When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Rendra menegakkan badan. Matanya menatap dalam manik sang Ibu. "Kenapa, Bu? Karena dia kenapa?" Rendra mengungkap tanya, karena merasa penasaran dengan alasan sang ibu. Widya tersenyum kecil mendapati raut penasaran sang putra. "Sepertinya kamu ingin tahu banget tentang dia ya, Dra. Maksud Ibu tidak berani menjodohkan dia karena Khanza bukan tipe kamu 'kan?" Bahu Rendra melorot, kembali pemuda itu menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi. Raut kecewa tampak di wajahnya setelah mendengarkan ucapan sang ibu. Widya dapat menangkap perubahan air muka dari sang putra. Wanita berwajah teduh tersebut tersenyum samar. "Ada apa dengan kamu, Dra? Ibu benar, bukan? Istri idaman kamu itu yang seperti almarhumah calon kamu, Naura. Gadis berjilbab keluaran pesantren. Al fatihah untuk dia, Dra. Semog