Awal Penderitaan

1517 Words
“Chris bantu aku lompat! Ayo!” Ajak Becca tidak menyerah. Ia akan gunakan kesempatan yang ada, walau hanya sedikit waktu yang ia punya. Namun, ada yang aneh ketika ia justru mendapati Chris hanya diam saja, berbanding dengannya yang semangat. Chris justru berekspresi beda. Becca kesal lalu mendekat. "Ayo Chris! Kau malah diam saja! Nanti orang-orang monster itu akan datang! Kita tak punya banyak waktu untuk berpikir!" Ia menarik tangan adiknya. Sudah siap melompat tetapi, Chris justru menariknya turun lagi. “Kita tidak akan berhasil, Bec!” ujarnya dengan nada putus asa. Becca terdiam, menatap adiknya, “kau menyerah begitu saja? Tidak, kita coba dulu! Ayo Chris!” Kembali menarik Chris, hendak kembali membuka jendela. Tetapi, Chris kembali menahannya. “Chris!” Becca kembali memanggilnya dengan nada jengkel luar biasa. “Kita berdua bisa mati, Becca! Dan aku tidak ingin mati sekarang!” Kata Chris. Membuat Becca mematung, menatap adiknya tak percaya. “Chris, justru jika kita tetap di sini. Hidup kita akan menderita—“ Chris justru menarik tangannya, mengajak langkah Becca mendekati pintu. “Chris! Chrissss! Percayalah padaku, kita harus keluar dari situasi ini!” “Kau harus menikah dengan Sean Caldwell!” Detik itu juga langkah kaki Becca berhenti, membuat mereka kembali saling berhadapan. “Chris, kuyakin kau tidak serius, kan? Kau tahu niat buruk Sean, ia berniat menyakitiku, membuatku dan Dad, kau menderita—“ “Kau sangat mendukung, percaya pada Dad bukan? Maka berkorbanlah, lakukan pernikahan ini demi kami. Demi Dad juga aku.” Becca menarik tangannya, kian tercengang adiknya semudah itu menyerahkannya pada Sean. Air mata Becca kembali jatuh. “Kau adikku, tapi kau ingin menyelamatkan dirimu sendiri, Chris!” “Hidup kita akan berubah, Becca. Meski niat Sean buruk, dia pria kaya raya. Dia akan membuat kita keluar dari lubang hitam, melunasi hutang—“ PLAK! Satu tamparan Becca layangkan dengan tangan gemetar, membuat wajah Chris hingga berpaling. Becca mundur, hingga terjatuh lemas... “Itu sama saja kau menjualku, mengorbankanku, dan kau lebih peduli pada hidupmu, kekayaannya dibanding hidupku.” Menyakitkan dengar semua kalimat adiknya, Becca siap lakukan apa pun untuk menghidupi dirinya dan adiknya, tapi hari ini adiknya sendiri tak berpihak padanya. Justru mengambil keuntungan untuk dirinya sendiri. “Becca, kita tidak punya pilihan.” Becca semakin terisak-isak. Benarkah tidak ada yang dipihaknya sekarang? Bahkan adiknya pun. Ia menyeka air matanya, tanpa peduli riasan wajahnya, ia tatap Chris kembali. “Aku sudah muak hidup susah, Becca. Lagi pula kuyakin Sean tidak akan membiarkan kita hidup jika kau melarikan diri dari pernikahan ini.” “Aku kecewa padamu, Chris!” “Becca—“ “Jangan mendekat! Kau bukan adikku lagj!” cegahnya. Betapa kecewanya Becca terhadap Chris. "Apa yang sudah Sean tawarkan padamu, Chris?!" desak Becca berikutnya. Ia langsung tertuju pada Sean, pasti sudah mencuci pikiran adiknya hingga di pihaknya. Menentang Becca. Chris langsung menunduk, “maafkan aku, tidak ada yang bisa kita perbuat, Becca. Percayalah padaku...” pilih tidak membantah atau mengiyakan ucapan Becca. Cukup. Begitu saja, Becca yakin jika firasatnya benar, laki-laki itu sangat licik. Becca masih terus menangis, meratapi nasibnya. Bahkan saat ada kesempatan, orang terdekatnya yang menghentikan dan justru ingin menyerahkannya. Pintu lalu terbuka, Calvin menatap bingung situasinya Becca yang terduduk di lantai sambil terisak-isak. “Waktu pernikahan sudah tiba, Chris bawalah kakakmu ke altar, menyerahkannya pada Sean.” Chris menatap orang Sean tersebut, kemudian mengangguk, “akan kupastikan Becca ke altar pernikahan, menyerahkannya pada Mr. Caldwell.” “Chris!” Becca semakin merasa dikhianati mendengar jawaban Chris. Chris mendekat, meraih tangan Becca dan memaksanya berdiri. Lalu ia menarik Veil dikepala Becca, sehingga menutup wajahnya sebagai tanda siapnya. “Chris, lepaskan aku! Aku tidak mau menikah dengannya!” Chris tidak menjawab selain terus menarik Becca berjalan menuju pintu utama tempat pernikahannya. Pintu pun terbuka, Becca menatap lurus, pada Sean dalam balutan jas hitam tengah menunggunya. Tatapan tajamnya tertuju pada Becca dan adiknya. Chris memegang bahu Becca, “aku tahu kau akan sangat membenciku, Becca. Aku akan menerimanya. Kau sendiri tahu, aku melakukannya karena tak punya pilihan untuk menyelamatkan hidupku, juga dirimu sendiri.” Tangannya kemudian di selipkan di lengan Chris, berjalan menuju Sean. Ia pegang erat Becca, hingga berontak pun percuma. Chris lalu menyerahkan tangan Becca pada Sean, Chris berbalik menuju kursi bagian depan. Duduk dengan Calvin dan dua orang lainnya berbaju hitam duduk di belakang Chris. Becca yakin dua orang itu membawa senjata, jika ia kabur, menolak Sean, Chris akan lebih dulu mereka lukai. “Rebecca,” panggil Sean pada gadis itu yang tak fokus. Belum membalas tatapan matanya. “Sumpah pernikahan akan segera kita mulai,” beritahu pendeta. Becca dipaksa berdiri berhadapan dengan Sean, tatapan mata mereka beradu sekali pun terhalang veil yang menutupi wajah Becca. Sean mengurungkan diri, mengundang keluarganya untuk datang di pernikahannya. Ia yakin akan ada pertanyaan juga pertentangan, Sean menghindari situasi yang semakin rumit. Tatapan mata mereka beradu dalam, setiap sumpah pernikahan yang mereka ambil terutama Becca dengan terpaksa, hatinya memberi sumpah terbalik. ’Aku akan membencimu, Sean Caldwell, seumur hidupku!’ Batin Becca. ‘Aku akan memberimu penderitaan, melalui dirimu, balas dendamku pada Austin akan terbayar kan.’ Sumpah lain dalam batin Sean. “Kalian sudah resmi menjadi suami-istri, kau bisa membuka veil istrimu, memasangkan cincin dan menciumnya.” Pendeta menyatakan beberapa saat berikutnya. Sean mengambil sebuah cincin, hanya satu yang akan dipakai Becca. Ia tidak akan memakai cincin. Sean mencengkeram lengannya, membuat Becca meringis, kemudian cincin itu dipasangkan di jemari manisnya. Sean mendekat, menunduk, “akan kutunjukkan penderitaan itu dengan nyata, Becca!” Alih-alih Sean membuka Veil dan menciumnya seperti ucapan pendeta, Sean justru menarik Becca, turun dari altar. Mata Becca melirik Chris yang berdiri, tatapan kecewa yang akan selalu Chris ingat hingga Chris meneteskan air mata. *** “Aw!” Becca meringis merasakan kakinya tersandung, Sean tak pedulikan menariknya terus, kemudian membuka mobilnya. Detik itu Becca tahu jika mobil yang Sean gunakan adalah mobil yang sama, yang pernah Becca lihat beberapa kali di depan rumahnya. Artinya Sean sudah lebih dulu memantau Becca selama ini. “Masuk!” ujarnya dingin, mendorongnya. Becca merasakan dingin menyelimuti tubuhnya, ia duduk. Pintu mobil turun, menutup. Sean masuk ke sisi mobil lainnya. “Kau akan membawaku ke mana?!” tanya Becca. Sean menoleh, urung memakai sabuk pengamannya, ia mendekat lalu Becca meringis merasakan belakang kepalanya dipaksa dalam cengkeraman yang kuat. “Kau hanya perlu menurutiku, bukan banyak bertanya!” Becca menatap Sean lekat, hal itu sangat mengganggu Sean langsung mendorong kepalanya lagi. Sean langsung kembali ke posisinya, memakai sabuk dan melajukan mobil. Tatapan Becca menoleh saat melihat Chris berjalan diikuti dua orang lainnya. “Aku sudah menikah denganmu, tolong lepaskan adikku seperti janjimu.” Sean tidak menjawab, selain menatap dingin. “Jangan menyakitinya, lakukan semuanya padaku. Biar aku yang menanggungnya.” Becca kembali meminta dengan suara gemetar. “Kau akan dapatkannya, tentu saja, jalang!” ucapnya kasar. Becca mengepalkan tangannya, demi apa pun saat ini, detik ini, dia ingin sekali meninju wajah arrogant Sean. Tetapi, kembali lagi ia hanya tahanan tak berdaya. Becca menatap pria itu, “kau begitu membenciku,” Sean menoleh sejenak, tatapan mata mereka beradu, ia kembali memerhatikan penampilan dan wajah Becca. Gadis itu begitu bersinar wajahnya dalam balutan gaun putih. “Harusnya aku meminta gaun berwarna hitam, bukan putih.” “Ya, kau benar... karena gaun putih lambang kesucian pernikahan, sedangkan pernikahan kita lambang penderitaan untukku.” Balas Becca dengan berani. Sean berdecak mendengar gadis itu masih saja berani menjawabnya. Becca kemudian pilih diam, berbeda di awal tadi yang tangan diikat dan mata ditutup, kali ini ia dibiarkan melihat perjalanan ke tujuan Sean membawanya. Ia juga tahu mobil lainnya di belakang mengikuti, ‘Sean dan orang-orangnya memiliki senjata, orang seperti apa mereka? Mengapa bisa memiliki senjata secara legal?!” Batinnya. Chris ada benarnya, jika pun tadi menurutinya coba melarikan diri, pasti mereka tertangkap, kemudian Becca tak bisa membayangkan nasib berbeda yang akan diterimanya dan sang adik. Mungkinkan ia dan Chris akan ditembak, kehilangan nyawa. Becca hanya perlu bertahan, sampai Sean merasa puas sekaligus bosan mempermainkannya. Miris sekali bukan nasibnya? Beberapa saat kemudian mobil mendekati sebuah Mansion dominan putih dan hitam dari luar. bergaya amerika yang khas, modern. Begitu megah, tetapi Becca menghentikan rasa kagumnya. Baginya meski Mansion tersebut megah dan mewah, tetap tak akan mengubah kenyataan jika Becca di sana sebagai tahanan seorang Sean Caldwell. Pria yang mengambil sumpah bukan untuk buatnya bahagia, melainkan menderita. Pintu gerbang yang kokoh berwarna hitam itu terbuka, mobil terus melaju hingga berhenti depan Mansion yang kokoh. Pintu mobil itu terangkat, Sean turun lalu mendekati Becca, lalu kembali menyeretnya. Pelayan yang menyambutnya, memilih menunduk juga tak ada yang peduli padanya. Becca dengan langkah terseok-seok, menahan keinginan untuk mengeluh apalagi meminta Sean memelankan langkah juga melonggarkan cengkeraman tangannya, sebab percuma, yang ada Sean akan semakin mencengkeram tangannya. Lebih menyakitinya. Menaiki lift, mereka tiba di lantai atas rumah. Sean masih mencengkeram tangannya, hingga berhenti di sebuah kamar dengan pintu bercat hitam. Ia menekankan ibu jari ke kunci di sana, lalu pintu terbuka. Sean mendorong Becca dengan kasar ke kamar tersebut. "Akh!" Becca sangat terkejut dengan perlakuan tersebut. Blammm! Pintu di tutup tepat depan wajahnya. Sean meninggalkannya, lebih baik dibanding pria itu tetap di sana bersamanya. Pikir Becca.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD