When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Kenzo berjalan dengan tergesa, pria dingin nan tampan itu kaget setelah mendengar teriakan sang istri. Dia yang tengah menelpon Gavin langsung memutuskan sambungan telponnya. Mendapati Khanza yang tengah menutupi wajah dengan kedua tangannya reflek dia mendekat dan memeluknya. Di pikirannya sang istri tengah mengalami ketakutan. Meski Damar ada bersamanya, tapi dia tahu jika sang istri tidak mungkin meminta Damar untuk memeluk dirinya. "Ada apa, Sayang? Kenapa kau berteriak? Apa ada yang menakutimu?" rentetan pertanyaan Kenzo layangkan. Raut wajahnya terlihat sangat khawatir. Khanza yang mendengar suara sang suami, membuka tangannya sontak saja dia memeluk pinggang Kenzo dan menenggelamkan wajahnya di perut Kenzo. "Hei–! Ada apa?" Kenzo menarik pelan kepala sang istri. Di belainy