I’m (Not) A Villain | 2

1560 Words
*** Rafas menelan ludahnya dengan susah payah. Biasanya ia akan dengan bangga memperkenalkan dirinya lewat kartu nama. Lalu menyebutkan nama lengkapnya setelahnya. “Rafas Raymond Yuro,” persis seperti itu, tetapi dengan wibawa yang sanggup mengintimidasi orang lain. Ia pun akan dengan sangat bangga mengatakan bahwa dirinya adalah pengacara umum yang siap membela kaum lemah yang membutuhkan bantuannya tanpa harus mempermasalahkan soal biaya. Namun, kali ini lelaki itu tampak tidak berdaya. Tubuhnya yang lemah membuatnya terbata setiap kali bicara. “Na … namaku Rafas Raymond Yuro. Kau siapa?” jawabnya atas pertanyaan putri mengenai siapa dirinya. Rafas juga bertanya sekali lagi siapa Putri Raja di depannya ini. “Dan kenapa aku bisa ada di tempat seperti ini? Seingatku, aku sudah mati terbunuh.” Putri Aura kembali memundurkan langkahnya mendengar pernyataan Rafas. Ia pun merasakan kebingungan yang sama. Putri Aura percaya Rafas tidak berbohong, tetapi ia tak bisa mempercayainya begitu saja. “Rafas? Namamu Rafas? Apa yang sebenarnya terjadi?” Putri Aura bertanya pada dirinya sendiri. Matanya menatap lekat pada Rafas yang juga sedang menatap padanya. Mata sang Villain benar-benar menunjukan kebingungan. “Persetan! Akan kubunuh kau!” teriak Putri Aura. Ia berlari menerjang Rafas, menendangnya hingga sang Villain kembali tersungkur. Rafas meringis kesakitan. Ia sungguh tidak tahu kesalahan seperti apa yang telah dirinya lakukan sehingga dibalas seperti ini. “Apapun itu maafkan aku. Tapi aku benar-benar tidak ingat kejahatan seperti apa yang telah aku lakukan! Aku hanya seorang pengacara umum yang membela ketidak adilan semasa hidupku,” Rafas mengatakan itu setelah ia mencoba mendudukan dirinya. Badannya terasa remuk karena dilempar berkali-kali oleh Putri Aura. “Pengacara?” Rafas mengerutkan dahinya. “Seseorang yang bekerja dibidang hukum,” terangnya karena melihat Putri Aura tidak mengerti maksudnya. “Hakim istana?” tebak Putri Aura berdasarkan hukum istananya. Rafas hanya mengangguk saja. Ia tidak tahu apakah hal itu sama dengan di dunianya. “Tapi kau seorang penjahat!” Tanpa peringatan apa-apa, Putri Aura kembali mengacungkan pedangnya. Hal itu membuat Rafas semakin ketakutan. “Percayalah padaku,” Rafas menggelengkan kepalanya. “Aku bukan penjahat,” lirihnya. “Aku akan membuktikan semua perkataanku padamu, Putri,” Putri Aura tidak ingin mempercayai Rafas, tetapi hati kecilnya mengatakan bahwa Rafas tidak berbohong. Putri Aura menghela napasnya dengan berat. Pedang di tangannya kembali ia simpan pada tempatnya. Putri Aura mendekati Rafas, ia memperhatikan lelaki itu sekali lagi hingga akhirnya memutuskan untuk memberikan Rafas kesempatan. “Ceritakan mengenai dirimu, tapi jika sedikit saja kau berbohong padaku, maka aku tidak akan segan-segan memisahkan kepalamu dari tubuhmu!” ancam Putri Aura. “Ba … baik Putri,” sahut Rafas menyetujui karena dia tidak akan berbohong sedikitpun. Rafas memulai ceritanya semasa ia hidup di dunia. Rafas juga mengatakan bagaimana dirinya bisa berakhir di tempat ini. Setelah itu ia tidak tahu apa-apa. “Kenapa kalian menuduhku sebagai seorang penjahat?” tanyanya. Putri Aura menatap tajam pada Rafas. Wajah lelaki itu mengingatkannya pada sang Villain yang sebenarnya. “Kau ingin membunuhku!” ujarnya sambil menunjuk Rafas dengan jari telunjuknya. “Bukan aku tapi orang lain, Tuan Putri,” balas Rafas. Ia tidak terima dituduh seperti itu di saat yang ia lakukan semasa hidupnya adalah demi kebaikan semua orang. “Kalian memiliki wajah yang sama!” Rafas terdiam mendengar bentakan Putri Aura. Ia melarikan matanya ke segala arah hingga menemukan cermin yang bisa memantulkan wajahnya di sana. Meski tertatih, Rafas akhir berhasil berdiri di depan cermin itu. “Jadi, wajah ini yang membuat kalian menuduhku sebagai seorang Villain?” dia menyentuh wajahnya sendiri. Tidak ada yang berubah. Semuanya masih sama seperti dulu. Hanya saja, wajahnya kini terlihat lusuh dan tidak terawat. Kelelahan juga terlihat jelas di sana. Rafas yakin masalah yang ia hadapi tidak mudah. Ia akan dituduh sebagai seorang penjahat sampai mati. Namun, Rafas tidak bisa membiarkan itu terjadi. Dirinya harus melakukan sesuatu agar terbebas dari tuduhan itu. “Maafkan aku, tapi di mana sebenarya kita berada?” tanya Rafas setelah menolehkan kepalanya pada perempuan yang mengaku sebagai Putri Raja itu. Rafas belum tahu siapa namanya. “Istana Immortal milik Ayahanda Raja Ziurif,” jawab Putri Aura. “Immortal? Kita berada di dunia immortal?” Anggukan Putri Aura menjawab kebingungan Rafas. Keterkejutan terlihat jelas di wajahnya yang letih. Dia masih tidak mengerti kenapa jiwanya berada di tempat ini? “Aku tersesat. Ya Tuhan, apa yang harus aku lakukan?” “Kenapa aku bisa ada di tempat ini?” tanya Rafas bertubi-tubi. Ia memejamkan matanya erat. Hebatnya, kenangan semasa hidup di dunia masih ia bawa. Rafas tidak tahu apa alasan Tuhan melakukan ini padanya. Baru saja Rafas akan mengeluarkan suaranya sekali lagi, Putri Aura tiba-tiba saja berlari menghampirinya. Menutup mulutnya sembari menatap tajam padanya. Sedekat ini dengan sang putri membuat Rafas benar-benar membungkam mulutnya. Entah karena terkejut atau sesuatu yang lain, tetapi jantung Rafas berdegup kencang saat ini. “Ada yang datang,” bisik Putri Aura kepada Rafas yang masih tampak terkejut akibat perbuatannya. Secepat kilat Putri Aura berlari membawa Rafas bersembunyi. Namun, Rafas pikir mereka terbang karena tak ada suara tapak kaki ketika Putri membawanya berlari. “Sembunyi di sini. Jangan katakan apapun, kalau perlu jangan bernapas!” Rafas hanya sanggup menganggukan kepalanya. Perintah tuan Putri ia turuti meskipun sampai detik ini dia tidak tahu nama sang Putri. “Hormat pada Ayahanda. Ada apa Ayahanda datang ke tempat ini?” tanya Putri Aura setelah memberi hormat kepada Raja Ziurif. Diam-diam Rafas memberanikan diri mengintip Raja Ziurif dan putrinya bicara. Mungkin dirinya bisa menemukan jawaban atas apa yang sebenarnya telah terjadi. “Penjahat itu melarikan diri. Kau tidak akan aman, putriku. Ibundamu merasa khawatir sehingga meminta Ayahanda untuk menemuimu,” “Apa? Sang villain melarikan diri Ayah?” Putri Aura pandai sekali berpura-pura. Ia menipu Raja Ziurif dengan berani. Putri Aura menggenggam tangannya erat. “Ayahanda tidak perlu khawatir. Aku akan baik-baik saja di sini. Aku sendiri yang akan menangkapnya lagi jika dia berulah!” Tujuan Putri Aura mengatakan itu bukan hanya untuk membuat Raja Ziurif tenang, tetapi juga untuk mengancam Rafas yang sedang bersembunyi. “Baiklah, Ayahanda percaya kau akan baik-baik saja. Tetapi, kunjungi Ibundamu dengan segera. Dia sangat mengkhawatirkanmu,” Raja Ziurif meninggalkan kediaman Putri Aura setelah mengatakan itu. Setelah memastikan Raja Ziurif dan pengawalnya pergi, Putri Aura kembali mengeluarkan Rafas dari persembunyiannya. “Kau dengar? Aku akan menghukummu dengan tanganku sendiri jika kau bertingkah di depanku!” Sekali lagi Rafas mendapatkan ancaman dari tuan Putri. “Aku akan membuktikan padamu bahwa aku tidak bersalah. Hanya raga ini yang melakukan kejahatan, sedangkan jiwaku tak pernah melakukan itu.” Putri Aura tidak ingin percaya, tetapi hati kecilnya membenarkan hal itu. Untuk berjaga-jaga, Putri kembali mengikat Rafas dan mengurungnya di istananya. “Apa yang kau lakukan?” tanya Rafas merasa heran. Rafas pikir dirinya sudah mendapatkan kepercayaan Putri Aura. Ternyata dia salah, Putri masih memerlukan waktu untuk mempercayai segala perkataannya. “Tunggu di sini. Aku ingin menemui Ibundaku terlebih dahulu. Setelah itu, akan kuputuskan apa yang harus kulakukan padamu!” “Tenang saja, aku tidak akan menghunuskan pedangku padamu sekarang juga.” Putri Aura tersenyum pada Rafas. Dirinya memang terlihat dingin dan sadis, tetapi seorang Putri tetap saja memiliki sisi lembut yang mendamaikan. Putri Aura tidak akan melakukan sesuatu yang gegabah yang pada akhirnya bisa membuatnya menyesal. Ia akan menunggu Rafas membuktikan perkataannya. “Hei!” panggil Rafas mulai berani. Ia bahkan sudah tersenyum saat ini. Melihat itu, Putri Aura yang tadinya sudah melangkah pergi, menoleh lagi padanya. “Siapa namamu?” tanya Rafas semakin berani. Putri Aura menaikan alisnya, lalu menyebut namanya. “Putri Auraleia,” ucapnya. Rafas mengulang nama itu sekali lagi. Ia menatap punggung Putri Auraleia dengan tatapan lembutnya. Entah kenapa nama itu terdengar akrab di telinganya, tetapi Rafas yakin betul semasa hidup di dunia ia tidak mengenal sang Putri. Tanpa Rafas sadari, ingatan itu adalah milik sang Villain yang sewaktu-waktu bisa kembali menguasai dirinya. Rafas mengabaikan perasaan akrab itu. Ia memikirkan cara bagaimana agar bisa melarikan diri dari tempat ini tanpa terluka. Bagaimanapun juga dirinya harus tetap hidup untuk membuktikan pada semua orang bahwa ia tidak bersalah. Namun, melihat siatuasi yang ada, sepertinya tidak ada jalan untuk melarikan diri dari tempat ini. Layaknya di dunianya dulu, Rafas yakin saat ini ia sudah menjadi buronan kerajaan. Kapan pun mereka menemukannya, ia akan mati begitu saja. Rafas menghela napasnya dengan berat, haruskah ia percaya pada Putri Aura dan memohon perlindungannya? Entahlah, Rafas belum memiliki jawaban yang pasti, mengingat Putri Aura masih memiliki ambisi untuk membunuhnya. Namun, jika tidak percaya pada Putri Aura, pada siapa lagi ia meminta bantuan? Bagaimanapun juga Putri Aura pernah menyelematkannya dari hukuman sekali. Jika bukan karena Putri Aura yang membawanya pergi, Rafas yakin saat ini dirinya sudah menjadi mayat untuk kedua kalinya. Bedanya dengan yang pertama adalah ia akan mati karena dituduh ingin membunuh tuan Putri. Rafas tidak rela tuduhan itu membelenggunya. Ia takut menjadi arwah yang penuh dendam karena mendapatkan ketidak adilan. Sungguh, tidak ada pilihan lain bagi Rafas selain mempercayai Putri Aura untuk saat ini. Lagi pula Putri Aura sudah berjanji untuk tidak menghunuskan pedangnya sekarang juga. Rafas akan menggunakan waktu yang diberikan tuan Putri sebaik-baiknya. Dia akan membuktikan sekuat tenaga bahwa dirinya bukan seorang Villain. “Membunuh seokor serangga saja aku tidak sanggup, apalagi membunuh seorang Putri Raja yang cantik jelita,” Rafas menggelengkan kepalanya. Tidak habis pikir mengenai apa yang terjadi di dunia Immortal. Dunia yang seumur hidup tak ingin dirinya percayai. Namun, ia justru terjebak di tempat asing ini. . . Bersambung.  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD