13

520 Words
“Setau saya, Non Qisti tidak suka pacaran Nyonya, karna saya pernah dengar perbincangan Non Qisti sama temannya saat pulang sekolah.” “Oh begitu, ya sudah, terima kasih banyak ya, kamu sudah bisa pulang sekarang.” “Baik Nyonya.” “Ada apa Ma?” tanya Firman. “Tidak, tadi Mama nyuruh Sopir kita untuk ngikutin Qisti dari belakang, memastikan Qisti tidak kenapa-napa.” “Lalu?” “Katanya Qisti tadi hampir kecopetan, tapi ada lelaki yang lindungin dia, dan mengantarnya sampai ke sekolah,” jawab Ara sambil menceritakan persis seperti yang di dapat info dari Sopirnya-Pak Badrun. “Kira-kira siapa lelaki itu Ma?” “Ara juga tidak tahu Pa, tapi dari cerita Pak Badrun, sepertinya itu lelaki baik-baik.” “Kita tidak bisa langsung mengecap lelaki itu sebagai lelaki baik hanya karna menolong anak kita, kita harus tahu anak itu siapa, supaya kita dapat dengan jelas mengambil keputusan, lelaki baik atau tidak.” “Iya Pa, Mama setuju sama penjelasan Papa, kita tidak bisa menebak-nebak bagaimana dia, tanpa kita ketahui latar belakangnya seperti apa,” jawab Firman. Di sekolah, Qisti meletakkan tas sekolahnya dengan perasaan kesal. “Kenapa lu datang-datang malah cemberut?” tanya Yenni yang juga teman sebangkunya Qisti. “Apes banget hidup gua hari ini,” ucap Qisti. “Apes kenapa?” “Ah, pokoknya banyak banget yang bikin betek!” “Hai cantik, sudah datang ya, aku tungguin kamu dari tadi loh,” ucap Arjun, lelaki paling ganteng di sekolah mereka, yang selalu mengejar-ngejar Qisti. “Jangan ganggu aku!” jawab Qisti judes yang membuat Yenni tertawa sambil menutup mulutnya. “Apa loe?!” tanya Arjun sinis ke arah Yenni karna menertawakan dia. Yenni cepat-cepat menutup mulutnya, begitu melihat Arjun membentaknya. “Sudah deh Jun, sana aja dulu, aku lagi tidak mau diganggu.” “Loh, kok kek gitu?” “Pergi Jun, pergi, sebelum aku ngomong kasar sama kamu!” “Oke oke, aki pergi, tapi janji jangan marah sama aku, aku tidak bisa hidup kalau kamu marah-marah sama aku,” ucap Arjun yang penuh gombalan membuat Yenni hampir muntah mendengarnya. Setelah Arjun keluar, Yenni langsung menodong Qisti dengan pernyataan. “Jangan pernah tergoda sama rayuan Arjun, dia itu banyak cewek!” ucap Yenni. “Oh ya? Memangnya kamu tahu dari mana?” tanya Qisti yang terlihat seperti tertarik dengan pembahasan Yenni. “Aku di bilang sama teman aku,” jawab Yenni. “Masa bodoh! Aku tidak peduli dengan Arjun! Bukannya sudah berkali-kali aku bilang sama kamu, kalau aku tidak tertarik untuk pacaran, aku ingin menikmati kebebasanku tanpa harus terikat dengan lelaki!” jawab Qisti yang membuat bibir Yenni ikutan naik karna penjelasannya terdengar sia-sia bagi Qisti. BAB 8 Tak berapa lama setelah mengobrol, jam istirahat pun tiba, Arjun kembali terlihat membawa cemilan memasuki ruang kelas Qisti. “Aku bawakan ini untuk kamu, kamu terima ya,” ucap Arjun pada Qisti yang hendak pergi ke kantin, dia menyerahkan kotak makanan ke hadapan Qisti. “Eh Jun, lu ngapain sih kejar-kejar itu cewek, masih mending sama Hani, yang jelas-jelas sangat mencintai kamu!” ucap salah satu temannya Qisti, membuat Qisti tambah emosi. “Dengar tuh! Nggak usah kejar-lejar gua, cewek yang naksir sama loe kan bintang sekolah!” cecar Qisti yang bangkit pergi meninggalkan Arjun. Yenni tergopoh-gopoh mengejar Qisti dari belakang. Arjun menatap kesal ke arah Hani, perempuan itu tampak malu-malu karna di pandang oleh Arjun.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD