Chapter 3

1022 Words
Damian memijat pelipisnya merasa pusing karena Aileen Grizelle telah kabur dari bar ketika dia spontan melamar wanita itu. Wanita mana yang tidak akan terkejut bila dilamar secara tiba-tiba oleh seorang CEO miliarder? Sama halnya dengan Aileen Grizelle yang memutuskan untuk lari darinya beberapa saat setelah lamaran spontannya dilontarkan. Saat itu Damian terbawa akan susana tanpa menunggu jawaban dari Aileen, dia mendekatkan wajahnya ingin mencium wanita itu. Dia pikir Aileen Grizelle pasti akan menerima lamarannya, tetapi dia tidak pernah menyangka kalau wanita itu akan kabur secepat angin berlalu. Damian sedang duduk di sofa yang diduduki oleh Aileen barusan. Dia menatap meja yang berantakan dan semua sisa makanan yang berceceran di lantai. Wajah datarnya mengisyaratkan kalau dia sangat menyesal telah melontarkan lamaran pada Aileen Grizelle. Kendati pun demikian, dia harus segera menikah kalau tidak dirinya bisa saja hancur dari gadis yang dipilihkan oleh orang tuanya. Usianya sudah 31 tahun, masih sangat muda. Akan tetapi dia dituntut untuk segera menikah oleh kedua orang tuanya. Dalam keluarga Kaelan—Damian adalah putra satu-satunya. Jadi, orang tuanya selalu menginginkan yang terbaik untuk dirinya, bahkan dalam urusan pernikahan sekali pun. Lantas mengapa dia memilih untuk melamar seorang pemilik bar yang tidak terlalu terkenal, sedangkan para wanita yang dipilihkan untuknya dari kalangan atas dengan gaya hidup berkelas dan mampu bersanding dengannya? Damian lebih memilih untuk pergi ke bar dan menunggu Aileen yang tidak pernah mau menemuinya setiap malam daripada ikut kencan buta yang dipersiapkan oleh ibunya di hotel bintang lima. “Uhm, Pak CEO, apakah kami harus mengejar Nona Aileen dan membawanya ke rumah Anda malam ini?” tanya asisten Damian yang tengah berdiri di depannya. Damian mendengar pertanyaan itu, tapi dia tidak menjawab. Dia masih menimbang-nimbang yang sebaiknya dia lakukan. “Pak CEO kalau Anda tidak ingin mencari Nona Aileen, bagaimana kalau Anda datang ke hotel sekarang dan menemui Nona Jade, belum terlambat untuk itu. Nona Jade lebih baik daripada pemilik bar ini.” Tambahnya. Suasana di dalam ruangan tersebut tidak hanya berantakan dengan adanya sisa makanan, tetapi juga aura kelam yang disemburkan oleh Damian menutupi ruangan itu dengan energi iblis ketika kalimat terakhir meluncur tanpa dipikirkan oleh asistennya. Damian memutar lehernya ke kanan dan ke kiri, lalu dia bangkit dari duduknya. Sorot matanya yang dalam menatap asistennya dengan berang. Damian menggerakkan giginya, serta rahangnya mengeras. Dia tidak senang dengan perkataan asisten tersebut yang mengatakan kalau wanita lain lebih baik dari Aileen. “Untuk siapa kamu bekerja?” Damian bertanya dengan nada dingin, membuat tubuh sang asisten bergidik hingga mengeluarkan keringat dingin. “Te-tentu sa-saja untuk Anda, Pak CEO.” Dia mundur satu langkah, sambil menelan salivanya dalam-dalam. Dalam pandangan Damian asistennya seperti seekor semut yang ketahuan mencuri makanan. Dia tahu kalau asistennya sudah tidak berada di pihaknya lagi, melainkan ada di pihak ibunya. Nyonya Kaelan pasti telah membuat perjanjian di belakangnya. Satu lagi orang kepercayaannya telah mengkhianatinya. Damian melonggarkan dasi yang melingkar pada lehernya. Dia sudah tidak sabar untuk melempar asistennya. Tangan Damian meraih kerah kemeja pria itu dan mendorongnya sampai punggung pria itu menghantam tembok. “Uhk!” “Sakit? Dasar pecundang. Kembali uang yang diberikan oleh wanita itu.” Perintah Damian. “U-uang apa yang Anda maksud, Pak CEO? Wanita mana?” pria itu bertanya gelisah, keringat dingin sudah membasahi dahinya sampai mengalir ke pipinya. Sementara, tubuhnya makin menggigil karena Damian kini mencekik lehernya dengan kuat. “Kamu masih mau berbohong? Kamu sudah tahu, bukan kalau aku sangat tidak suka jika dibohongi. Kamu sudah lama bekerja denganku, tetapi hanya karena diberikan uang lebih besar dari wanita itu, kamu mengkhianatiku, Aji.” Damian menyeringai, memberikan tatapan mencekam pada Aji. “Maksud Anda, Nyonya Kaelan? Saya tidak pernah diberikan uang oleh Nyonya. Tidak sepeserpun, Pak CEO. Saya tidak pernah mengkhianati Anda. Tadi … tadi saya hanya mencoba untuk mengingatkan Anda saja kalau Nona Jade memang lebih baik daripada Nona Aileen, bukan berarti kalau saya bekerja di bawah Nyonya. Pe-percayalah pada saya, Pak CEO. Saya sangat setia pada Anda.” Terangnya dengan nada memelas. Aji sudah gemetar parah karena Damian bisa melakukan apa saja ketika dia sedang marah. Apalagi kalau Damian merasa dikhianati oleh bawahannya. Meskipun begitu, Damian tidak mudah percaya dengan ucapan Aji. Dia paham betul kalau bawahnya telah berada di pihak ibunya saat ini karena Nyonya Kaelan sangat pintar dalam bernegosiasi dan meracuni pikiran orang lain. Namun, wanita itu tidak dapat meracuni pikiran Damian dengan mudah. Damian tidak mau terjerumus dalam rencana ibunya dan menjadi pion bagi wanita itu. Wanita licik yang menghalalkan segala cara untuk naik ke ranjang ayahnya—Dhanu Kaelan. Membuat Dhanu meninggalkan istri pertama demi ibunya. Tangan Damian bergetar lantaran mengingat kejahatan yang telah dilakukan oleh ibunya, mereka suami orang lain yang paling dibenci oleh Damian. Dia sendiri sangat membenci dirinya karena lahir di keluarga Kaelan dan sempat menjadi bulan-bulan di keluarga besar Kaelan. Meskipun dia adalah putra satu-satunya, tetap saja orang-orang yang berada di keluarga besar Kaelan tidak begitu menyukai Damian yang terlahir dari seorang wanita perebut suami orang. “Pak CEO … uhuk … Pak CEO … lepaskan saya … uhuk!” Aji terbata-bata karena Damian mencekik lehernya lebih kuat lagi, menyebabkan Aji kesulitan untuk bernapas. Dia memukul-mukul tangan Damian dengan sisa kekuatan yang masih dia miliki. “Kamu benar-benar membuatku kesal!” teriak Damian. Lantas dia menghempaskan tubuh Aji ke tanah setelah membuat pria kesusahan bernapas. Damian menjeling pada kedua pengawal yang sejak tadi bergeming melihat aksinya. “Bereskan dia! Kalian tahu apa yang harus kalian lakukan, kan?” “Akan kami kerjakan, Pak CEO.” Langkah Damian dipercepat keluar dari ruangan. Tangannya masih bergetar ketika dia melihat pada kedua tangan yang barusan mencekik leher Aji. Bukan gemetar karena dia takut membunuh Aji, melainkan bergetar karena teringat kalau dia terlahir dari seorang wanita yang merebut suami orang lain, membuat amarahnya berada pada puncaknya. Damian berhenti di depan pintu kamar mandi pria, lalu membuka pintu tersebut dan dengan segera mencuci tangannya yang dia anggap sangat kotor. Tanpa henti Damian menggosok tangan kedua tangan seraya menatap dirinya pada cermin dengan tatapan marah. “Aku harus menemukan wanita itu dan membawanya pulang bersamaku. Aku tidak mau menikah dengan orang lain. Aileen Grizelle, kamu adalah milikku. Milik Damian Cakra Kaelan.” Setelah dirasa tangannya sudah bersih, dia mengambil berlembar-lembar tisu guna menyeka tangannya. Lantas keluar dari kamar mandi dengan seringai di bibir tipisnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD