12. Sakit?

1329 Words
Risyad's POV Gua ga habis pikir, sama Dinda. Ngapain coba dia, hujan hujanan, malem malem pula. Kek anak TK tau ga.  Dia malah lari larian ke sana kesini ga jelas menikmati rintik deras hujan yang menerpa wajahnya. Astaga.  Bener bener kek anak kecil.  Gimana kalo dia sakit? Entar apa yang harus gua bilang ke Mami Papi nya, kalo dia sakit? Astaga..  Sementara, dia udah jadi tanggung jawab gua?  Sekarang, gua udah di Villa. Mandi, dan menghangatkan badan gua, dengan meminum segelas teh panas. Gua lupa bawa persediaan kopi coklat dari rumah. Alhasil, gua harus minum teh, buah menghangatkan badan gua.  Dinda? Dia lagi Mandi.  " Teh gue mana? " tanya dia yang baru aja selesai mandi, keknya. Dia duduk di samping gua.  " bikin sendiri! " kata gua ketus.  " iihh.. Resek. " katanya sambil memasang wajah ala duck face andalan nya.  Gua tersenyum miring. Tapi mata gua, ga sekalipun gua edarkan dari tatapan ke layar tab. Gua ngapain? Ngerjain kerjaan kantor, yang sekiranya bisa gua bawa jalan jalan. Ahh.. Ribetnya idup gua.  Tapi_ Tiba tiba aja, si Dinda malah angkat gelas teh panas gua. Dan mulai mencoba menyesapnya. " Woy, teh gua. " kata gua ga terima. Ya ampun. Malesnya nih anak ketimbang bikin teh doang!.  " dikit aja. Pelit amat! " Entengnya tuh anak bilang. Tapi..  " Ummpphh.. " dia kaget dan langsung menjauhkan bibirnya dari mulut gelas. Mungkin gegara panas. Haha.. Kasian. Dalam hati gua, 'Rasain!' tapi ternyata.. " Tawar! " kata dia.  Yupps.. Itu emang teh tawar. Siapa bilang manis.  " Kan gua ga bilang kalo itu teh manis panas! " kata gua.  " kenapa ga bilang dari tadi? Resek! " Ya ampun! Tobat gua.  " makanya, gua bilang buat sendiri! Males sih, jadi anak! " cibir gua.  " Hiihh! " Dia langsung beranjak dari duduknya, menuju dapur. Gua tau, pasti dia kedinginan. Tapi, masa gua yang harus buatin dia teh? Bukannya harus istri yang melayani suami? Bukan sebaliknya?  Ga tau dah.. Gua usaha buat ga peduli. Gua kembali sibuk menatap layar tab gua. Ga lama, dia kembali, sambil membawa segelas teh panas dari dapur dan di letakkan di atas meja. Tapi ga lama, dia pergi ke kamar.  Dia kembali, sambil menenteng kantong plastik putih besar Apa isinya? Dia mulai membuka isi plastik itu, dan isinya.. " Lo mau? " tanya dia sembari membuka kemasan yang ia keluarkan dari plastik.  Cemilan! Yups.. Keripik pedas. " Nanti aja. " kata gua. Niatnya, menolak secara halus. Gila, pas gua ngelirik kemasan keripiknya, tertera tulisan disana, 'Level 15' gila nih anak. " seriusan, lo mau makan itu? " tanya gua memastikan.  Dia mengangguk. " iya. Mau? " dia mulai memasukkan sepotong keripik pedas ke mulutnya.  Gua menggeleng atas pertanyaannya. Gua? Makan keripik pedes. Hey. Bahkan gua ga pernah menyentuh makanan itu. Apalagi, level 15? Dia mulai mengunyah. Keliatannya enak, terlihat dari caranya yang terus menerus memasukkan keripik ke mulutnya. " Lo ga kepedesan? " tanya gua memastikan.  Dia menggeleng. " Enggak. Malahan ini kurang pedes. Yang level 20 habis. Tinggal level 15. " Hah? Level 20? " Lo mau nyoba? " tanya dia.  " Ga. " " ini enak, loh! "  Ahhh sial! Dia menggoda gua. Emang keliatan menggoda banget, sih keripiknya. Tapi beneran, gua ga pernah makan tuh keripik. Ga punya nyali, kali.  " beneran ga mau? Cobain dikit. " " Ga. " Gila ga habis habis, dia mencoba menggugah iman gua, buat nyucipin keripik menggoda itu. " tuh, di plastik ada yang lain. " kata dia.  Uhhh.. Syukurlah..  Beneran, deh. Gua laper mendadak di jam sebelas malem kek gini. " Mana? " Gua antusias banget. Dia langsung menyodorkan plastik ke arah gua. Beberapa snack kemasan ya, sekitar 500 gram, Maybe, ada di dalamnya, dan beberapa kotak s**u, dan yoghurt.  Keripik Kentang. Uu yeahh!  Rasa Rumput laut pula. Favorit gua jaman SMA banget.  Gua langsung buka tuh kemasan makanan ringan itu. Menikmati aromanya, dan mulai memasukkannya satu persatu ke dalam mulut, mengunyahnya. Nikmat.  Sedangkan Dinda, dia masih asik memakan Cassava Chips nya, yang super pedas itu.  Tangannya sesekali mengibas kibas mulutnya. " pedes. " keluhnya. Dia langsung menyesap teh hangat yang dia buat tadi.  Gila?! Udah hampir habis tuh keripik, baru berasa pedesnya? " Baru kerasa, pedesnya? " tanya gua.  Dia mengangguk. " Iya. Abisnya, tadi gue berenti ngunyah dulu, makanya pedes. " Dia menarik plastik yang tadi ia sodorkan ke gua. Yoghurt. Dia mengambil yoghurt, dan langsung meminumnya.  " Pedes banget, ya? " tanya gua. Mukanya dia memerah, dan nampak berapi api.  " Ho oh! " kata dia. Tak henti hentinya ia meneguk Yoghurt hingga habis  " Makanya, beli yang level standart aja. Sok sih! " gua mencibir.  " Biarin. " jawab dia.  Dia masih aja kepedesan. Tapi, kembali ia memasukkan keripik itu ke mulutnya. " katanya pedes, ko dimakan lagi? " sindir gua.  " abisnya enak. Bikin nagih. Hahaha. " Gila. Habis itu, dia kembali merogoh isi plastik putih itu, dan membuka kemasan s**u full cream kotak, 120 mill. Dan.. Glekk.. Glekk..  " Ah.. Untungnya gue beli s**u sama yoghurt! Aman. " katanya.  Dia hendak menyuap keripik itu lagi ke mulutnya, cepat cepat gua Rebut dari tangannya. " jangan dimakan lagi. " Dia kesal keknya. Jelas aja, gua rebut cemilannya. " kenapa, sih? " protesnya.  " Entar sakit perut, tau. Makan keripik mercon malem malem." " ihh, resek. " kata dia. Tapi apa, dia malah rebut cemilan gua. Keripik ketang rasa rumput laut favorit gua.  " eh, punya gua.. " Dengan ganas, dia makan keripik gua ga bersisa. " yang beli kan, gue! " katanya.  Shitt! Gua mengumpat.  " Gantian, lo yang makam keripik mercon gue. " Gila, nih anak. " Ga mau. Ga doyan. Siniin keripik gua. " " Makan dulu, itu. Baru gue kasih yang baru. " yea.. Dia nyembunyiin plastik putih yang masih ada isi keripik kentang favorit gua yang belum di buka.  " Ga mau. " " Makan ga. " Dia langsung rebut bungkusan keripik dari tangan gua. " Aa.. Buruan! " Dia mengambil beberapa potong keripik pedas itu dan menyodorkannya kemulut gua. " cobain dikit aja! " Huhh.. Gua nyerah. Terpaksa, gua makan tuh keripik. Gua kunyah perlahan.. Dan mulai merasakan rasa pedas yang menaungin lidah gua. Gua telen, malah rasa pedasnya menjadi, dan merajai kerongkongan gua. " Pe.. des..! " kata gua. " Pedes, sial! " " Hahahaa.. " dia ketawa. Anjir sialan.  " Mi.. num! " pinta gua. Dia segera mengambil kotak s**u yang tadi dia minum, dan menyerahkannya ke gua.  " nih, minum! Hihihihi! " Gua minum s**u itu, buat ngilangin rasa pedas yang merajai mulut hingga tenggorokan gua. " Asem! " kata gua saat rasa pedas itu mulai hilang.  " lah, Ogeb lo. Pedes ini bukan Asem. " " Lo yang asem! " kata gua. Kesel gua.  Sedangkan dia? Ketawa gaje.  ❤❤❤ Perlahan, gua membuka mata gua, saat suara azan dari hape gua, yang sengaja gua atur jadwal nya. Whooaaammm... Gua menguap. Tangan gua terulur mematikan alunan itu.  Badan gua, sakit semua. Gegara harus tidur di Sofa.  Gua mengedarkan pandangan gua ke seluruh kasur. Tapi, 'Loh? Dinda mana? " Dia ga ada.  Terdengar suara air mengalir di dalam kamar mandi. " mandi kali. " Ga lama, Dinda keluar. " Kenapa? " tanya gua saat melihat dia keluar kamar mandi sambil memegangi perutnya.  " Perut gue sakit! " keluh dia.  Pasti gegara makan keripik semalem.  " Makanya, tadi malem ja__" belom aja gua sempet menyelesaikan kalimat gua, dia keluar ke kamar mandi. Dan..  Huweekkk... Huuweekkk...  Astaga. Gua ga salah denger? Suara orang muntah. Gua berlari, menghampiri dia ke kamar mandi.  " Lo kenapa, Din? " tanya gua.  Huuweek... Huweekkk..  " Dinda? " " Masuk Angin kali.. " jawab dia.  Masuk angin? Yuppss jelas aja, dia hujan hujanan tadi malam.  Huweekkk.. Huweekk..  Gue menyentuh dahi nya. Panas. "badan Lo panas, Din. " kata gua.  " Masa, sih? " suara dua terdengar lemah.  " Udah solat? " tanya gua.  Dia mengangguk. " istirahat dulu, gih sana. " Dia Nurut aja. Dia kembali ke kamar.  ❤❤❤
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD