Wajah-wajah gembira mereka yang tidak tahu tentang kabar kepergian Bapak Rahman semakin membuat hati Starla tercabik hebat. Semakin berkaca-kaca, Starla menengadah guna mencegah sumber cairan bening dari kedua sudut pelupuk matanya supaya tetap ada di peradabannya. Kalau kedip aja udah netes itu air mata. Kembali melegakan hatinya, menatap Yura yang masih berdiri di depannya bergantian ke adik-adiknya yang lain. Wajah polos mereka menanti dalam diam ketika Starla nggak bangkit dari jongkoknya. Sebagai anak yang penurut mereka hanya diam dan menunggu. "Seandainya aku sanggup buat ngomong pasti hati kalian akan hancur. Lalu bagaimana aku memulai mengeluarkan sesuatu yang pasti tidak kalian inginkan. Memberikan kabar duka ini ke kalian mampu merubah raut wajah polos itu dengan tangisan. A