BAB 6. THINKING LOUD

1674 Words
Keadaan Zidny akhirnya membaik belakangan ini setelah Leoky pacarnya mengajarkan wanita itu cara untuk meraih puncaknya sendiri a.k.a m********i. Awalnya malu - malu dengan apa yang dia perbuat, lama kelamaan wanita itu mulai addicted akan sensasi yang ia rasakan. Ia pun sering meminta kepada Leoky untuk menemaninya, menonton secara live ia meraih puncak. b******k memang! - Seandainya saja Leoky ada di sini. Rutinitas sehari - hari berusaha Zidny jalani dengan se-normal mungkin, sudah hampir satu tahun Zidny dan Leoky terpisah oleh jarak, tak kunjung juga membuat wanita itu segera beradaptasi, “Zid, sore ini jalan yuk!” Ajak salah seorang rekan kerjanya bernama Mulan “Ughm...” Zidny menggumam berpikir “Ayolah... kita udah lama nggak nyalon nih!” Bujuk Mulan “Mau kemana kita?” Zidny adalah jenis wanita yang introvert, tidak gampang baginya untuk mengakrabkan diri dengan orang - orang dan lingkungan baru. Seakrab apapun ia, Zidny tetap memiliki batas tersendiri, seperti saat ini, ia kadang begitu sulit hanya untuk sekedar hang out bareng, terkecuali orangnya adalah Leoky, “Kita bisa ke mall, nyalon, lihat - lihat baju, banyaklah pokok. Ayolah Zid!!! Nih, rambut kamu juga udah kucel nggak keurus, udah harus nyalon ini mah!!!” Mulan merengek sekaligus memaksa yang akhirnya membuat Zidny menganggukan kepala, “Boleh deh...” ***** Jam pulang kantor pun akhirnya tiba, Zidny dan Mulan memutuskan untuk langsung pergi bersama tanpa pulang terlebih dahulu ke rumah masing - masing. Keduanya menggunakan taksi online yang sudah dipesan terlebih dahulu oleh Mulan, wanita itu sudah sangat tidak sabar untuk segera menghabiskan gajinya yang baru saja masuk dua hari yang lalu, “Itu dia mobilnya!” Ucap Mulan, “Ayok!!!” Lanjutnya sambil menarik lengan Zidny untuk bergerak cepat, “Iya Mulan, sabar atuh! Pelan - pelan saha jalannya!” Zidny menahan kesal. Daun mobil pun tertutup dan taksi online segera melaju menuju Grand Indonesia. Beberapa menit perjalanan, mereka akhirnya tiba. Tidak butuh waktu lama memang karena jalanan kebetulan lengah di sore ini. Segera saja Zidny dan Mulan turun, tidak perlu berlama - lama mengutar dompet karena wanita itu menggunakan pembayaran secara online. “So, maunya nyalon dimana nih?” Zidny bertanya “Nyalon yang bagus tapi low budget gitu, menurut gue sih kita di Jhony Andrean aja, gimana?” Usul Mulain diangguki Zidny, “Gue ikut ajalah!” Katanya. Setelah berjalan beberapa jauh dan melewati beberapa lantai eskalator, tibalah mereka di gerai salon tersebut. Untung saja, para wanita itu tidak menggunakan sepatu kerja, heels tentu saja akan membuat kaki mereka pegal, mereka menggantinya dengan sendal jepit sebelum berangkat dari kantor, “Selamat sore mbak, ada yang bisa kami bantu? Mau perawatan apa?” Ucap receptionist dengan ramah “Sore juga mbak! Iya, saya mau perawatan rambut nih! Mau masker sekaligus gunting” ucap Mulan “Baik mbak, ada lagi? Sekalian massagenya mungkin?” - receptionist “Ah, iya boleh deh!” - receptionist tersenyum, “Kalau mbak-nya? Mau perawatan apa?” - pertanyaan ini tertuju kepada Zidny yang tengah sibuk menghubungi Leoky, namun pria itu tidak kunjung mengangkat telfon, “Zid, lu mau perawatan apa tuh ?” Senggol Mulan menyadarkannya, “Ah, iya! Kalau saya mau creambath aja mbak!” Zidny mengkonfirmasi, “Baik mbak, gimana kalau sekalian dengan reflexynya mbak? Biar lebih rileks?” - tawaran itu diangguki oleh Zidny, tidak ada salahnya sedikit memanjakan tubuhnya kali ini. Zidny kala menunggu antrian lebih banyak menatap layar ponselnya, cemberut karena Leoky tidak kunjung menjawab telfon dan pesan - pesannya, “Lu kenapa, sih?” Tanya Mulan yang memang sejak tadi melihat rekannya itu kebanyakan diam dan melamun, “Nggak” - juteknya “Nggak salah lagi maksudnya” - Mulan bercanda, “Mulan apaan sih? Gue lagi bete tauk, jangan diusilin!” Zidny merajuk “Makanya lu cerita, jangan dipendem sendirian! Biar plong lah!” Zidny terdiam menarik nafas, menimang - nimang apakah akan bercerita atau tidak, “Cerita aja kali! Pasti tentang Leo kan?!” Mulan mendesak “Sok tau, ah!” Mulan bertahan “Emang gue tau!” Bagaimana bisa Mulan tidak mengetahui perihal kegundaan temannya itu, hampir setiap hari yang wanita itu galaukan adalah kekasihnya yang jauh di sana, “Iya Leo!” Akunya, “Ntar lu bosan lagi dengerin gue dan ngetawain gue!” - mendengar penuturan itu membuat Mulan tertawa, “Tuh kan? Belum juga gue cerita udah lu ketawain gini! Malas, ah!” Mulan akhirnya berusaha menahan tawa, “Bukan bukan, gue lucu aja! Lu pikir gue bakal bose denger cerita lu! Nggak kali, jangan mikir gitu ah! Nah, sekarang lu cerita!” Zidny pasrah, sepertinya ia memang harus bercerita setidaknya gunda gulananya bisa sedikit berkurang. Tepat di saat ia ingin memulai, nama mereka sudah dipanggil oleh receptionist. Para therapist sudah siap untuk memanjankan mereka. Menghabiskan wakut dua jam lebih di salon, Zidny dan Mulan akhirnya selesai. Perawatan yang mereka lakukan tak ayal membuat tubuh mereka lebih enjoyable dan lebih fresh, terutama setelah perawatan rambut tersebut. Dering ponsel tiba – tiba saja menarik perhatian Zidny kala melangkah keluar dari geraoi salon, itu telfon Leo – Zidny girang. “Halo, Leo kamu ke mana aja sih?” ucap Zidny menyapa “Iya sayang, maaf kerjaan aku banyak banget tadi. Ini meetingnya baru selesai” – Leoky memberi alasan di balik telfon “huft... kamu sibuk banget yah?” “Tadi iya, sekarang lumayan lowong sayang. Kamu lagi dimana nih? Berisik gitu” “Aku lagi di G.I sama Mulan” “Oh... lagi di mall, ngapain sayang di sana? Udah makan?” “Habis nyalon, belum nih! Kita mau jalan – jalan juga sambil nyari makan. Kamu gimana?” “Belum sayang, bentar lagi! Nunggu supervisor aku biar makan bareng. Uangnya cukup nggak sayang? Mau aku transferin?” – Zidny senyum dan berpikir “Boleh deh, sekalian aku mau nyari – nyari baju!” “Oke, ntar aku transferin yah” “Aww....” – teriak Zidny kesakitan setelah ditabrak oleh seseorang dan membuat ponselnya jatuh dari genggamannya. Ia yang tengah asyik bermanja - manja dengan kekasihnya tiba – tiba ditabrak oleh seseorang yang berjalan dengan sangat terburu – buru, “Aduh, maaf mbak!” – ucap penabrak tersebut yang adalah seorang pria “Lo kalo jalan pakek mata dong! Jangan pakek dengkul lo!” – Zidny yang belum pulih dari badmoodnya akhirnya tersulut. Tanpa memerhatikan siapa penabrak tersebut, Zindny menunduk, menekukkan lutut untuk mengambil ponselnya yang terjatuh. Pria tersebut diam saja. Mulan yang sedari tadi mengekor di belakang Zidny buru – buru mendekat, “Zid, ada apa? Lo nggak pa – pa?” Mulan khawatir “Maaf tadi saya ...” Ucapan pria itu terpotong, “Makanya jalan pakek mata!” Tanpa melihat ke arah pria itu, Zidny menginterupsi dengan angkuh kemudian berlenggang melanjutkan langkahnya tanpa perduli, “Ayok!” – Ajaknya kepada Mulan. Mulan yang terdiam karena bingung dengan sikap Zidny, kemudian hanya tersenyum tipis seolah bercuap maafin temen gue yang lagi badmood – sedikit menggerakkan kepala kemudian pergi menyusul langkah Zidny yang cepat karena kaki jenjangnya. Pria penabrak itu hanya terdiam, yang kemudian tersadar setelah Mulan berpamit padanya. Ia menatap Zidny yang tidak sedikit pun berbalik menoleh, berjalan lurus dengan rambut gerainya yang tertata. Pria itu menatap tubuh Zidny dari atas ke bawah, ia cukup cantik dan proporsional – di benak pria itu. Ia tersenyum tipis menggelengkan kepala, untung saja ia ada hal penting untuk diselesaikan. Jika tidak – ia memastikan akan membuat wanita tadi akan menyesal. Belum ada wanita yang bersikap acuh dan se-cuek itu terhadaopnya. Pria itu pun lalu melangkah pergi. “Kenapa sayang?” tanya Leoky di balik ponsel “Itu tadi ada yang jalan nggak pake mata nabrak aku, mana sakit banget lagi! Kesel banget gue!” “Kamu nggak pa – pa? Ada yang luka nggak?” ­­– Leoky khawatir “Nggak kok sayang, i’m fine! Ya udah aku jalan dulu ama Mulan, kita lanjut chat aja yah! I miss you...” “Oke sayang ku, I miss you more...” Mulan mengintrupsi ketika Zidny baru saja menekan tombol merah pada layar ponselnya, “Lu kenapa sih?” “Gue kenapa?” – Zidny balik kesal “Lu itu marah – marah mulu tau nggak, orang tadi udah minta maaf sama lu malah lu cuekin!” “Bodo’ ahh, dianya aja jalan nggak pake mata!” “Bukan karena itu juga sih, tapi lu emang moody-an beberapa hari ini” “Iya, gue emang kesal. Kesal mulu gue, Leo nggak pernah pulang nengokin gue udah hampir setahun. Gila!!!!” – Mulan geleng – geleng kepala, lagi ini persoalan cinta. “Dia kalo nggak bisa nengokin lu, kenapa nggak lu aja yang nengokin dia?” – Zidny terhenti langkahnya, entah kenapa ia tidak pernah berpikir seperti yang Mulan usulkan, “Heran gue, masalah itu dicari solusinya bukan moody-an! Lha, bener kan gue? Kenapa nggak lu aja yang nengokin dia, hah?” – Zidny mengerucutkan bibir tipisnya yang penuh, “I don’t know! Mungkin nanti gue bakal bahas dengan Leo soal itu” – tapi tidak, ini hanya tidak akan dibahas dengan Leo. Karena ide itu sudah bersarang di kepalanya. Setelah puas berkeliling dan menghabiskan setengah gajinya, Zidny dan Mulan akhirnya memutuskan untuk pulang. Taksi online yang dipesan Mulan membawa Zidny tiba lebih dulu, kebetulan memang rumah mereka searah. “Gue duluan yah...” Pamit Zidny sebelum membuka daun pintu “Oke Zid, see you tomorrow! Makasih lho udah nemenin gue hari ini!” – Zidny hanya mengangguk dan segera turun. Mulan menurunkan kaca mobil lagi belum berceloteh, “Dan lu jangan kebanyakan galau, jangan suka marah – marah juga! Lu susul aja sesuai yang gue bilang tadi, biar lu plong juga kan?!” – Zidny berbalik, menoleh ke arah Mulan “Haahhh...” ia menarik nafas, “Iya bawel, lu jalan deh sana! Gue mau istirahat! Bye... hati – hati lo!” – Mulan mengedikkan bahu karena respon cuek yang diberikan Zidny, wanita itu menaikkan kaca mobil dan menyuruh supir untuk jalan. Zidny membuka pintu rumahnya yang nampak selalu sepi. Rumah milik orang tuanya di kota Jakarta itu, hanya di huni oleh dia dan adiknya, hanya mereka berdua. Sedang orang tua mereka berada di daerah Zidny berasal yaitu kabupaten Lembang, Jawa Barat. Kakak tertua Zidny pun yang bernama Lisa memilih untuk kembali ke Lembang setelah studi S-2 nya selesai. Dan adik bungsunya yang bernama Susan, ia pun bekerja di sebuah perusahaan dan seringnya pulang malam. Zidny masuk ke kamarnya, meletakkan tas dan beberapa belanjaannya di atas meja rias. Ia harus membersihkan dirinya terlebih dahulu sebelum kantuk menyerang. Takutnya, ia akan meninggalkan sisa make up dan kotoran debu di wajah putih mulusnya itu. Zidnya adalah tipe wanita yang sangat memperhatikan kesehatan kulit, wajah, dan tubuhnya. Menurutnya, ketiga hal itu adalah aset yang paling berharga bagi seorang wanita. Leoky pun sangat mengagumi Zidny atas ketiga asetnya itu. Yah.., Zidny kembali teringat akan Leo. Betapa ia sangat ingin menemui lelaki itu, “Aku harus gimana? Aku ke Pariaman nggak yah?” – Pariaman adalah kabupaten tempat Leoky bertugas. “Huft... Mandi dulu deh, ntar gue pikirin lagi!”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD