BAB 2. DEEPEST LOVE

1736 Words
Menumpuhkan tubuhnya di dinding, Harlie teringat kembali hari di mana ketika pertama kali ia mecium Mayang, hari itu adalah hari terakhir dirinya menjadi seorang Harlie Austin yang polos. Karena setelah hari itu, gejolak – gejolak hasrat kepada Mayang terus menguasai dirinya, b******k kau Mayang!!! – rintihnya. FLASH BACK ON Mayang sudah berdandan dan mengenakan pakaian terbaiknya, tepat sepuluh menit sebelum jam tujuh ia kembali menatap dirinya di cermin, memastikan ia sudah maksimal untuk kencannya malam ini. Gadis itu memakai dress berwarna kuning dengan panjang selutut, dress yang ia kenakan bermodel sabrina, memperlihatkan kedua pundaknya yang terbentuk lebar, rambut sebahunya dibiarkan teruarai namun dipercantik dengan tambahan jepitan rambut mutiara yang menyangga secumput rambutnya di atas daun telinga. Ia mengenakan blush on pink yang sedikit agak terang di kedua pipinya, agar ia terlihat segar, bibirnya hanya di baluri lipbalm berwarna pink senada blush on nya agar kesan naturalnya lebih terlihat. Udah di depan May – pesan singkat Harlie, Mayang kegirangan kerena Harlie sungguh meluangkan waktunya malam ini, segera saja ia memakai parfume di pergelangan tangan dan di lehernya, mengambil sling bag dan memeriksa barang bawaannya jangan sampai melupakan sesuatu, dirasa semua aman, dan sesudah ia memakai sepatu sneakers putihnya, Oke, aku keluar sekarang! – balasan pesan May kepada Harlie Gadis itu buru – buru keluar dari kamar kosnya, menyambangi laki – laki yang biasanya menunggu di depan pintu gerbang, “Hai...” sapa Mayang dibalas senyum hangat oleh Harlie, “Cantik banget sih, Yang?” puji Harlie membuat Mayang merasa tersipu, “Makasih, hari ini kan special buat kita!” Harlie mengangguk paham, yup – ini adalah hari Anniversary mereka yang kedua “Kita jalan sekarang?” Mayang mengangguk mengiyakan, Harlie lalu memeasangkan helm dengan hati – hati kepada gadis itu, mereka berdua terus mengeluarkan senyum sumbringan memandang satu sama lain. Dua tahun perjalanan mereka tidak melunturkan sedikit pun  gejolak asmara diantara keduanya, rasanya seperti baru menjalani hubungan beberapa bulan. ***** Harlie dan Mayang sepakat untuk menonton film di kawasan Sudirman, mereka kali ini memilih tempat yang sedikit jauh agar momen yang tercipta berbeda saja dari biasanya, film yang mereka pilih yaitu The Great Gatsby, keduanya memang sama – sama menyukai film romantis yang sarat akan makna. Memang, Harlie dan Mayang memiliki terlalu banyak kesamaan, hal itu pula-lah yang mengikat keduanya, tidak perlu bersusah payah mencari kesamaan. Mayang melingkarkan lengannya ke lengan Harlie yang mengangggur di tangan kursi, “Hmm, kenapa May?” laki – laki itu berbisik, May menggelengkan kepala, “Nggak pa – pa sayang, pengen nyender aja!” harlie tersenyum, “Sini sini!” Harlie membuka kedua lengannya lebar, siap memberikan pelukan hangat kepada kekasihnya itu, Mayang yang memang sedikit kedinginan karena dressnya yang sedikit terbuka dengan senang hati menyambut pelukan Harlie, ia menjatuhkan tubuh dan kepalanya di d**a yang liat dan bidang itu. Ketika scene film yang menampilkan sedikit adegan panas, suasana diantar Harlie dan Mayang menjadi sedikit gerah, ada suatu desiran yang asing dan tidak tergambarkan diantara mereka. Mula – mula Mayang menggeliat membenamkan wajah di d**a Harlie agar merasa lebih nyaman, laki – laki yang memang sudah agak gerah itupun tiba – tiba  tersulut akibat helaian rambut Mayang yang bergerak lembut di area leher dan wajahnya. Mengikuti instingnya sebagai makhluk adam, Harlie pun perlahan mulai menarik dagu Mayang menghadap wajahnya, menatap mata gadis itu lamat - lamat, dan tatapan Harlie pun turun ke bibir yang sedikit terbuka karena kebingungan itu. Harlie pun  lalu memangutnya, lambat laun kedua bibirnya terbuka, mulai melumat dan menggigit bibir gadis itu hingga keluh. Mayang yang awalnya bingung, kemudian mengikuti ritme yang ditawarkan oleh kekasihnya, gadis itu pun juga mengingkan hal yang sama. Ia pun balas memangut dan melumat bibir Harlie. Dan akhirnya, ini adalah ciuman pertama mereka, setelah dua tahun bersama. Hari – hari setelah malam dibioskop itu cukup membuat keduanya risau, terutama Harlie. Laki – laki itu merasa ada sesuatu yang tertinggal, dirasa belum cukup apa yang ingin dilakukannya terhadap Mayang. Kekasihnya itu perlahan – lahan seperti menjadi candunya. Di sisi Mayang sendiri, gadis itu hampir setiap malam kembali membayangkan ciuman pertama mereka. Masih begitu terasa, bagaimana bibir Harlie yang tipis dan merekah menyapu habis lipbalm strawberry yang melapisi bibirnya. Hahh... – sesering itu Mayang menarik nafas untuk menenangkan pikirannya, apa yang Harlie lakukan terhadapnya begitu berkesan dan membekas. Hingga hari di suatu sore, kelas perkuliahan Harlie dan Mayang selesai, “May, aku antarin pulang ya...” Mayang tersenyum mengangguk, “Ayo!!!” Lanjut Harlie menawarkan tangannya, Mayang menyambut dan merangkul mesra lengan laki – laki itu. “Malam ini aku mau ke GYM, kamu ada recana apa, Yang?” Tanya Harlie “Nggak ada, mungkin kerja tugas aja di kosan” Mayang menjawab “Ya udah, sebelum ke GYM, aku anterin kamu makan malam yah biar kamu nggak repot – repot lagi keluar kamar” ucap Harlie mengelus puncak kepala Mayang lembut, gadis itu mengangguk, “Ya udah aku tunggu yah!” jawabnya “Iya sayang...” Dan ketika malam pun tiba sekitar jam 7, ponsel Mayang berdering dengan nama Harlie di sana, “Iya sayang” Mayang menyapa mengangkat telfon “Yang, kamu mau makan apa?” tanya Harlie “Uhm.., aku mau makan bakso mas barokah aja yang” “Trus apa lagi?” Mayang berpikir sejenak “Kayaknya itu aja deh yang, jangan lupa ontongnya dua yah!” jawab Mayang yang meminta makanan favorite khas mahasiswa sejagad nusantara, “Oke sayang, kamu tunggu ya...” Harlie menutup telfon. Beberapa saat setelah sedikit merapikan diri dan kamarnya, pintu kamar Mayang terketuk, Pasti Harlie – batin Mayang girang. Segera ia berdiri dan membuka daun pintu, benar saja Harlie kekasihnya sudah berdiri di hadapannya. Entah mengapa, Mayang melihat Harlie malam ini sedikit berbeda, pakaian yang digunakan Harlie kali ini adalah UA sport tee yang sedikit ketat di tubuh berototnya, UA short pants selutut yang menampakkan kaki jenjang dan berbulu laki - laki itu. Mayang menatap Harlie dari atas ke bawah dan kembali ke atas ke matanya, Kok dia sexy, sih? “Yang, ini makanannya...” suara Harlie memecah lamunan Mayang. Tidak heran memang, karena gadis itu jarang melihat kekasihnya memakai baju yang serba menampakkan mahakrya tubuhnya selama ini, Mayang jadi malu sendiri atas pikirannya yang liar, kemudian ia menunduk, “Kenapa May?” gadis itu menggelengkan kepala, sedikit salah tingkah. Ia lalu mengambil bungkusan makanan dari genggaman Harlie, “Ya udah, makasih ya!” ucap Mayang tanpa mau melihat mata laki – laki itu sebelum pergi. Takut semakin salah tingkah, Mayang lalu membalikan tubuhnya untuk segera masuk ke dalam kamar, “May...” suara berat Harlie menghentikan langkah Mayang. Suara itu bahkan membuat jantung Mayang  berdegup kencang, bulu – bulu halus di sekitar lehernya pun bahkan ikut menggeliat, Harlie melangkah mendekat ke arahnya membuat rongga d**a Mayang terangkat, Oh tidak, aku harus gimana? – “Aku temani kamu makan ya?” Harlie berkata membuat Mayang mengangguk tanpa membalikkan badan. Harlie pun melangkah masuk dan segera mengambil posisi duduk melantai di atas karpet yang terbentang di samping tempat tidur gadis itu. Suasana menjadi sedikit canggung, Mayang yang sudah menyiapkan mangkuk, sendok dan garpu sebelumnya tiba – tiba di cegat oleh Harlie, “Kamu kenapa sih, May?” laki – laki itu menarik wajah Mayang agar menatap dirinya. Tatapan yang awalnya malu – malu itu berubah menjadi sendu seperti berkabut ketika Mayang memberanikan diri menatap manik Harlie yang sehitam biji kopi itu. Tidak ada yang bersuara, tapi Harlie mengerti tatapan itu, Mayang telah membuka akses semulus jalan tol kepada dirinya, tentu saja akses untuk menyenangkan batin gadis itu. Kini Harlie paham, bahwa apa yang ia rasakan beberapa hari ini juga dirasakan oleh Mayang, perasaan terpendam menginginkan lebih satu sama lain. Sekarang timbullah keberanian dalam diri Harlie. Awalnya ia merapikan anak – anak rambut yang tergerai di kening Mayang, laki – laki itu lanjut menyentuh pipi dan berhenti di bibir gadis itu. Menatap setiap inchi wajah gadis yang sangat ia cintai dan kasihi, Mayang hanya kau yang kuinginkan – hatinya berbicara. Laki – laki itu, mendekatkan wajah kemudian mengecup bibir manis itu singkat, “Har...” Mayang bersuara. Harlie tidak membalas, terus menatap Mayang lamat – lamat dengan nafasnya yang menyapu seluruh permukaan wajah gadis itu, “Sayang...” pinta gadis itu sekali lagi “Yaa...” balas Harlie seolah berbisik dengan nafas beratnya “Pintu kamar ditutup dulu!!!” ucap Mayang yang membuat sesuatu di dalam kepala dan d**a Harlie seolah meledak, Mayang meminta pintu ditutup – ini adalah akses yang terbentang luas. Laki – laki itu lantas segera berdiri dan menutup pintu itu perlahan. Pintu pun akhirnya tertutup rapat, manyisakan Mayang yang duduk menundukkan kepala. Harlie mendekat, “Sayang...” ia mengangkat wajah Mayang, saling menatap sepersekian detik, Mayang lalu mengalungkan lengannya di leher Harlie, mendekatkan wajahnya dan menyajikan bibirnya untuk segera dilumat. Harlie pun tidak berdiam diri, ia memegang tengku gadis itu, menariknya agar tidak ada celah diantara pangutan mereka, bibir keduanya pun akhirnya menyatu. Walaupun terbilang amatir, tapi insting keduanya cukup bekerja. Mayang yang terdesak oleh lidah Harlie akhirnya membuka mulut agar laki – laki itu dapat menyisir setiap bagian rongga yang basah itu. Dengan lidahnya yang mulai liar, Harlie memainkan lidah Mayang dan mangisapnya, Mayang yang hanya memasrahkan diri membuat Harlie semakin panas, darah diotaknya sepertinya mulai mendidih. Kedua tangannya pun mulai bekerja. Hanya tanktop, pakaian yang Mayang kenakan cukup terbuka dan sangat menggoda, tangan Harlie yang mulai tidak sabar cukup gampang melucutinya. Awalnya hanya melucutinnya sedikit agar jari – jari Harlie bisa memainkan p****g Mayang dengan nakal. Namun, lama kelamaan, laki – laki itu menarik tali tanktop dan tali bra yang bertengger di bahu Mayang ke bawah, hal itu sukses mengekspos penuh salah satu payudra gadis itu, Harlie meremasnya perlahan. Mayang menggeliat, sentuhan pertama Harlie di sana membuatnya seperti melayang – layang. Tangan kasar laki – laki itu nyatanya membuat sensasi khusus diujung – ujung saraf p******a Mayang. Wajah Mayang memerah, gadis itu memejamkan matanya menikmati sensasi – sensasi yang diterima tubuhnya, “Ugghhh...” suara berat Mayang mulai terdengar, tatkala Harlie tidak bisa menahan diri untuk mencicipi putih yang mulai mengeras itu. Instingnya sebagai makhluk primitif akhirnya membawa Harlie memainkan bibir dan lidah semakin liar. Ia lalu menyapu habis p******a Mayang, terus ke atas menuju tulang selangka, dan ia teruskan lagi menuju leher. Tidak ada kissmark yang tercipta, laki – laki itu belum cukup pengetahuan membuatnya. Walaupun demikian, Mayang semakin dibuat kalut. Seluruh sensasi gila ini baru pertama kali ia rasakan, rasanya begitu asing sekaligus nikmat terlebih yang melakukannya adalah laki – laki yang sangat ia cintai. Pergerakan Harlie akhirnya berhenti di kedua bibir Mayang, setelah memangutnya sampai puas, Harlie melepaskan diri, “Kenapa berhenti?” tanya Mayang dengan nafas  terengah – engah, Harlie hanya duduk diam tidak balik menatap gadis itu. Mayang memperbaiki tali tanktop dan bra kemudian memposisikan duduk ke dekat Harlie, “Har...” suara Mayang yang mencicit lemah membuat Harlie akhirnya menoleh. Gadis itu menenggerkan kepalanya ke bahu kekar Harlie dan merangkul laki – laki itu, “May... Maafin aku sudah berbuat sejauh itu!” laki – laki yang masih polos itu tiba – tiba merasa ketakutan jika dirinya akan menyakiti Mayang, untuk itu ia berusaha sekuat tenaga menghentikan dirinya. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD