Bab 32

1571 Words
Rey menatap penuh selidik terlebih adik perempuannya terdiam, dan ketika ia menoleh ke arah samping adik laki-lakinya juga terdiam itu semakin membuat Rey curiga ada yang disembunyikan dari luka tangan Tia. "Ah, ini jatuh bang, pas pelajaran olahraga," kata Tia dengan sedikit gugup. Laki-laki tersebut sontak memicingkan matanya seolah mencari kebenaran yang terjadi, namun sangat di sayangkan Tia dapat memanupulasi tatapannya untuk tenang. "Benar itu Revan?" tanya Rey. Tia menyela, "Ish bang Revan mana tahu, kan beda kelas, beda jam juga Bang." "Lain kali hati-hati," kata Rey yang membuat Tia kini tersenyum tipis, Revan menghela nafasnya lega jelas itu Rey memperhatikan lewat ekor matanya. Tak selang berapa lama pesanan mereka datang, mereka menikmati makanannya dengan lahap terlebih Tia karena sejak kapan ia mengidam-ngdiamkan ramen dan baru kesampaian sekarang. "Habis ini langsung pulang?" tanya Revan. Tia menyela, "Kita ke mall, mau main timezone." Revan menatap lurus ke arah sang adik, lalu menatap ke arah Rey yang duduk di sampingnya. "Boleh," balas Rey dengan senyuman. "Bang, lu enggak cape?" tanya Revan, gadis tersebut sontak terdiam sejenak menatap lurus ke arah abang pertamanya, ia seraya berasa tidak enak hati dan Rey dapat melihat dengan sangat jelas. Rey tersenyum tipis lalu membalas, "Enggak, kan dipesawat juga cuman tidur." "Okeh baiklah," kata Revan sambil manggut-manggut, gadis tersebut yang mendengar menatap kedua abangnya terlebih lebih lama menatap abang pertamanya seolah tatapannya menandakan terimakasih. Notifikasi sosial medianya tiada hentinya berbunyi membuat Tia mengerutkan keningnya, tanpa pikir panjang ia mengecek ada apa di sosial medianya hingga ramai notifikasi, ia menghentikan sejenak aktifitas makannya lalu membuka sosial medianya. Sorot matanya jelas terkejut permintaan pertemanannya menjulang tinggi, dan direct message penuh sekali. "Kenapa de?" tanya Revan ketika melihat raut wajah terkejut sang adik. "Ada yang ngirim aneh-aneh?" tanya Rey. Tia kini menatap ke arah sang abang pertamanya yang membuat Rey mengernyitkan dahinya seraya bertanya. "Abang, ngetag Tia pasti?" tanya Tia, laki-laki tersebut hanya membalas anggulan membuat raut wajah Tia kesal. Rey bertanya, "Ada yang salah ngetag adik sendiri?" "Enggak ada yang salah Bang, cuman lu t**i adik kita enggak suka di bisingin, enggak sadae apa fans lu bejibun," ujar Revan. "Yaudah enggak usah ditanggepin sayang," kata Rey. Tia menyela, "Tapi mereka pasti ngiranya aku gebetan abang yang baru."  "Makanya jangan playboy apa ish," lanjut Tia menyindir, Revan yang mendengar sontak tertawa pelan mendengar kata-kata savage dari adik perempuannya. Rey berkata, "Abang enggak playboy, mereka aja yang tergila-gila sama abang." Gadis tersebut sontak menatap lekat ke arah sang abang pertama yang kini menaikkan kedua alisnya dengan pede. "Aku bilangin Kak Nina tahu rasa nanti," cetus Tia. "Eh, jangan dong Queen, kamu mah gitu si ancemannya," ucap Rey yang membuat Revan sontak menoleh ke arah mereka berdua secara bergantian, lalu mengerutkan keningnya. "Nina? Ahh cewek yang lu ajak nonton bioskop itu, jadi namanya Nina," ujar Revan sambil manggut-manggut dengan senyuman jahil, Rey sontak menoleh dengan sorot mata yang sengit karena ia tahu Revan adalah adik yang usil pasti ia akan menjadikan wanitanya sebagai bahan ancaman. Setelah selesai dengan makan ramen bersama, Rey lantas membayar sedangkan Revan dan Tia menunggu di depan mobil mereka yang terparkir, Revan terus memperhatikan sang adik yang bersandar di mobil sambil memainkan handphonenya ia masih teringat obrolannya dengan Rega, ia bahkan masih tak menyangka adik cantiknya tersebut adalah pemimpin geng Dragons. "De, lu tahu Rega punya geng?" tanya Revan tiba-tiba. Tia menjawab, "Iya, kan bukannya lu ketua The Boys." "Yang gue maksud bukan geng The Boys, tapi Dragons," kata Revan, Tia sontak menghentikan aktifitas nenscroll handphoennya, ia menelan salivanya, raut wajahnya tak bisa dipungkiri kalau ia terkejut. Tia bertanya, "Tahu darimana lu?"  "Rega sendiri si yang cerita, jadi gue yakin lu juga tahu," ujar Revan membuat Tia hanya manggut-manggut kecil, jelas ia menutupi rasa terkejutnya. "Ya kaya yang lu ketahui aja," kata Tia. Revan berkata, "Tapi kata Rega, dia wakil ketuanya. Kira-kira siapa ketuanya? Kalau seorang Rega aja wakilnya."  Gadis tersebut jelas tersedak mendengarnya, namun beberapa detik kemudian ia menghendikkan bahunya sebelum menjawab, "Kalau lu aja enggak tahu, gimana gue." Revan yang mendengar hanya memperhatikan dengan lekat adik lerempuannya tersebut. "Ya kali aja lu tahu siapa ketuanya," ujar Revan. "Kalau Rega aja enggak ngasih tahu, kenapa gue harus tahu, lagi juga mungkin ketuanya butuh privasi dan enggak mau orang lain tahu kecuali anggotanya, atau bahkan anggotanya ada yang enggak tahu siapa ketuanya," jelas Tia. Revan berkata, "Ya masuk akal si, semua orangkan butuh privasi."  "Nah tumben lu pintar," balas Tia dengan senyuman tipis sambil menaikkan kedua alisnya. Rey yang telah membayar tagihan tersebut lantas langsung keluar dar restauran tersebut tatapan pengunjung tiada hentinya menatap laki-laki tersebut. Rey melangkah ke arah kedua adiknya yang sedang mengobrol lalu bertanya, "Obrolin apa kalian?" Ketika sudah ada dihadapan mereka. "Eh, udah bang?" tanya Revan, Rey hanya manggut-manggut saja. Tia berkata, "Obrolin hal biasa lah, tentang sekolahan." Rey hanya ber Oh ria saja mendengarnya lalu berkata, "Yasudah ayuk kita berangkat lagi." Mereka bertiga lantas masuk kedalam mobil, seperti tadi Revan yang akan menyetir, Rey di kursi sebelah, dan Tia di kursi belakang, namun gadis tersebut emang dasarnya pecicilan ia kini mengutak-ngatik lagu yang akan mereka dengarkan untuk menemani perjalanan mereka. 30 menit kemudian, Revan memasuki area parkiran mall dan langsung memarkirkan mobilnya di lantai 2 agar lebih cepat jika ke area timezone. "Bang Van, kita balaan motor yuk," kata Tia membuat kedua abangnya terkejut menatap gadis tersebut. "Balapan motor?" tanya Rey. Tia menghela naafasnya gusar lalu memutar bola matanya dengan jengah sebelum menjawab, "Balapan motor di time zone bang." Rey dan Revan lantas ber Oh ria mendengarnya. Revan menyela, "Gue kira balapan beneran." Kalau lu mau mah ayuk," cetus Tia membuat kedua abangnya kembali terkejut, gadis tersebut lalu berkata, "Bercanda abang, kaku amad si." Sambil menyengir kuda. Rey mengacak-ngacak pelan rambut sang adik dengan perasaan gemasnya. "Yeuh tampol nih," kata Revan. Mereka berdua lalu melangkahkan kakinya masuk ke dalam mall tersebut setelah melewati pemeriksaan yang ada di depan masuk mall, mereka langsung menuju lantai 4 yang berada timezone dan sederetan dengan bioskop. "Abang beli koinnya dulu," kata Rey, Tia sontak mengangguk dengan antusias. "Lagi lu De minta si ke time zone, minta tuh ke dubai, ke amerika," cetus Revan. "Yeuh itu mah beda lagi oncom, kangen gue main time zone," balas Tia, gadis tersebut kini mengambil handphonenya dan memfoto time zone tersebut untuk di upload di story sosial medianya. Revan berkata, "Sekali-kali dong upload gue." Tia yang sedang mengupload foto tersebut sontak menoleh ke adah abang keduanya dan mencetus, "Ogah, gue enggak mau di serang fans fanantik lu disekolah." Revan yang mendengar jawaban sang adik lantas menngacak-ngacak dengan gemas rambut sang adik. "Kebiasaan banget ish! Kan berantakan!" seru Tia dengan raut wajah cemberutnya, ia kini membenarkan rambutnya dengan jari jemarinya. "Yeuh giliran sama Bang Rey aja lu kaga ngamok, sama gue kok ngamok," cetus Revan. Tia menyela, "Bang Rey mah penuh kasih sayang, nah kalau lu mah niat jahil." Revan yang mendengar sontak tertawa pelan saja. Rey membeli koin permainan time zone hingga beberapa ratus ribu untuk memuaskan adik perempuannya yang ingin sekalin bermain time zone, setelah membelinya ia kembali tempat dimana kedua adiknya menunggu. "Nih koinnya," ucap Rey sambil memberilan kantong berisi koin. Tia berkata, "Bang, ini banyak banget." Ketika melihat kantomg transparan berisi banyak koin. "Bang Rey nyuruh lu main sampai pingsan," cetus Revan sambil tertawa pelan, sedangkan Tia menatap kesal ke arah abang keduanya. Rey menyela, "Biar kamu puas, ya kalau enggak habis kan bisa lain kali."  "Gomawo abang," kata Tia sambil memeluk Rey dengan sangat erat, sedangkan Revan hanya menggelengkan kepalanya pelan melihat begitu manjanya sang adik ke abang Rey. Rey berkata, "Yasudah sana kalian main." "Lu enggak bang?" tanya Revan. "Masa abang enggak main," kata Tia dengan raut wajah cemberutnya, Rey yang ingin menolak mana tega mihat wajah menggemaskan sang adik tersebut. Rey mengelus pelan pucuk rambut sang adik lalu menjawab, "Iya nanti abang ikutan main, kan kalian mau balapan motor dulu."  "Ayuk bang Van, kita cus balapan," kata Tia sambil menaikkan kedua alisnya. Revan membala, "Okay, siapa takut." Mereka berdua lalu melangkah untuk mencari permainan balapan motor, sedangkan Rey melangkah perlahan dibelakang mereka, senyumnya tak luntur ketika melihat betapa senangnya kedua adiknya tersebut. Rey memperhatikan dibelakang ketika mereka sedang bermain balapan motor sambil bercanda tawa hingga tanpa sadar membuat Rey tertawa kecil, tanpa pikir panjang ia mengambil handphone dari saku celananya ia memotret beberapa moment kedua adiknya tersebut. Yaps, Rey sangat sayang kepada keluarganya, ia tak jarang mengupload kebersamaannya dengan keluarganya seperti saat ini. Sorot mata pengunjung yang berada di sana bahkan memotret Rey yang sedang tertawa, pesona laki-laki tersebut benar-benar kuat dihadapan para wanita, tak jarang ada yang membuat video tok-tok untuk menyampaikan salamnya kepada Rey. "Bang, Rey fotoin dari depan dong," kata Revan. Rey lantas menuruti perkatan adik pertamanya, ia memfoto ketika Revan dan Tia bergaya beberapa kali. Rey kini berlaga foto selfi membuat kedua adiknya saling menatap satu sama lain lalu tersenyum geli. "Ayuk foto," kata Rey yang sudah bersiap. "Satu, dua, tig-a," kata Rey lalu memotret moment mereka bertiga berselfi ria. Mereka bertiga menikmati bermain time zone seolah itu adalah quality time untuk mereka yang jarang menghabiskan waktu bersama, hingga tanpa sadar waktu semakin berlalu begitu saja. "Sudah sore, kita pulang ya, takut Ayah sama Bubu nyariin," kata Rey sambil melirik ke jam tangannya. Tia dan Revan sontak menoleh lalu mengangguk, mereka bertiga lantas keluar dari time zone tersebut dna menuju parkiran mobil mereka kembali. Revan kini melajukan mobilnya keluar dari mall tersebut, kemacetan yang terjadi membuat mereka terlambat beberapa menit untuk sampai kerumahnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD