali tidak pernah menundukkan kepalanya setelah gosip-gosip yang selalu menerpa dirinya. "2 R kemana?" tanya Tia yang membuat Siska jelas mengerutkan keningnya. "2 R siapa anjinc? Teman kita yang baru?" tanya Siska dengan raut wajah bingungnya, Tia sontak menghela nafasnya lalu memutar bola matanya dengan jengah. "O'onnya kaga hilang-hilang," gumam Tia sambil menepuk pelan dahinya yang kini memasuki ruang kelasnya, Siska sontak masih dengan kebingungannya memikirakn 2 R yang disebutkan oleh Tia. Siska bertanya, "Ti, saha si 2R?" Dengan sorot mata yang bingung, Tia yang kini sudah duduk hanya merebahkan kepalanya di atas kedua tangannya yang ia lipat untuk dijadikan bantal. "Sebentar lagi juga datang," kata Tia sambil memejamkan matanya sebelum bell masuk berbunyi. Siska jelas semakin dirundung kebingungan atas perkataan yang dilontarkan sshabatnya, ia mengerutkan keningnya lalu memposisikan tubuhnya duduk menatap ke depan kelas, tak selang berapa lama Rayna dan Rima datang membuat Siska menatap kedua sahabatnya. "Ahhhh jadi ini yang dimaksut 2 R," kata Siska yang kini mengerti, Tia yang mendengarnya hanya mengulumkan senyum tipisnya dengan posisi yang masih sama. "Kenapa?" tanya Rima bingung. Rayna hanya mengernyitkan dahinya menatap Siska yang seolah mendapatkan sesuatu. "Ti, teman lu kenapa tuh?" tanya Rayna yang kini sudah duduk tepat disamping Tia. "Habis dapat jawaban teka-teki dia," jawab Tia dengan mata yang masih terpejam lalu tersenyum tipis, hingga beberapa menit berselang bell masuk berbunyi membuat Tia kini menegakkan lalu merentangkan tubuhnya. "Habis begadang lu?" tanya Rayna ketika melihat sahabatnya menguap. Tia menjawab, "Ngabisin drama gue." Rayna hanya menggelengkan kepalanya pelan ketika mendengarnya. Guru yang mengajar kini telah datang membawa buku pelajaran yang akan di ajarkan, semua siswa-siswi yang berads didalam kelas ontak hening seketika ketika derap langkah memasuki ruang kelas mereka. Sorot mata guru yang terkenal tegas jelas menelusk mencekam, ia masuk ke ruang kelas sambil berkata, "Buka halaman 47, yang tidak bawa buku silahkan berdiri depan kelas." "Lu bawa enggak?" tanya Siska. Tia menunjukkan buku yang baru saja ia ambil membuat Siska hanya manggut-manggut lalu kembali memposisikan duduknya lurus memperhatikan sang guru yang berada didepan ruang kelasnya. Hingga waktu berlalu begitu saja, mereka belajar dengan tenang. "Pak, ijin ke toilet," kata Tia sambil mengacungkan tangannya membuat guru dengan kumis tebal tersebut melihat datar ke arah Tia. "Jangan lama," ujar sang guru. "Mau ditemanin enggak?" tanya Rayna menawarkan membuat Tia menggelengkan kepalanya pelan lalu menjawab, "Enggak usah." Gadis tersebut lalu beranjak berdiri dan melangkah keluar dari ruang kelasnya menuju kamar mandi walau sebentar lagi istirahat namun ia sudah tidak tahan dengan panggilan alam. Tia buru-buru menyelesaikan urusannya ketika sampai di toilet, beberapa menit kemudian ia bernafas lega telah selesai dengan aktifitas panggilan alamnya, ia melangkah ke arah wastafel untuk mencuci tangan sebelum melangkah keluar. Namun tanpa disangka beberapa orang yang serimg mencari masalah dengannya tanpa ia berbuat ulah datang menghampiri. "Mau kemana lu?" tanya Risa. "Mau keluar, menurut lu gue mau kemana lagi?" tanya Tia dengan sedikit sarkas yang membuat Risa sontak terkejut begitu juga dengab yang lainnya. "Sudah berani lu nyahut," ketus Risa dengan sorot mata yang tajam seolah siap menerkam. Tia mengerutkan keningnya lalu menyela, "Lah emang bukannya kalau orang tanya harus dijawab ya." Dengan sorot mata datar yang menelusuk. "Wah Ris kurang aja banget dia," kompor Vera dengab seringai kecil, Tia sontak mengerutkan keningnya lalu bertanya, "Disini jual kompor juga emang?" Vera yang mendengar sontak mengepalkan tangannya melotot tajam yang membuat Tia hanya menatao singkat lalu terkekeh pelan. "Lu ada maksut apa dekatin The Boy's," ujar Risa dengan nada tidak suka, Tia yang mendengar jelas mengerutkan keningnya bingung. "Perasaan enggak ada yang deketin The Boy's, yang ada gue emang deket bukan deketin," jelas Tia dengan santainya membuat mereka jelas menatap tidak percaya atas apa yang diucapkan gadis dihadapan mereka. "Belom saja lu di labrak sama Kak Fiona," kata Vera dengan sinisnya. Tia menyela, "Enggak sekalian lu suruh kepala sekolah ngelabrak gue?" Dengan santainya membuat mereka yang mendengarnya jelas terkejut. "Kurang ajar banget ya lu!" seru Girly dengan nada tidak sukanya, gadis tersebut menyeringai lalu berlalu begitu saja meninggalkan mereka yang menatapnya dengan sangat kesal. Rika menimbrung, "Makin kesini makin ngelunjak saja tuh cewek sok kecantikan!" Tia melangkahkan kakinya menuju ruang kelasnya, namun belum sampain di depan pintu kelasnya bell istirahat berbunyi membuatnyaa menghentikan langkah kakinya karena ia tahu para murid akan berhamburan keluar kelas. "Pak," sapa Tia kepada guru yang mengajar dikelasnya, ia tersenyum manis membuat guru tersebut hanya menggelengkan kepalanya pelan lalu melanjutkan langkah kakinya untuk ke ruang guru. "Ini si Tia lama banget si ke toiletnya," ucap Rima yang menunggu sahabatnya tak kunjung kembali. "Ssssst! Susah suit." Ketiga gadis tersebut menoleh ke arah sumber suara yang ternyata Tia. "Nah itu dia," cetus Siska. Tia menaikkan kedua alisnya sambil mengkode membuat ketiga sahabatnya kini beranjak berdiri lalu melangkah menghampiri sahabatnya yang bersandar di dinding depan kelasnya. "Lu lama banget si," kata Siska. Rayna menimbrung, "Ngobrol sama air apa gimana?" "Biasalah," balas Tia dengan senyuman penuh arti yang membuat ketiga sahabatnya hanya mengernyitkan dahinya menatap satu sama lain, gadis tersebut lalu melenggang berjalan begitu saja meninggalkan ketiga sahabatnya yang masih terdiam terpatung. "Tuh, malahh ninggalin! Ya Allah boleh enggak si mukul Tia," ujar Siska, Tia yang mendengar hanya terkekeh pelan saja. Ketiga gadis tersebut kini melangkahkan kakinya menyusul Tia yang sudah melangkah terlebih dahulu, hingga dimana mereka kini telah sampai di area kantin yang penuh akan siswa-siswi memanjakan lidah dan perutnya. "Lu mau pesan apa?" tanya Rima. "Gue jalan sendiri saja deh," cetus Tia. Rayna berkata, "Lah tumben banget." Tia hanya terdiam sajau melangkahkan kakinya ke arah kedai-kedai yang berjejer menampilkan menu-menu yang menggugah selera. "Lah tumben banget ini cewek beli sendiri," ujar Rega yang langsung merangkul pundak gadis tersebut, Tia yang melihat sontak menoleh dengan sorot maata yang tajam sambil berkata, "Singkirin atau gue patahin tangan lu." Dengan nada yang serius membuat Rega kini menarik tangannya kembali dengan perlahan. "Galak amat si Queen," kata Rega yang kini berdiri tepat disamping gsdis tersebut, melihat Tia dengan Rega gosip kembali tersebar akan betapa gadis tersebut yang sana sini mao. "Lu mau gue digosipin hah? Kemarin sama Revan, tadi pagi sama Alex masa dikantin sama Rega," kata Tia yang membuat laki-laki tersebut terdiam sejenak sebelum akhirrnya tertawa pelan. Rega berkata, "Sejak kapan lu takut akan gosip, bukannya lu sudah sering menjsdi trending topik." Dengan nada yang sedikit berbisik.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD