Fear and Despair

3125 Words
Semua orang terkejut melihat bagaimana salah seorang Bellator anggota party dengan mudahnya tewas setelah sebuah pedang meluncur tepat ke arah tubuhnya. Mereka semua menyaksikan bagaimana sebuah pedang berkarat mampu menembus tubuh seorang Bellator yang memiliki tubuh kuat dan tidak mudah terluka. "Kalian melihat itu?! Pedang itu menembus tubuhnya! Pedang itu mampu merobek tubuh seorang Bellator." Ucapan salah seorang anggota party itu membuat semua orang merasa panik dan ketakutan. "Sialan, sialan, sialan! Bagaimana kita keluar dari sini jika kita menyentuh pintunya saja kita bisa terbunuh semudah itu!" "Tamatlah sudah! Aku bahkan belum menyiapkan wasiat untuk keluargaku di rumah!" Semua orang dipenuhi oleh rasa takut yang sangat besar. Nyawa mereka menjadi taruhan untuk bisa keluar dari ruangan tersebut. Tak ada yang mengetahui bagaimana mereka bisa keluar tanpa kehilangan satupun anggota tubuhnya atau bahkan keluar dengan keadaan bernyawa. Galam yang juga menyaksikan kejadian itu terkejut. Ia berpikir bagaimana seorang Bellator mati semudah itu. Informasi yang Galam ketahui mengenai orang yang mati itu bahwa dia memiliki peringkat D yang artinya orang itu jauh lebih kuat darinya. Namun, kenyataan yang ia saksikan, sebuah pedang meluncur dan langsung mematikan orang itu. Itu berarti, ruangan ini lebih mematikan di banding dengan lantai yang sebelumnya mereka taklukan. Di tengah keputusasaan itu, Andras mencoba menenangkan mereka dan membuat mereka untuk tetap berdiri. "Semuanya! Kita tahu bahwa salah seorang kawan kita mati di tengah penaklukan ini, tapi jangan sampai hal itu membuat kita kehilangan pikiran kita! Kita harus tetap fokus dan berpikir bagaimana kita bisa keluar dari sini, bersama!" Perkataan Andras terbukti ampuh untuk menenangkan orang-orang yang ada di situ. Walaupun ia tidak mampu menghilangkan ketakutan orang-orang sepenuhnya, setidaknya ia mampu membuat orang-orang itu untuk mencoba menggunakan otak mereka memikirkan jalan keluarnya. Varos pun mendekat ke arah Andras. Tak ingin yang lain mendengar apa yang ia katakan, Varos pun berbisik kepada Andras. "Bagaimana menurutmu? Berapa persen kita bisa selamat dari tempat ini?" Andras menghembuskan napas berat sebelum menjawab perkataan Varos. "Satu persen, kemungkinan hidup kita dan bisa keluar dari sini hanya satu persen." Percakapan lirih mereka tak sengaja terdengar oleh Galam. Bahkan, sosok yang terkuat di antara para anggota party mengatakan bahwa sangat kecil kemungkinan mereka bisa selamat. Galam semakin pesimis bahwa kali ini, ia akan mendapat keberuntungan dan berhasil keluar dengan nyawa yang masih melekat pada tubuhnya. *** Kejadian seperti ini bukanlah yang pertama kalinya bagi Galam berada dalam situasi di mana nyawanya berada di ujung tanduk. Pada saat pertama kali ia bekerja sebagai Porter, ia bahkan pernah mengalami hal yang serupa di mana ia tertinggal oleh anggota party-nya. Beruntungnya, ia tak bertemu dengan monster dan berhasil ditemukan oleh anggota party-nya yang menyadari bahwa Galam sempat menghilang. Galam pun juga pernah berhasil hidup ketika ia berada di tengah gerombolan monster yang siap untuk membunuhnya. Walaupun ia mendapat beberapa luka di tubuhnya, ia masih mampu untuk keluar dari situasi yang sangat berbahaya tersebut. Bahkan ia pernah hampir mati karena terjebak di dalam lantai selama satu bulan sebelum pihak asosiasi menemukannya dengan keadaan kurus kering kekurangan nutrisi dalam tubuhnya. Dan sebuah fakta yang menyakitkan untuknya bahwa keadaan-keadaan itu terjadi karena ia terlalu lemah untuk bisa bersanding dengan orang-orang yang lebih kuat darinya. Ia bahkan harus mempertaruhkan nyawanya demi membunuh seekor monster. Di banding yang lain, orang-orang mampu membunuh banyak monster dengan kemampuan mereka dan mendapat banyak Magic Stone untuk menukarnya dengan senjata-senjata yang lebih kuat. Mereka melakukan itu untuk mengalahkan lebih banyak monster kuat dan mendapatkan banyak berharga sebagai drop item dari mayat monster. Namun, Galam tak bisa melakukan hal tersebut. Ia lebih memilih menyimpan uang yang mereka miliki untuk membiayai hidupnya dan untuk obat adiknya. Melakukan penaklukan hanya dengan sebuah pisau dapur yang diberikan mana di dalamnya. Hanya itu senjata yang mampu Galam beli dan gunakan untuk paling tidak mempertahankan hidupnya. Orang-orang selalu memandangnya rendah hanya karena ia memiliki kemampuan yang lemah. "Lihatlah, dia berhasil keluar tapi lagi-lagi tubuhnya penuh luka." "Bahkan di lantai yang memiliki tingkatan rendah? Sepertinya keunikan talent yang dimilikinya tidak didukung dengan ability yang spesial." "Bukankah sangat kasihan untuk Healer yang berkerja sama dengannya? Ia harus bekerja dua kali lebih banyak untuk mengobati anak itu karena terluka." Walaupun begitu, Galam selalu mengabaikan perkataan orang-orang yang selalu mencemoohnya. Ia tetap melakukan pekerjaannya dengan baik sebagai Porter dan sebagai Bellator yang berjuang untuk menjaga hidupnya sendiri. Ia selalu berjuang di tengah situasi yang membahayakan nyawanya. Oleh karena itu, Galam sangat memahami bagaimana situasi yang sangat mematikan itu bersiap untuk membantai semua anggota party yang ada di situ. Groo! Galam mendengar suara aneh dari ruangan itu. Ketika ia mencoba memperhatikan sekeliling ruangan itu, ia merasakan bahwa bahaya sedang mendekati mereka dan secara spontan berteriak memperingatkan yang lain. "Kalian semua, menunduklah dan mencoba untuk tiarap!" Semua orang yang mendengar suara Galam terkejut ketika ia berteriak untuk menunduk. Galam dengan sigap meraih tubuh Sana dan membuatnya terjatuh. Sesuai dengan insting Galam, ribuan pisau terbang dari berbagai sudut mengarah kepada rombongan party itu. Beberapa orang di antaranya berhasil menghindari hujan pedang itu tepat waktu. Namun sayangnya selain mereka, yang lain harus tertebas dan mati di tempat. "Sialan! Tadi itu sungguh berbahaya! Jika pria itu tidak berteriak, mungkin kita semua sudah musnah dengan kehilangan kepala kita," ucap Varos setelah melihat apa yang terjadi. Galam mencoba menyadarkan Sana yang terlihat tak sadarkan diri. "Sana! Kau baik-baik saja?! Bangunlah, Sana!" Andras pun dengan segera memerintah orang-orang yang masih hidup untuk mendengarkan perkataannya. "Semuanya dengarkan aku! Jangan ada yang berpindah dari posisi kalian apalagi mencoba untuk berdiri! Kemungkinan, pedang itu akan muncul lagi ketika kita berdiri dan bergerak sesuka kita!" Andras pun mendekat ke arah Galam yang sedang berusaha menyadarkan Sana. " Tenanglah, dia hanya pingsan." Galam sedikit lega mendengar bahwa Sana baik-baik saja. Namun kondisi mereka saat ini tidak bisa dikatakan sebagai situasi yang aman. Bahkan mereka benar-benar dalam kondisi yang sangat kritis. "Terima kasih. Mereka yang hidup karena berhasil mendengar perkataanmu sebelum pedang itu mulai memenggal kepala mereka." Andras mengucapkan terima kasih kepada Galam. "Benarkah? Syukurlah." "Bagaimana kau bisa menyadari bahwa akan ada serangan skala besar mengarah kepada kita?" Andras merasa sangat keheranan karena seorang Galam yang dikenal sebagai orang tak berguna berhasil menyelamatkan mereka dari kematian. "Aku, aku hanya terbiasa dengan keadaan di mana aku hampir mati. Jadi ketika aku merasa bahwa ada sesuatu yang aneh, secara spontan aku akan mencoba untuk menyelamatkan diri." Andras terkejut dengan perkataan Galam. Mungkin bagi sebagian orang, itu hanyalah respon dari orang yang ketakutan akan kematian mereka. Tapi bagi Andras, itu adalah sebuah kemampuan yang luar biasa dan sangat berguna. Andras membayangkan sebanyak apa bahaya yang telah di alami oleh Galam hingga ia bisa memiliki insting sekuat itu. "Galam, menurutmu, berapa persen kemungkinan kita bisa selamat dari tempat ini?" Andras menanyakan pendapat Galam mengenai kesempatan mereka hidup. Galam tak yakin dengan jawaban atas pertanyaan itu. Ia hanya terdiam dan tak berani mengeluarkan satu pun kata yang kemungkinan akan menentukan nasib mereka. "Kau tahu, aku sudah sangat putus asa sekarang. Bahkan setelah melihat ini, aku berpikir bahwa kemungkinan kita hidup tidak lebih dari satu persen." Andras mengatakan itu dengan nada yang berat. Galam pun tidak menyangkal perkataan Andras. Bahkan, menurut Galam, tempat ini adalah tempat terakhir mereka melihat dunia. *** Great Tower of God, sebuah menara yang mampu membawa manusia menuju puncak dan bertemu dengan Sang Pencipta untuk mengabulkan keinginan mereka. 10 tahun yang lalu, setelah 12 Messenger of The Creator, makhluk yang disebut sebagai malaikat agung muncul membawa pesan penghakiman, dunia mulai mengalami perubahan sekaligus keajaiban. Kelahiran manusia baru sebagai Bellator adalah salah satu keajaiban itu. Pada dasarnya, ketika mereka memperoleh kekuatan sebagai Bellator saat pertama kali, tingkat kekuatan mereka tidak akan mengalami perubahan. Sederhananya, jika mereka dilahirkan dengan kemampuan berperingkat E, maka seumur hidup mereka akan berada di peringkat yang sama jika mereka tidak melakukan pengembangan. Tak banyak manusia Bellator yang mampu meningkatkan kemampuan mereka menjadi peringkat yang lebih tinggi, diperlukan ketekunan dan juga perasaan untuk siap berkorban segalanya. Meskipun begitu, jika dibandingkan dengan manusia lama, para Bellator memiliki batas kemampuan yang lebih sedikit dan kemampuan yang lebih kuat. Namun tetap saja, antara peringkat rendah dengan peringkat yang lebih tinggi, memiliki gap yang lumayan jauh. Para Bellator diberikan kekuatan untuk menaklukan Great Tower of God dan memburu monster yang ada di dalamnya. Mereka yang memiliki kemampuan untuk bertarung selalu menempatkan posisi diri mereka menjadi yang terdepan dengan memiliki harapan bahwa mereka akan semakin kuat. Namun terkadang, apa yang ada di dalam menara belum tentu harapan yang selalu mereka inginkan. Apa yang menanti mereka di dalam sana bisa saja adalah ketakutan, keputusasaan, monster ganas, dan kematian yang menakutkan. "Tuan Andras, apa kau baik-baik saja?" Galam menanyakan keadaan Andras setelah melihat lukanya yang ada di pipinya. "Tentu. Aku hanya berharap saat ini ada seseorang yang memiliki kekuatan penyembuh untuk mengobati orang-orang yang masih hidup di sini. Namun, hanya satu orang yang memiliki kemampuan itu dan dia sedang tidak mungkin untuk memberi kita pengobatan." Andras terus memperhatikan keadaan sekitar, berharap bahwa ia menemukan sebuah jalan keluar dari tempat ini. "Aku berpikir untuk tetap terus diam seperti ini melihat serangan itu tidak lagi muncul setelah kita menunduk untuk waktu yang lama. Namun aku tak mungkin terus berdiam diri dan berharap bantuan akan datang, tak ada cara lain selain kita mencari celah untuk keluar dari tempat ini." Galam melihat keadaan setiap orang yang masih hidup. Jelas bahwa keadaan mereka saat ini tidak dalam keadaan baik-baik saja. Bahkan banyak dari mereka yang mulai kehilangan kewarasan mereka dan mencoba untuk bunuh diri. "Kenapa aku harus mengalami kejadian seperti ini?" "Apa kita akhirnya akan mati di sini?" Orang-orang mulai gelisah dan putus asa. Mereka mulai mengeluhkan keadaan tidak beruntung mereka. Berbeda dengan Galam, ia masih berusaha untuk tetap hidup dan membantu Andras mencari jalan keluarnya. Ia kemudian ikut memperhatikan keadaan sekitar, berharap ada sesuatu yang bisa digunakan sebagai cara untuk menemukan jalan keluar. "Ah, sial! Aku sudah tidak tahan dengan ini. Aku akan keluar dari sini bagaimana pun caranya!" Salah seorang anggota party nekat untuk bergerak dan keluar dari tempat itu. "Tidak ada yang mampu menyamai kecepatanku yang memiliki talent Fast-Stepper. Dengan satu gerakanku ini, aku akan keluar dari tempat ini!" Andras mencoba memperingatkan orang itu untuk tetap diam di tempatnya. Namun sayang orang itu sudah melesat menuju ke arah pintu keluar. Bertepatan dengan itu, serangan itu kembali muncul dan mampu mengimbangi kecepatannya sehingga berhasil menebas kepala salah seorang anggota itu. Semua orang terkejut melihat kejadian itu. Bahkan dengan kecepatan seperti itu, pedang-pedang itu masih mampu mengejar dan berhasil membunuh orang itu. Kyaaa! Terdengar suara teriakan dari salah satu anggota party wanita yang terkejut dengan apa yang baru saja ia lihat. Anggota lain pun yang masih tersisa tak kuasa melihat kematian mengenaskan dari rekan mereka sendiri. Melihat hal itu membuat Andras marah dan kesal. Namun ia sadar, bahwa ia tak memiliki cara lain untuk menyelamatkan mereka semua. "Sialan!" Andras yang marah memukul lantai ruangan itu dengan keras. Lantai itu sempat bergoyang beberapa saat akibat dari getaran yang disebabkan oleh pukulan Andras. Varos, Galam, dan yang lain saat ini tengah menyaksikan, bagaimana ketua party mereka sedang dilanda keputusasaan yang mendalam. Galam pun terlihat juga merasa sangat kesal dengan kejadian yang dialami olehnya dan rekan-rekannya. "Tempat ini, benar-benar mempermainkan nyawa kita. Bahkan jika kita tak bergerak pun, kita tetap bisa saja mati di tempat ini jika pedang itu mulai mengarahkan mata pedangnya ke kita." Semua orang terlihat putus asa dan menundukkan kepala mereka masing-masing. Beberapa orang menangis sambil terus berdoa dan berharap bahwa Tuhan akan mendengar doa mereka. Lagi-lagi, Andras hanya bisa menyaksikan satu persatu anggotanya mulai terkikis mentalnya dan mati secara perlahan. "Kita bahkan belum melihat adanya monster di ruangan ini sejak peti mati itu terbuka. Kita benar-benar seperti serangga yang terjebak dalam perangkat yang dibuat oleh seekor burung," ucap Andras pesimis. "Andras! Bagaimana kau bisa mengatakan hal seperti itu ketika kau dipercaya sebagai pemimpin kami, dasar b******k!" Varos yang kesal mendengar nada putus asa dari Andras, merangkak mendekat ke arah Andras dan memukulnya. Semua orang terkejut dengan apa yang dilakukan oleh Varos terhadap Andras. Jelas sekali dari ekspresi yang ditunjukkan oleh Varos bahwa dirinya benar-benar marah terhadap Andras. Setelah memukul wajah Andras, Varos kembali merangkak dan kali ini mendekat ke arah Galam. Galam yang melihat itu pun hanya mampu meneguk dengan berat salivanya dan berharap bahwa dia tidak akan mati dalam satu pukulan oleh Varos. Namun, hal yang dipikirkan Galam tidak pernah terjadi. Sebaliknya, Varos malah menatap lekat-lekat wajah Galam yang membuat pemilik wajah yang diamati oleh Galam merasa sedikit risih dan juga ketakutan. "Apa benar kau yang bernama Galam?" Varos bertanya kepada Galam. "I-itu benar. Ada apa, Tuan Varos?" jawab Galam dengan nada yang sedikit tergagap. Melihat wajah gugup Galam, Varos kemudian menepuk pundak Galam berusaha memberinya kekuatan. Kemudian, Varos menatap tajam ke arah Galam seolah ia ingin mengatakan sesuatu padanya. "Aku akan bertanya satu hal padamu, apa kau masih memiliki keinginan untuk bertarung dan bertahan hidup walaupun kau tidak tahu apakah masih ada kemungkinan untukmu menang atau tidak?" Terdengar nada serius yang diucapkan oleh Varos. Galam yang mendengar itu pada awalnya ragu. Namun mau bagaimana pun juga ia harus tetap berusaha untuk hidup dan kembali melihat wajah adiknya yang saat ini sedang terbaring lemah di rumahnya. "Aku, masih memiliki keinginan kuat untuk bertahan hidup." "Bagus!" Varos tersenyum dan kemudian ia menatap ke arah semua anggota party yang masih tersisa. "Dengarkan aku! Aku bukanlah pemimpin dari penaklukan ini, tapi aku tak ingin kalau aku hanya berdiam diri dan menunggu sampai waktuku mati. Aku tak mau! Jika ada dari kalian yang masih memiliki semangat untuk hidup, kita akan bersama-sama melewati ini dan memikirkan cara terbaik untuk keluar dari tempat ini!" Perkataan Varos memberikan sedikit dorongan moral kepada semua anggota party yang masih tersisa. Saat ini, mereka mulai menguatkan diri mereka untuk bertarung dan mencari jalan keluar dari tempat ini. Perlahan, mereka mulai bangkit dan memperlihatkan tatapan dari seseorang yang masih ingin berjuang atas hidupnya. "Sekarang, aku memikirkan satu hal yang menurutku aneh," ucap Varos kepada Galam. Andras yang sedari tadi hanya menyimak apa yang dilakukan kawannya itu bergabung dalam obrolan antara Galam dan Varos. "Aku terkejut kau bisa membangkitkan semangat hidup mereka." "Apa kau perlu kuberi satu pukulan lagi dan membiarkan kepalamu tertusuk oleh salah satu dari ribuan pedang terbang itu?!" Andras hanya menggeleng sebagai respon dari perkataan Varos. "Maaf, Tuan Varos. Tentang yang tadi, hal aneh apa yang ingin kau katakan tadi?" Galam berusaha mengembalikan fokus pembicaraan mereka kepada hal penting yang mungkin akan membantu mereka keluar dari tempat tersebut. "Ah, itu adalah pola dari jebakan ruangan ini." Perkataan Varos disangkal oleh Andras. "Bagaimana kau tahu bahwa itu adalah jebakan? Aku tak melihat adanya pemicu yang akan menimbulkan jebakan itu muncul." "Apa kau itu tak sadar atau memang benar-benar bodoh? Bukankah tadi ada sebuah batu yang ditemukan rekan kita? Dan ketika setetes darah menetes di atasnya, kita mengalami hal seperti ini. Aku rasa, batu itulah yang menjadi pemicu jebakan ini muncul." Itu benar, tempat ini terlihat seperti sebuah tempat yang memang dirancang untuk menjebak mangsanya supaya tidak bisa bergerak dengan leluasa. Jika ia memaksakan untuk bergerak, maka pedang-pedang itu akan langsung menghunus dan mencabik-cabik tubuhnya. "Dan yang aneh adalah, jika ini bukan jebakan, kenapa kekuatan sebesar itu hanya dibuang sia-sia? Dengan kekuatan seperti itu, sudah cukup untuk memusnahkan kita semua, terlepas dari apapun usaha yang kita lakukan." Varos menambahkan penjelasan mengenai apa yang ia pikirkan. Itu masuk akal jika melihat bagaimana kekuatan dari pedang-pedang itu. Jika pun ada monster di tempat ini, ada kemungkinan bahwa monster itu adalah bangunan misterius ini sendiri dan mereka saat ini ada di dalam tubuh sang monster. Namun itu tidak menjelaskan mengapa pedang-pedang itu tak langsung mengarah dan membunuh mereka saat ini juga. Bahkan sangat tidak mungkin bagi manusia untuk lolos dari serbuan beribu-ribu mata pedang dari berbagai arah. Galam memikirkan bagaimana sistematis kerja dari jebakan pedang itu. Galam menyadari adanya pola yang sama saat pedang itu mulai muncul. "Pola, jika memang tempat ini memiliki pola serangan, maka seharusnya tempat ini memiliki semacam petunjuk untuk mengetahui bagaimana kita bisa keluar dari tempat ini." Galam menyampaikan pendapatnya setelah mendengar informasi dari Varos. Andras dan Varos mengangguk yang menandakan bahwa mereka juga sepakat dengan pendapat Galam. Dengan sigap, Andras memerintahkan anggota yang tersisa untuk mencari petunjuk yang mungkin saja ada di ruangan ini. "Semuanya! Kita akan mencoba mencari petunjuk di sekitar ruangan ini. Jika dari kalian menemukan sesuatu yang menurut kalian aneh, segera berikan laporan kalian." Segera, mereka mulai mencari di berbagai tempat di ruangan itu. Sekecil apapun itu, selama hal itu bisa membantu mereka maka mereka akan menganggap bahwa itu adalah hal yang sangat penting. Setelah waktu berjalan cukup panjang, akhirnya salah seorang anggota berteriak setelah menemukan suatu tulisan aneh yang ia sendiri tak mampu membacanya. "Hei! Sepertinya aku menemukan sesuatu, tapi aku tak bisa membacanya." Semua orang kemudian merangkak mendekat ke arah orang itu. Ia menemukan sebuah tulisan pada batu artefak yang diduga mengaktifkan jebakan yang ada di ruangan ini. Andras pun mencoba untuk menerjemahkan isi dari tulisan yang ada pada artefak tersebut. Kalian semua wahai makhluk hina, tunduklah pada leluhur dan legenda hidup kalian. Tempat ini adalah tempat suci untuk beristirahat para legenda dari berbagai tempat. Persembahkanlah doa kalian untuk mereka, maka mereka akan membalasnya dengan menyelamatkan nyama kalian. Jika kalian tidak menepati janji ini, maka kalian akan menjadi makanan untuk Cerberus yang lapar. Begitulah kiranya isi dari tulisan yang ada pada artefak tersebut. Galam pun berpikir mencoba untuk memahami maksud dari kalimat itu dengan keadaannya sekarang. Ia mencoba mencari tahu apakah kalimat itu ada hubungannya dengan aktifnya jebakan di tempat ini. "Doa, menyembah, janji, tempat suci." Galam terus saja menggumamkan kata-kata itu. Varos heran dengan apa yang dilakukan oleh Galam. Aksi Galam itu membuat Varos berpikir bahwa Galam bisa saja merupakan seorang peramal palsu yang sering menggumamkan kalimat yang tidak jelas. "Hoi, Andras. Apakah pria itu sering melakukan hal itu?" Varos pun bertanya kepada Andras. "Tidak. Baru sekali ini aku melihat aksinya itu." Galam terus berkonsentrasi dan tetap berusaha mencari tahu, apa hubungan itu semua dengan kejadian saat ini. Hingga akhirnya, Galam menemukan jawaban atas aturan yang ada di ruangan tersebut. "Tuan, ternyata tempat ini memang memiliki aturannya sendiri." Galam mulai berusaha berdiri sambil berpegangan pada salah satu pilar yang ada di dekatnya. Andras mencoba memperingati Galam untuk tidak melakukan tindakan yang gegabah. "Galam, apa yang kau lakukan?! Kau bisa mati jika kau ne-" Galam memotong kalimat Andras. "Tenanglah, Tuan." "Apa kau sudah gila?!" Tanpa mempedulikan peringatan itu, Galam terus saja melakukan aksinya itu. "Tuan, jika tebakanku benar..." Sorot mata Galam berubah menjadi tatapan yang serius, seolah ia yakin bahwa jawabannya benar dan ia takkan mati. "Mata itu, itu bukanlah tatapan yang akan diberikan oleh orang yang putus asa. Sebenarnya, apa yang ingin kau lakukan?!" "Tuan, jika tebakanku benar, maka jebakan itu tidak akan aktif jika aku berdiri dan bergerak," ucap Galam posisi berdiri kokoh dan menampakkan wajah yang seolah bahwa ia akan membunuh makhluk yang ada di belakang ini semua.

Great novels start here

Download by scanning the QR code to get countless free stories and daily updated books

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD