Bab 5. Kejadian Sengit

1003 Words
Aya mendadak berdiri kaku dan tidak bisa bergerak. Ia bahkan sampai merasa sesak dan sulit bernafas dalam sekian waktu. Abian masih berdiri dengan tatapan tajam penuh kemarahan. Aya melihat ke arah luar, memang ada motor Abian di sana. Kenapa Aya bahkan tidak mendengar ada suara motor saat Abian datang tadi? Abian langsung masuk begitu saja dengan menabrak pundak Aya. Aya pun menjadi linglung. Ia juga takut, bingung dengan apa yang harus ia lakukan? Apa lagi, bapaknya baru saja keluar. "Apa yang kamu lakukan?" tanya Abian dengan nada datar namun, tersimpan emosi yang begitu dalam. "Kenapa Mas bisa ada di sini?!" Aya justru balik bertanya dengan nada cemas. "Kenapa malah balik bertanya?! Kenapa kamu pergi dari rumah?!" bentak Abian membuat Aya tersekat begitu saja. Jantung Aya mendadak berderu amat cepat tidak beraturan. Ia mendadak mengalami serangan panik, karena trauma yang melintas begitu Abian membentaknya. Membuat Aya harus mengontrol nafasnya juga. "Kenapa kamu meninggalkan rumah tanpa memberitahuku?!" bentak Abian dengan suara lebih kencang dari sebelumnya. Membuat Aya terkejut meski ia sudah tahu seperti inilah kebiasaan Abian selama ini. Aya terdiam sejenak. Ia mencoba kembali mengatur nafasnya. Ia mencoba mengumpulkan seluruh keberaniannya. Lagi pula, ia tidak sedang di rumahnya. Ia ada di rumah bapaknya. "Jawab, Dek!" bentar Abian sekali lagi. Membuat Aya terhenyak sesaat, namun ia pun menoleh pada Abian. Mana mau ia kalah terus? "Kenapa?!" ulang Aya. "Mas masih bertanya kenapa aku meninggalkan rumah?! Sebaiknya Mas bertanya pada diri sendiri!" "Apa yang kamu rencanakan?! Kenapa kamu pergi dari rumah tanpa memberitahuku?!" "Apa Mas masih bisa berpikir?! Aku bisa saja mati karena Mas Abi yang kasar!" "Kemasi barangmu! Pulang bersamaku sekarang juga! Bawa Nala!" pinta Abian. Aya mendengus kasar mendengarnya. "Jangan mimpi! Aku tidak akan kembali denganmu lagi! Sampai kapanpun!" Mendengar itu, Abian langsung naik pitam. Ia mendadak menjadi gelap mata. Aya memang sering tidak menurut seperti ini. Hanya ada satu cara agar Aya biasanya menurut. "Apa katamu?!" Abian langsung saja maju dengan membelalakkan kedua matanya. "Apa Mas Abi tidak paham juga?! Aku ingin bercerai!" "Diam!" Tangan Abian sudah naik ke atas udara, mengincar pipi Aya. Terjadi begitu saja. Satu tamparan mendarat mulus di pipi Aya. Membuat Aya mundur dan oleng sejenak. Aya yang memang sudah hafal, seperti inilah hari-harinya. Melawan pun juga percuma, karena kekuatan fisik Abian lebih besar darinya. "Pukul, Mas! Pukul lagi sampai kamu puas! Ini akan jadi yang terakhir! Aku tidak akan lagi mau hidup denganmu!" teriak Aya melawan yang juga meluapkan emosinya. Aya sendiri sudah tidak tahan lagi. Karena ia merasa ada di lingkungan yang aman, membuatnya berani dan tidak akan lagi menjadi memberi makan ego Abian. Ini adalah kesempatannya untuk memberitahu pada Abian, jika Aya tidak lagi lemah. "Ayo, pulang sekarang juga!" Abian heran Aya berani melawannya. Membuatnya kesal. Ia pun menarik tangan Aya dengan paksa. Aya menggeliatkan pergelangan tangannya mencoba melepaskan diri. Abian tidak membiarkan Aya lepas dengan mudah. Sehingga, Aya terseret mengikuti gerakan Abian. "Lepas! Kamu tidak berhak lagi, Mas! Ini rumah bapakku!" Tarik menarik itu, masih terjadi di ruang tamu. Aya terus melawan dan memukuli bagian tubuh suaminya yang paling dekat dengan tangannya. Ia juga berusaha menendang Abian. Pergulatan fisik itu berlangsung cukup lama. "Lepaskan! Aku akan berteriak dan memanggil polisi, Mas!" ancam Aya. Abian lengah sejenak. Sehingga, Aya berhasil melepaskan pergelangan tangannya. Aya lalu berjalan cepat menjauh, namun Abian tidak akan melepaskannya. Aya berlari menuju ke arah kamar. Namun, Abian dengan cepat memeganginya. Mencegah Aya untuk masuk ke dalam kamar. Ia berhasil menangkap Aya dengan susahnya. "Ada apa, ini?!" Tiba-tiba, suara seorang tetangga terdengar dari arah pintu. Ternyata, dari tadi para tetangga dekat, mendengar teriakan pertengkaran mereka. Membuat Abian melepaskan cengkramannya dari Aya. Ada beberapa orang yang akhirnya ikut masuk ke rumah bapak Aya. "Kenapa kalian ribut-ribut begini?" ujar salah satu tetangga perempuan bapak Aya. "Kalau ada masalah, bisa diselesaikan baik-baik! Jangan ribut-ribut!" Seorang tetangga perempuan yang lain, menyeletuk. "Abian! Kamu tidak boleh kasar pada istrimu!" tutur yang lainnya. "Ini namanya KDRT! Kamu bisa dilaporkan polisi kalau begini!" Para tetangga yang berdatangan, semua menyalahkan Abian. Karena sejak Aya pulang beberapa hari yang lalu, mereka sedikit banyak mendengar cerita dari bapak Aya. Membuat Abian merasa terpojokkan. Abian hanya diam. Ia yang masih sangat marah, tidak bisa menerima ini semua. Selama ini, Aya selalu menuruti permintaannya, meski harus dipaksa. Kenapa kali ini tidak bisa? Bagaikan sebuah penghinaan bagi Abian. Abian yang memang pendiam itu, sama sekali tidak mendengarkan nasihat tetangga. Tanpa berlama-lama dan berpikir panjang, ia langsung berbalik dan keluar dari pintu begitu saja! "Hei! Mana sopan santunmu?!" celetuk salah satu tetangga yang geram. Namun, Abian sama sekali tidak mendengarkan. Ia langsung menaiki motor yang diparkirnya di depan. Menyalakannya dan segera ingin pergi dari sana, karena muak jika orang lain ikut campur masalahnya. Abian pun pergi begitu saja tidak peduli. Ia langsung saja mengendarai motornya. Membuat para tetangga tidak habis pikir akan sikapnya. Sangat tidak sopan dan tidak tahu diri. "Dasar suami tidak tahu diuntung!" ujar tetangga yang lain. "Aya. Kamu baik-baik saja?" "Iya. Terima kasih," jawab Aya dengan nafas tersengal. Tiba-tiba, terdengar bunyi suara dentuman keras setelah tidak lama Abian pergi. Suara itu berasal dari arah jalan raya. Memancing semua orang melihat ke arah jalan. Aya pun juga ikut keluar dari rumah. Tidak disangkanya, ada sebuah kecelakaan mobil yang bertabrakan dengan motor. Hal yang mengejutkan lagi, dari arah kejauhan, motor Abian terlihat tergeletak di sebelah mobil yang tabrakan tadi. Aya langsung memelototkan kedua matanya karena kaget. Dari tempatnya berdiri, ia masih sangat ragu, jika korban tabrakan adalah Abian. Apa lagi, sudah malam. Tanpa menunggu apapun, Para warga yang berkumpul di rumah bapak Aya, segera mendekat ke arah tabrakan tadi. Mereka ingin melihat lebih dekat, apa yang terjadi. Termasuk Aya yang ikut dengan mereka, untuk memastikan jika korbannya bukanlah suaminya. Setelah dekat, betapa terkejutnya mereka semua. Memang Abianlah orang yang mengalami tabrakan dengan mobil sekian detik yang lalu. Membuat semua orang sama sekali tidak menyangka. Apa lagi, Aya yang dalam hati terus mengelaknya. Saat Aya benar-Ia ingin menyangkal, tapi ini terjadi tepat di depan matanya. Abi, terkapar di atas aspal dengan bersimbah darah. "Mas Abi!" teriak Aya histeris.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD