When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Pintu terbuka otomatis. Khanza yang tengah melamun kaget, tiba-tiba Widya tersenyum di depan wajahnya. "Khanza, ayo, turun. Kenapa kamu masih diam saja?" Widya mengulurkan tangan pada Khanza. Namun, gadis itu hanya menatap uluran tangan Widya. Dia bergeming tak lantas menerima uluran tangan tersebut. . "Bu, Maaf. Saya tunggu saja di mobil. Ibu sama Masnya nggak apa-apa tinggalkan saya sini." Widya menggelengkan kepala. "Tidak. Kamu harus ikut kami ke dalam. Ayolah Khanza, ikut kami. Janga menolak." Tak ada pilihan, Khanza terpaksa mengikuti Widya. Gadis itu turun dari mobil dan menerima uluran tangan Widya, yang di sambut hangat wanita paruh baya itu. Sementara kedua wanita beda generasi berjalan dengan saling bergandengan. Rendra sendiri mengekori keduanya dari belakang. Semua mat