14

504 Words
“Di sekolah ini yang paling cantik Cuma Qisti, jadi jangan mimpi kalau aku akan suka sama kamu!” ucap Arjun yang juga ikut pergi meninggalkan ruang kelas tersebut. “Ih! Nyebelin banget sih itu laki! Ini semua karna Qisti! Awas saja Qisti itu, berani-beraninya dia cari masalah sama aku!” ucap Hani dengan geram. Qisti telah sampai di kantin sekolah, yang di susul oleh Arjun sambil membawakan makanan untuk Qisti. “Ngapain lagi sih kamu? Kamu tidak dengar tadi? Hani itu cinta mati sama kamu!” ucap Qisti dengan nada geram. “Aku tidak cinta sama dia! Aku cintanya sama kamu!” jawab Arjun di depan banyak murid-murid yang lain, membuat semua murid menyoraki mereka agar Qisti menerima cintanya Arjun. “Terima! Terima! Terima!” sorak mereka sambil memberikan tepuk tangan yang meriah. “Ada apa ini?” bentak seorang guru lelaki yang tiba-tiba datang ke sana. Semua murid membubarkan dirinya termasuk Qisti dan Yenni. “Kalian masih kecil! Tidak usah pacar-pacaran!” lanjutnya lagi membuat semua murid tertawa kecil melihat ke arah Arjun. “Siapa tadi yang bilang cinta-cintaan?” tanyanya lagi. Semua mata menatap ke arah Arjun. “Oh, jadi kamu Arjun, sebentar lagi kamu akan tamat kok, memangnya siapa cewek yang kamu taksir?” tanya Pak Heri dengan judes. Lagi-lagi pandangan mata menunjuk ke arah orang tujuan mereka, Qisti cepat-cepat menutup mukanya dengan buku yang ada di meja kantin sekolah. “Oh jadi Qisti, sabar saja dulu kalian berdua, sebentar lagi kalian akan tamat sekolah, bisa langsung menikah!” ejek Pak Heri dengan mata melotot. “Huuu ...,” sorak teman-temannya Qisti yang membuat Qisti makin jengkel terhadap Arjun. “Amit-amit Pak aku mau nikah sama dia, dia itu cinta sejatinya ...,” – suara Qisti terputus dan Hani pun muncul- “nah, itu cinta sejati Arjun Pak, nikahkan saja mereka berdua, jangan sama saya, saya tidak suka nikah muda.” Ucapan Qisti membuat semua murid tertawa, apalagi begitu melihat ekspresi Arjun yang terkejut dengan ucapan Qisti, sebaliknya Hani malah senyum-senyum tidak jelas, membuat Qisti merinding melihat kelakuan Hani yang percaya diri akut. “Sudah-sudah! Pokoknya di sekolah tidak ada pacar-pacaran! Kalau Bapak dengar sekali lagi ada yang pacaran di sekolah, jangan salahkan Bapak untuk mencambuk kalian!” ucap Pak Heri yang membuat semua murid bergidik ngeri mendengar ucapan Pak Heri. Bukan tidak mungkin bagi lelaki itu untuk tidak berbuat seperti yang diucapkan olehnya, secara dia adalah guru paling galak di sekolahnya Qisti. Melihat Pak Heri yang pergi meninggalkan kantin, semua murid kini bisa bernafas dengan lega. “Huh! Hampir saja jantungku hampir copot Qis,” ucap Yenni pada Qisti. “Kamu pikir kamu saja? Aku juga, itu semua karna Arjun!” ucap Qisti sinis yang melirik ke arah Arjun yang mulai duduk di kursi lain. “Eh, tapi tadi dia nembak kamu, so sweet sekali,” ucap Yenni sambil memperagakan tangan gemas membayangkan Arjun mengucapkan cinta pada Qisti. “Kamu suka? Noh, ambil saja! Aku tidak butuh!” ucap Qisti yang kini mulai memasukkan kripik pisang ke dalam mulutnya dan mengunyahnya dengan cepat. “Gak ah, aku tidak mau bersaing dengan Hani, takut Hani patah hati lagi,” jawab Yenni yang seakan-akan dia yang menang melawan Hani.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD