14

837 Words
Happy Reading and Enjoy~ Seharusnya perjalanan dari kerajaan Alasjar ke desa memerlukan waktu satu bulan, karena Desa Dyras terletak di perbatasan, sehingga sangat jauh. Jika naik kuda terbaik kemungkinan bisa sampai pada waktu tiga minggu, tetapi karena Sebastian memakai sedikit kekuatannya, membuat ia dan juga lelaki itu sampai di desa Dyras pada waktu dua minggu. Saat mereka sampai, desa itu bagaikan desa mati. Sunyi sekali, tidak ada yang keluar. Awalnya seperti itu, tetapi ketika mereka semakin masuk ke dalam desa, puluhan manusia tergeletak kesakitan. Sebagian lagi berlari-lari untuk mencari pertolongan. Aslan sendiri beserta pasukannya sudah sampai di sana dan lelaki itu langsung bisa mengenalinya, matanya tajam bagaikan elang. Elina langsung menghampiri Aslan, membungkuk di hadapan lelaki itu. "Maafkan saya, Yang Mulia. Saya hanya ingin tahu keadaan mereka." Aslan mendengus. "Sekuat apa pun aku menghentikanmu, kau pasti bersikukuh, jadi karena kau sudah sampai di sini kekuatan apa yang bisa kau tunjukkan padaku? Mengingat kau sampai di sini lebih cepat dari yang di duga." "Saya tidak memiliki kekuatan apa pun, Yang Mulia, tetapi saya bisa mencoba meracik obat-obatan jika Anda mengizinkan." "Lakukanlah apa pun yang bisa. Jangan menyentuh mereka sembarangan, kau bisa terkena penyakit dan membawa dampak buruk bagi kerajaan." Aslan seolah todak sabar ingin mengusirnya. "Baik, Yang Mulia." Elina berpaling, ketika ia ingin melangkah menjauh Aslan menghentikannya. "Katakan bagaimana kau bisa sampai ke sini? Bukankah kau belum pernah datang ke Desa ini sebelumnya? Aku tidak percaya kau membaca leta dengan baik. Bahkan desa inj tidak terletak di pera." Tubuh Elina membeku, ia kembali menatap Aslan. "Saya diberi kemampuan untuk melihat masa depan, Yang Mulia." Terpaksa ia mengakuinya karena Sebastian bisa berada di dalam bahaya jika ia membocorkan pergi dengan lelaki itu.  Aslan menaikkan alisnya sebelah. "Kau bisa melihat masa depan?" Sudut bibirnya terangkat. "Tidak heran," katanya dengan suara kecil. Dia langsung mengibaskan tangannya. "Pergilah, cari apa pun yang bisa membuatmu berguna. Jika kau kau butuh sesuatu tanya saja pada tabib istana, dia banyak membawa persediaan obat-obatan dan juga rempah-rempah." Seolah mendapat dukungan, Elina langsung melesat pergi dengan sedikit berlari. Oh ini buruk, ia tidak mengetahui mana tabib istana. Ia bertanya dengan salah satu pengawal dan dirinya dibawa ke suatu tenda berwarna putih.  Ketika ia masuk, puluhan rempah-rempah dengan berbagai jenis dan juga obat-obatan terhampar dihadapannya. Elina memeriksa dan mencium satu persatu obatan yang berada di sana. Ah, ia lupa memeriksa pasiennya.  Jika ia membuat obat terlebih dahulu, bagaimana bisa membuat pasien itu sembuh, karena ia belum mengetahui penyakit mereka Elina kembali keluar, dia menghampiri salah satu warga yang terbaring lemah di tanah. Mereka kesakitan, menjerit-jerit sembari menggaruk titik-titik kecil yang ada di tubuh mereka. Ia berjongkok, memeriksa urat nadi lalu memeriksa luka yang berada di tubuh para warga. Tabib istana benar, ini adalah penyakit langka, belum pernah sekali pun penyakit ini menimpa seseorang, tapi mengapa bisa Sebastian bisa menyebarkan penyakitnya? Ia tahu Sebastian adalah orang yang kuat dan memiliki umur yang panjang, tetapi sepanjang hari ia melihat Sebastian berada di istana, lelaki itu tidak berbuat ulah sedikit pun. Bagaimana bisa Sebastian membuat obatnya dan menciptakan penyakitnya?  Bisa saja lelaki itu mengerjakannya di dalam kamar, tapi ia yakin bahwa ada seseorang yang membantu Sebastian dalam meracik obat, mungkin itu kenalannya atau seseorang yang tidak dikenal tapi disewa.  Elina kembali memusatkan perhatiannya, memeriksa seluruh tubuh, suhu badan, dan juga keadaan para pasien. Napas mereka terputus-putus, dan juga suhu tubuhnya meningkat, panas. Mereka demam, bintik-bintik merahnya sesekali berubah menjadi nanah. Tidak bisa disentuh, bahkan hanya terkena angin saja tidak bisa.  Elina dulu pernah mempelajari beberapa obat-obatan karena orang tuanya tabib desa. Untuk penyakit yang tidak bisa disembuhkan seperti ini, ia butuh beberapa dedaunan dari pegunungan yang terletak cukup jauh dari sini.  Untuk di kerajaan Alasjar sendiri tidak tahu di mana ia bisa menemukan dedaunan itu, tapi jika ia pergi ke tempatnya yang dilu. Di tempatnya yang dahulu hanya berjarak sekitar 3 sampai 5 km. Dedaunan itu hanya tumbuh beberapa kali dalam setahun, tidak yakin apakah tabib istana mengetahuinya atau tidak. setelah dirasa cukup memeriksa keadaannya, ia kembali ke markas tempat pengobatan berada. Di sana ia bertemu dengan seorang tabib yang sudah tua mungkin saja itu tabib istana. "Apakah kau tahu tumbuhan Evzen? Kedua mata tabib itu membesar, ada antusias yang berada di dalamnya. "Anda juga mengetahuinya, nona?" Seseorang menegurn tabib itu dari samping. "Tuan, dia bukan nona, dia adalah Yang Mulia Ratu." Tabib itu langsung membungkukkan badannya. "Maafkan saya karena tidak mengenali, Anda Yang Mulia." Elina mengangguk sekali. "Tidak apa-apa," katanya.  "Mari kita bahas soal tanaman ini, berapa lama kita bisa menemukan tanaman itu?"   Tabib itu menunduk. "Hingga hingga saat ini saya masih belum mengetahuinya, Yang Mulia, karena selama saya belajar dan menjadi tabib istana, saya baru pertama kali melihat tanamannya dan itu sewaktu saya masih remaja. Saya menggunakannya pada seseorang yang terluka parah dan ajaibnya 3 hari kemudian dia benar-benar siuman. Luka-lukanya memang belum hilang, tapi dia merasakan tubuhnya baik-baik saja bahkan bisa beraktiftas. Itu tanaman ampuh untuk segala penyakit, saya rasa hanya itu jalan satu-satunya untuk mengobati mereka." Sebenarnya hewan Orch juga bisa menyembuhkan segala macam penyakit Bersambung ....
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD