5. Menggoda

1687 Words
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, Kartel Simamoa merupakan salah satu sindikat perdagangan senjata api ilegal terbesar dan terkuat di dunia. Selain memperjual-belikan senjata api, kartel Simamoa juga melakukan tindak pencucian uang, penjarahan juga kejahatan besar yang terorganisir. Kekuatan kartel ini sendiri sebagian besar didapat dari upaya membunuh saingan, polisi, hingga para jurnalis. Kartel Simamoa berbasis di Culiacan, negara bagian Sinaloa, Meksiko. Selain besar, kartel Simamoa juga dikenal sangat kejam dan amat sangat brutal. Pada tahun 1980an, organisasi tersebut pernah terlibat dalam penyiksaan dan pembunuhan agen pemberantas teroris Amerika Serikat. Ovidio Rauters, pendiri dan juga pimpinan pertama Simamoa pernah melakukan pembunuhan sadis dan bengis dengan memenggal kepala korbannya, Columba Hernandez, menggunakan gergaji. Menguliti, kemudian menempelkan bagian tubuhnya ke salah satu bola tenis, untuk kemudian dijadikan hadiah ulang tahun kepada rivalnya. Di samping itu, Kartel Simamoa juga di sinyalir sebagai penyedia senjata api untuk kebutuhan perang Amerika-Afganistan. Mereka juga turut menjadi pemasok terbesar persenjataan kaum teroris yang sering kali menyerang Amerika. El Carlo atau Maxim Reuters adalah anak tunggal dari pasangan Ovidio Reuters dan Griselda Guadalupe. Pada 2006, setelah lebih dari 30 tahun memimpin kartel, Ovidio mengembuskan napas terakhir secara mendadak karena serangan jantung. Setelah itu, El Carlo yang memegang penuh kendali serta tahta kepemimpinan kartel Simamoa. Selama kurang lebih 16 tahun, Kartel Simamoa berdiri tegak dan semakin besar di bawah kepemimpinan El Carlo. Sayangnya, karena salah perhitungan dan dinilai gegabah, El Carlo harus mati sia-sia di tangan anak muda bernama Nathanael Frost. Edgar Lopez yang menggantikan posisi El Carlo, tentu tidak tinggal diam. Ia bsrsumpah di sisa hidupnya akan berusaha untuk membalas dendam. Kalau perlu menyapu habis Nathanael beserta keluarga besar dan juga orang-orang yang pria itu sayang. Setelah mengirim banyak anak buahnya untuk menyelidiki dan juga mengintai gerak gerik Nathanael, Edgar langsung mendapat sedikit informasi. Di kediamannya, di ruang pertemuan, ia tampak antusias mendengar Pablo yang datang membawa berita. "Jadi, apa yang ingin kalian laporkan hari ini? Perasaan, baru kemarin aku memberi perintah." Edgard mengangkat sebelah alis matanya begitu tinggi. Setelah menyesap dalam-dalam cerutu yang bertengger di tangan kanannya, pria itu memerhatikan bagaimana Pablo Cortez maju selangkah mendekati meja. Membungkuk sekilas, memberi salam, kemudian tampak hati-hati mulai bercerita. "Ini mengenai Nathanael yang baru saja membuka lahan untuk tambang di Brazil." "Lalu?" Sejenak, Pablo nampak menelan ludah. Jakunnya naik turun, sembari mencari kata-kata yang pas untuk melanjutkan cerita. Dari ekspresinya, ia seolah ragu untuk menyampaikan berita seperti apa kepada sang pimpinan. "Jangan bertele-tele, Pablo. Kau tahu sendiri kalau aku tidak suka orang yang tidak tuntas menyampaikan informasi." Mata Edgar memicing tajam. Melempar tatapan menghunus, sembari menunggu dengan tidak sabaran apa yang ingin Pablo sampaikan. "Nathanael secara resmi membuka lahan penambangan emas di sungai Madeira yang ada di Autazes. Bukan hanya itu, dia juga bekerja sama dengan Spectra Enterprise untuk mengambil alih lahan di Canaa dos Carajas dan mulai menambang tembaga." "BAJINGANN!!!" Edgar langsung mengumpat keras. Wajahnya memerah, merefleksikan amarah dan juga emosi yang seketika memuncak. Egdar tentu kesal. Ia berang karena dua wilayah yang dipakai Kartel Simamoa untuk menambang emas dan tembaga, kini malah diambil alih secara resmi oleh Nathanael yang jelas-jelas menjadi musuh mereka. "Apa bocah itu sengaja mengibarkan bendera perang?" decak Edgar masih diliputi amarah sembari terus menatap Pablo yang tertunduk. "Apa menurutmu kita serang saja Nathanael sekarang juga?" Edgar menoleh ke arah Caesar yang juga berada di sana. Meminta persetujuan untuk segera menyerang musuh mereka. "Jangan gila! Apa kau pikir dengan menyerang tanpa perhitungan bisa membuat kita berhasil?" "Lantas, kita harus diam saja? Atau memilih pasrah tanpa sedikit pun bertindak kala bocah sialann itu merebut wilayah yang selama ini menjadi milik kita? Padahal, aku yakin membunuh Nathanael bukan perkara yang sulit. Aku sendiri bahkan bisa membunuhnya dengan tanganku ini." Caesar tertawa keras mendengar ocehan sang kakak. Ia merasa tergelitik atas omong kosong yang Edgar sampaikan. Sungguh, Caesar tahu kalau Edgar memang lah orang yang kuat dan selalu menang ketika mengajak lawannya berduel. Hanya saja, musuh yang mereka lawan saat ini bukan orang biasa yang bisa dengan mudah mereka hancurkan. "Aku tahu kau orang yang kuat dan tidak kalah bengis. Tapi, kau juga harus ingat kalau pun sosok Nathanael gampang untuk dibunuh, mungkin sudah sejak awal perseteruan, kau tidak akan pernah melihat wujud pria itu. Lagi pula, apakah kau pernah berpikir dampak yang akan ditimbulkan setelahnya? Apa kau amnesia, bahwa ada Kartel Medeli yang kapan saja selalu menjaga Nathanael?" Sial! Edgar menggeram kesal. Ia benci karena merasa Caesar terlalu banyak perhitungan. "Kalau dibiarkan saja, Nathanael akan semakin semena-mena. Bukan hanya itu, bisa-bisa pasokan emas dan tembaga yang harusnya kita kirim ke Tiongkok terhenti. Kita bisa rugi jutaan dollar." Caesar masih saja memasang wajah tenang. Pria itu tidak sedikit pun terpancing dengan desakan Edgar. Walaupun ada kemungkinan Simamoa mengalami kerugian, Caesar merasa kalau hal tersebut masih dalam tahap aman ketimbang bertindak gegabah. "Tidak perlu panik. Kita masih bisa memasok pesanan Tiongkok dengan cadangan mineral yang ada." "Tapi, mau sampai kapan?" "Sampai kita ketemu cara yang pas untuk menjatuhkan Nathanael," tegas Caesar kemudian. Edgar kali ini berdecak keras. Pikirnya, mau sampai kapan ia diminta untuk terus bersabar. Edgar merasa, kalau perbuatan seperti ini terus dibiarkan, Nathanael akan semakin menjadi-jadi. Yang ada, Simamoa makin lama akan makin mengalami kerugian besar. "Kalau kau takut menyerang Nathanael secara langsung, kenapa kita tidak memanfaatkan orang sekitarnya saja?" Caesar terkesiap. Keningnya berkerut dalam demi menebak maksud ucapan Edgar barusan. "Maksudmu?" Edgar lantas mengangguk dengan senyum. "Ya, kita sama-sama tahu kalau Nathanael sudah menikah dengan anak pengusaha asal Kanada. Kenapa tidak dimanfaatkan saja dengan menculiknya? Lalu, kita jadikan sandera atau mungkin mainan untuk membalas dendam sekaligus membuat Nathanael bertekuk lutut." Edgar pikir, dengan menjadikan orang terdekat Nathanael sebagai sandera, pihak Simamoa bisa diuntungkan. Lagi pula, Edgar juga meyakini Nathanael pasti tidak akan tinggal diam. Dengan menyandera sang istri, pihak Simamoa bisa leluasa menguasai serta mengendalikan Nathanael agar pria itu bertekuk lutut kemudian pelan-pelan menghancurkannya. "Tapi, Tuan..." sela Pablo di tengah-tengah perbincangan. "Baru-baru ini saya mendapat informasi bahwa Nathanael sengaja menikahi Carolina Blackwood hanya untuk urusan perluasan bisnis. Saya tidak yakin kalau kita menculik istrinya akan mendapat keuntungan. Ditakutkan, nanti malah "Ya, Pablo ada benarnya," sahut Caesar. "Pihak Medeli pasti tidak akan tinggal diam juga." "Apalagi Abraham Blackwood memiliki backingan dengan pihak Calabria," sambung Pablo kemudian. "Maksudmu Calabria yang merupakan kelompok mafia Figliomeni yang berasal dari Italia, bukan?" Pablo mengangguk. Pria itu membenarkan tebakan Caesar. Tanpa perlu dijelaskan, mereka semua tahu kalau Calabria adalah organisasi kejatahan yang amat sangat berbahaya di Italia. Kalau Simamoa mengganggu mereka, sama saja dengan cari mati. "Demi Tuhan!" Edgar kembali menggeram. Ia merasa serba salah dan bingung sendiri harus bertindak seperti apa. "Sudah lah, Edgar. Kau harus lebih sabar," ucap Caesar berusaha menenangkan. "Menghadapi Nathanael memang harus penuh perhitungan. Untuk saat ini, biarkan saja Pablo terus menyelidiki. Aku yakin, dalam waktu dekat kita pasti menemukan celah untuk menyerang dan menghancurkan Nathanael." Edgar berusaha menurut. Untuk kali ini, ia akan kembali bersabar sembari terus memperhitungkan. Mencari cara serta celah untuk nantinya melakukan penyerangan kepada musuh bebuyutannya, Nathanael. *** Clara nampak duduk diam di dalam Buggati hitam yang Nathanael kemudikan. Rasa gugup dan cemas tampak kentara melumuri hatinya. Clara pasrah saja ketika pria bermata sipit itu membawanya pergi ke Skyloft Hotel yang merupakan salah satu hotel mewah yang berada di kawasan Las Vagas. Ketika sampai tujuan, Nathanael dengan gentleman bantu membukakan pintu. Tanpa perlu melakukan reservasi segala macam layaknya pria itu pemilik hotel atau mungkin memang pelanggann VVIP yang sering berkunjung, Nathanael dengan leluasannya langsung melangkah menuju lantai lima belas. Sampai di kamar presidential suite, ia pun mempersilakan Clara untuk segera masuk. Nathanael sendiri langsung menuju ranjang. Duduk di salah satu sisi, pria itu melepas jas yang tadi membalut tubuhnya. Melempar ke arah kursi yang tak jauh dari jendela, pria itu kemudian membuka kancing teratas kemeja putih yang ia kenakan berikut dua kancing lainnya yang berada di kedua pergelangan tangan. "Ayo, cepat lakukan." Mengangkat wajahnya, Nathanael melempar tatapan memindai. Sekali lagi memerhatikan penampilan Clara yang tampak bergeming di hadapannya. "Clara Winterborne, kau dengar apa yang ku katakan, bukan?" Clara mengerjap. Ia malah seperti orang yang linglung sekaligus kebingungan. "I-iya, Tuan. Anda ingin aku melakukan apa?" "Tentu saja layani aku seperti yang kau janjikan," sahut Nathanael dengan santai. "Mari kita buktikan, apakah kau mampu merubah keputusanku." Kalimat yang menguar dengan suara dingin itu membuat Clara sempat menegang. Seluruh persendiannya kaku, bahkan membuatnya tiba-tiba tak mampu untuk bergerak. "Ayo!" ucap Nathanael sekali lagi. Pria itu memandang remeh ke arah Clara yang masih berdiri diam di hadapannya. "Apa kau sengaja ingin membuang-buang waktuku? Kau pikir aku tidak mengeluarkan banyak uang untuk membawamu ke hotel ini?" Clara menguatkan hatinya. Membulatkan tekad, lalu menarik napas dalam, sebelum akhirnya memberanikan diri untuk kembali melepas gaun yang membalut tubuhnya. Dalam hati, Clara sudah bersumpah. Kali ini ia tidak boleh gagal atau kembali melakukan kesalahan. Itu sebabnya, penuh keyakinan, perlahan tapi pasti Clara melangkah, mendekati Nathanael yang tampak setia duduk di sisi ranjang. Mendekati, alih-alih duduk di pangkuan atau mengambil posisi duduk bersisian, Clara malah bersimpuh di lantai tepat di hadapan Nathanael. Mendongak lalu menatap dalam, kemudian berucap dengan amat lirih. "Bagian mana dulu yang harus aku puaskan?" kata Clara terdengar menggoda. Membawa jari jemarinya, gadis itu mengusap permukaan bibir Nathanael sembari terus mengunci pandangannya ke kedua netra milik pria tampan di depannya. "Apakah aku harus memulai dari bibir ini?" Lantas jari jemari itu ia tarik turun melewati leher, kemudian berhenti di bagian dadaa bidang milik Nathanael. Membuka habis satu persatu kancing kemeja putih yang pria itu kenakan, kemudian menariknya lepas. Lalu membuangnya ke sembarang tempat. Setelahnya, Clara membawa satu tangannya. Mengusap dadaa Nathanael perlahan dengan gerakan memutar. "Tidak masalah juga kalau harus memulai dari sini." Kemudian sambil tersenyum, Clara kembali membawa jari jemarinya. Terus turun, lantas berhenti tepat di atas celana bahan yang Nathanael kenakan. Perlahan, Clara membuka kancing dan juga resleting, kemudian menarik lepas celana hitam yang Nathanael kenakan. Detik berselang, membawa tangan kanannya mengusap permukaan celana dalam yang masih bertengger di tubuh Nathanael. Lalu tanpa terduga tangan itu menyelinap masuk demi dapat menyentuh kemudian meremas sesuatu yang tampak mulai menegang di dalam sana. "Atau... Anda ingin aku langsung memulainya dari sini?" Clara menyeringai dengan tatapan menggoda. Sungguh, ia benar-benar sudah hilang akal karena melakukan hal nekat seperti sekarang.

Great novels start here

Download by scanning the QR code to get countless free stories and daily updated books

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD