Bab 5. Pertemuan.

1173 Words
Happy Reading. "Justin, kau benar-benar pria b******k! Tapi aku hanya ingin menuruti kata hatiku. Bukan karena nafsu ataupun dendam seperti dulu. Semua ini aku murni ingin minta maaf pada Evelyn. Yah, aku memang harus minta maaf secara langsung," batin pria itu sebelum mendial nomer telepon yang beberapa saat lalu di kirimkan oleh Laura. Dengan jantung yang berdebar-debar seperti remaja yang ingin menelepon gebetannya atau selingkuhannya, Justin menempelkan benda pipi itu ke telinganya. Berdering. "Ah, kenapa rasanya seperti ini, jantungku berdegup kencang, bahkan perutku seperti tergelitik," batin pria itu. Rasanya begitu lama sekali panggilan itu tidak diangkat. Sampai panggilan itu berhenti tidak membuat Justin menyerah, dia menghubungi nomor itu kembali. "Halo?" Jantung Justin bertali kencang, sungguh saat ini jantungnya seperti ingin melompat keluar dari tempatnya. Suara Evelyn mendayu merdu di telinga Justin, suara seorang wanita yang dulu pernah menemaninya hidup dan juga wanita yang telah ia sia-siakan. Kesalahan yang dulu membuatnya begitu terpuruk dan di ceraikan oleh Evelyn pada saat ia berada dalam penjara. Sekarang bisa bertemu dengannya lagi merupakan sebuah anugerah dari Tuhan yang tidak akan Justin sia-siakan. Setidaknya dia hanya ingin minta maaf dan menjalin hubungan persahabatan dengan mantan istrinya itu. "Halo, maaf kalau tidak penting dan bukan masalah pekerjaan jangan telepon lagi, Anda menggangu saya!" "Jangan ditutup, aku ingin membahas masalah pekerjaan!" Jeda sejenak. "Baiklah, urusan apa yang ingin Anda bicarakan?" Pertanyaan Evelyn begitu tegas. Justin menggaruk rambutnya yang tiba-tiba berubah menjadi gatal. Pekerjaan, ya? Eh kenapa Justin tiba-tiba menjadi salah tingkah hanya karena pertanyaan formal dari Evelyn. Dia jadi gagal fokus. "Ehhmm ... tentu saja urusan tentang konsep pernikahanku, bukankah kamu yang bertugas mengurusnya?" Hening! Justin memukul bibirnya dua kali, merasa bodoh dengan ucapan yang ia lontarkan untuk Evelyn, entah kenapa dia merasa tidak enak hati melihat statusnya kali ini yang merupakan seorang calon suami dari pebisnis muda Laura Brian. Apalagi orang yang akan mengurus pernikahannya nanti adalah sang mantan istri. Meskipun sejujurnya Justin ingin bisa kembali bersama Eve, tetapi bagaimana dengan Laura? Tentu dia tidak akan pernah menjadi pria b******k untuk yang kesekian kalinya, bukan? Apalagi Evelyn belum tentu mau kembali padanya yang sudah sangat b******k itu. "Halo, Eve! Apa kamu masih di sana?!" "Oh, iya, tapi maaf tuan Justin, untuk masalah konsep pernikahan Anda, sudah ada yang mengurusnya sendiri." "Maksudnya?" Terdengar suara helaan napas di seberang. "Persiapan pernikahan Anda dengan nona Laura akan diurus oleh Nyona Alma, Ibu saya." Justin yang mendengar jawaban Evelyn langsung mengepalkan kedua tangannya. Sorot matanya menajam, ia tahu kalau Evelyn pasti akan menghindarinya. Tetapi sedetik kemudian dia menghela napas kasar agar suasana hatinya tidak memburuk. Mendengar Evelyn tidak mau mengurus pernikahannya entah kenapa membuat Justin kesal setengah mati, padahal dengan begitu dia bisa berpura-pura mencari cara untuk bertemu dengan mantan istrinya itu. "Tapi aku ingin kamu yang mengurusnya, Eve!" "Tapi, tuan—" "Kami sudah membayar DP nya 50%, kita bertemu di restoran X dan aku akan memberikan 20% lagi, kalau kamu tidak datang atau mengganti dengan orang lain, aku akan membatalkan semua ini!" seru Justin Di sisi lain, Evelyn terkejut dengan ucapan Justin yang begitu mengintimidasi. Kenapa pria itu memaksa sekali, bahkan baru saja dia mendengar suara dinginnya yang selama ini tidak pernah Evelyn dengar karena dulu selama menikah Justin termasuk pria yang hangat. "Baiklah, tuan. Nanti saat jam pulang kantor, sekarang aku sangat sibuk, permisi!" Evelyn mematikan panggilannya, wanita itu meremas ponselnya erat, seakan menjadikan benda itu sebagai pelampiasan kekesalan hatinya karena ulah sang mantan. "Sebenarnya apa yang kamu mau, Justin!!" *** Jam pulang kantor telah tiba, Evelyn dengan malas melangkah keluar kantor dengan wajah yang ditekuk. Dia baru saja mendapatkan pesan dari Justin yang mengatakan tentang pertemuan mereka tadi pagi. Sebenarnya ini bukan kebiasaan Evelyn yang mengajak klien bertemu di jam luar kantor, tetapi menurut Evelyn, orang yang akan dia temuinya bukan cuma klien, tetapi juga sang mantan suami yang pernah mengkhianatinya. Ya, kisah cintanya dengan Justin memang sudah kandas, tetapi kenapa Evelyn masih sakit hati? Sedangkan di sisi lain. Justin sudah tiba di restoran X tiga puluh menit lebih awal dari jam yang ditentukan oleh Evelyn, pria itu begitu antusias ketika akan bertemu lagi dengan mantan istrinya. Ada rasa sedikit tidak percaya diri ketika harus bertemu berdua seperti ini dengan wanita yang dulu pernah ia sakiti itu. "Aku harus percaya diri, cukup sudah kamu bersembunyi dari rasa malumu itu, Justin!" gumam pria itu menyemangati dirinya. Pria itu sengaja bertemu dengan Evelyn seorang diri tanpa mengajak Laura karena menurutnya ia akan membicarakan masalah pribadi dengan sang petugas WO tersebut. Masalah Laura, apakah dia akan memberi tahu pada tunangannya itu bahwa sebenarnya Evelyn adalah mantan istrinya? Ah, biarlah waktu yang menjawab, bahkan sekarang di hatinya telah tahu harus berbuat apa. Ketika dirinya belum bisa sepenuhnya meyakinkan hatinya untuk Laura, tetapi Justin telah di pertemukan kembali dengan wanita yang masih ia cintai. Yaitu sang mantan istri. "Sudahlah, aku bingung harus bagaimana, sebaiknya aku menuruti takdir apa yang akan diberikan Tuhan padaku," batin Justin. Tidak lama setelah Justin berperang dengan batinnya, sosok wanita yang mengusiknya ternyata sudah datang dan sekarang berjalan menuju ke arah mejanya. "Masih tetap cantik" Kata itulah yang pertama kali terlihat di pikirannya. Kenapa sekarang rasanya jadi sebahagia ini ketika bertemu dengan sang mantan istri yang telah ia sia-siakan? Bahkan degup jantungnya sudah kembali tidak normal lagi saat Evelyn langsung duduk di hadapannya dengan wajah yang datar. "Eghem!" Justin berdehem, menetralkan degupan di dadanya yang masih belum normal. Evelyn terlihat biasa saja, bahkan segera mengeluarkan laptop dan map dari dalam tas. "Jadi apa yang harus kita sepakati sekarang, tuan?" tanya wanita itu. "Ya, itu tadi. Karena aku akan menambahkan biaya DP di awal lebih banyak dan aku harap kamu yang akan tetap bertugas menjadi perugas WO di pernikahan ku nanti!" Sumpah, rasanya tubuh Justin panas dingin, tegang dengan tangan yang berkeringat. Membicarakan pernikahannya bersama wanita lain dengan sang mantan istri yang sialnya Justin masih mencintai wanita itu membuat pikirannya kacau. Mentalnya benar-benar harus dikuatkan, dia harus bisa menjaga hati dan perasaannya agar tidak lemah di hadapan Evelyn, meskipun seandainya Evelyn tahu kalau Justin masih mencintainya, pria itu tidak masalah sama sekali. "Baiklah kalau itu kemauan Anda, Anda bisa menandatangani perjanjian yang baru," jawab Evelyn membuka map yang di bawanya. Justin tidak terlalu menyukai sikap formal Evelyn seperti ini, padahal dia sudah bersikap informal semenjak di telepon, agar tidak ada rasa canggung diantara mereka. "Eve, aku ingin mengatakan sesuatu, tapi sebelumnya aku akan pesan makanan untuk kita," ucap Justin. Evelyn menggeleng, "Tidak perlu, tuan. Saya tidak akan lama dan juga belum terlalu lapar, jadi lebih baik cepat segera selesaikan tugas Anda!" jawab Evelyn dingin. Sedingin hatinya yang sejak tadi jadi harus mati-matian ia jaga, melihat sang mantan suami brengseknya dengan seenaknya memintanya mengurus pernikahannya dengan wanita lain yang jauh lebih di atasnya. Apalagi melihat tingkah Justin yang sudah sangat keterlaluan seperti ini. "Oke-oke," jawab Justin. Evelyn merasa risih karena sejak tadi pria di depannya ini menatapnya terus. Sebenarnya ada apa sih? Apakah Justin tidak bisa menjaga matanya, seharusnya dia ingat kalau sudah memiliki calon istri. "Apakah udah saatnya aku membuka hati lagi seperti kamu yang sudah akan nikah?" batin Evelyn. Bersambung.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD