Marry Me, Single Daddy! – Chapter 2

1517 Words
*** Una menatap Bagus dengan tatapan bertanya-tanya. Ia kembali membaca tulisan yang memenuhi selembar kertas yang tadi terlipat rapi di dalam amplop. “Pak Bagus, ini maksudnya apa?” tanyanya. Bagus menatap Una dengan tatapan yang lagi-lagi terlihat aneh di mata Una. Mungkin bagi Aruna tatapan itu tidak seperti biasa, tetapi bagi Bagus justru sebaliknya. Namun, Bagus melakukannya secara diam-diam. Bagus tidak berani menunjukan perasaannya di depan Una setelah apa yang dulu dirinya lakukan. “Aruna,” Bagus menyebut nama Una dengan cara yang berbeda pula. Terdengar dalam dan meyakinkan di telinga Una. Ini adalah pertama kalinya Aruna mendengar Bagus memanggilnya dengan nada yang terkesan menyayangi selama ia mengenal Bagus. Entah kenapa, Una justru merasa khawatir. “Jadilah …” Bagus menggantung ucapannya. Membuat jantung Aruna berdetak tidak biasa. Ia mengerutkan dahi, menunggu Bagus melanjutkan perkataannya. “Jadilah manajer di kafeku.” Entah kenapa Una mengembuskan napasnya dengan lega. Ia pikir Bagus akan mengatakan sesuatu yang lebih mengerikan dari sekedar manajer kafe. Astaga! Entah apa yang membuat Una berpikir Bagus akan melamarnya? Tck. Yang benar saja! Mereka memang pernah bersama di masa lalu, tetapi yang Bagus lakukan waktu itu bukan memacarinya, tetapi mempermainkan perasaannya. “Apa Bapak nggak salah? Saya yang hanya tamatan SMA ini jadi manajer di kafe Bapak?” “Bapak sendiri yang bilang kalau saya cuma pantas jadi pelayan,” Una mengedikan bahunya. Bukan tidak bahagia mendengar Bagus menawarinya untuk menjadi manajer di kafe sebesar ini, tetapi Aruna merasa ada yang salah dari Bagus. Aruna tidak ingin kejadian beberapa tahun yang lalu terulang lagi. Kisahnya bersama Bagus cukup untuk membuatnya trauma dalam menjalin sebuah hubungan. Terlebih ketika harus melibatkan perasaan. “Apa yang buat kamu nggak yakin sama isi amplop ini, Una?” tanya Bagus menanggapi sindiran yang Una berikan. Memang, dulu ia pernah berkata seperti itu pada Aruna. “Tapi saya hanya lulusan SMA Pak Bagus yang terhormat!” Una tampak menahan kekesalannya. Jelas dalam ingatan Una bagaimana Bagus mempermalukannya ketika ingin mengajukan lamaran saat posisi manajer kafe kosong beberapa bulan yang lalu. Namun, Bagus dengan tegas mengatakan bahwa ia tak pantas untuk berada di posisi itu karena hanya memiliki ijazah SMA. “Lagi pula sekarag kafe ini punya manajer yang hebat,” Una mengedikan bahunya sekali lagi. Bagus terlihat menahan kekesalannya. Ia memutar otak utuk memberikan alasan yang tepat agar Una tidak menolak posisi ini. “Aku butuh dua manajer! Ini bagus untuk kamu Una. Suatu hari kalau kamu mau cari pekerjaan lain akan lebih mudah,” ucapnya. Aruna setuju dengan alasan yang Bagus berikan, tetapi ia tidak bisa menerima tawaran ini begitu saja. Aruna yakin Bagus merencanakan sesuatu hingga tiba-tiba saja menjadikannya seorang manajer kafe seperti ini. “Boleh aku pikirkan, Pak?” tanya Una hati-hati. Meskipun ia sedang merencanakan untuk berkenalan dengan duda kaya raya kenalan Ilia, tetapi Una juga tidak bisa membuang kesempatan ini begitu saja. Jika keduanya bisa berjalan bersisian, kenapa Una harus membuang kesempatan? Una juga tidak akan menyerah tentang apa yang dijanjikan Ilia. Menjadi seorang manajer di kafe milik bagus tidak membuat Aruna berubah pikiran untuk menjadi ratu seorang duda kaya raya. “Baiklah. Aku harap kamu nggak nolak kesempatan ini, Una. Semua demi dirimu sendiri.” Perkataan Bagus terasa tepat di telinga Una. Bahkan sampai kepada hatinya, tetapi Una semakin percaya Bagus memiliki sebuah alasan dibalik tawaran menggiurkan ini. “Kalau gitu aku lanjut kerja lagi, Pak. Permisi.” Una pun segera meninggalkan ruangan Bagus. Lelaki pemilik Kafe tempat Aruna bekerja itu menghela napasnya dengan berat. Meskipun ragu Una akan tetap bertahan di tempat ini, tetapi Bagus sudah berusaha untuk menahannya pergi. Sejujurnya, Bagus memiliki alasan yang tepat kenapa ia mendadak mengangkat Aruna sebagai manajer kafenya. Bagus mencintai Aruna. Dibalik kekasarannya selama ini, dibalik sikap menyebalkan yang selalu dirinya tunjukan di depan Una, Bagus justru memiliki rasa cinta yang besar untuk perempuan itu. Namun, karena dulu ia bersikap seperti b******n kepada Una, Bagus pun merasa malu mengungkapkan perasaannya. Lalu, ketika tanpa sengaja ia mendengar Una berkali-kali mengeluhkan hidupnya pada teman barunya, Bagus pun berpikir untuk mengangkat Una menjadi salah satu manajer di kafenya. Apalagi beberapa saat lalu Bagus mendengar Una meminta untuk dikenalkan pada duda kaya raya agar bisa menikahinya. Bagus kalang kabut dan takut kehilangan Una. Bagus pikir tidak ada waktu lagi untuk menunda semuanya. Bagus tidak bisa kehilangan Una untuk kedua kalinya hanya karena sikap kekanakannya. Bagus berharap Una memilih untuk tetap tinggal di kafenya, dan tak perlu lagi memikirkan soal duda kaya raya karena sebenarnya Bagus sanggup membuat Una menjadi ratu dan mencukupi kebutuhannya. *** Aruna masih memikirkan soal sikap Bagus yang tiba-tiba saja baik padanya itu. Una sangat yakin Bagus diam-diam merencanakan sesuatu di belakangnya seperti dulu. “Tapi apa? Nggak mungkin Bagus bermaksud mempermainkan aku seperti dulu,” gumam Una selagi ia membersihkan meja. Rasa penasaran Una semakin menjadi saat menjelang sore itu. Jam kerja Una sudah habis. Akan ada pergantian shift untuk membantu mengurus kafe. Bagus menghampirinya dan menegurnya dengan sopan. Lelaki yang biasanya bersikap menyebalkan itu mendadak berubah baik dan memperhatikannya. “Mau pulang?” Begitu pertanyaan Bagus kepada Una yang sudah bersiap untuk meninggalkan kafe. Biar Aruna ingatkan sekali lagi. Selama ini yang Bagus lakukan adalah mengabaikannya, membentaknya dan memarahinya tanpa sebab. Bahkan tidak segan menghinanya ketika gajian. Kini, bosnya itu terlihat aneh di mata Una. Mendadak ramah dan perhatian padanya. “I … iya Pak. Ada apa?” Wajar bila Aruna menjadi gugup dibuatnya. “Aku anterin. Kebetulan aku ada urusan ke arah kosanmu.” Jawaban Bagus membuat Una membolakan matanya. Buru-buru iya membawa punggung tangannya menuju dahi Bagus. “Nggak anget, tapi kenapa Bapak jadi aneh begini?” tanyanya. Bagus sedikit terkejut dengan sentuhan Una. Ia menurunkan tangan Una dari keningnya. “Jangan GR! Saya memang ada urusan ke arah sana. Saya kasihan aja sama kamu yang nggak punya uang,” ucapnya penuh penyesalan. Bagus merasa mulutnya memerlukan filter agar tidak sembarangan bicara. Namun, untuk menarik perkataannya, Bagus tidak bisa. Semua sudah terlanjur didengar oleh Una. “Nah gini baru Pak Bagus yang terhormat yang saya kenal!” ujar Aruna. Meskipun terkesan menyebalkan, tetapi Una lebih nyaman mendengar Bagus berkata ketus padanya daripada mendadak ramah seperti tadi. “Tapi maaf Pak, saya bisa pulang sendiri. Kosan saya dekat dari sini. Saya biasa jalan kaki.” Bagus tampak kecewa, tetapi ia menganggukan kepalanya juga. Bagus meninggalkan Una yang masih menatap tak percaya. Una menggelengkan kepalanya, lalu meraih ponselnya karena terus bergetar. Nama Ilia di sana. Buru-buru Una mengangkatnya. “Gimana La? Jadi?” tanyanya tak sabaran. Membuat Ilia yang berada di seberang sana memutar bola matanya. “Jadi. Nanti gue kirimin alamatnya ke lo. Siap-siap aja. Jangan lupa dandan yang cantik, bos gue suka orang cantik soalnya!” “Siap! Lo nggak akan nyesel ngenalin gue sama tuh duda,” Ilia geleng-geleng kepala mendengarnya. Sepertinya Una sudah tidak tertolong lagi. Demi menolak hidup miskin, ia rela menikahi duda kaya raya yang entah seperti apa rupanya. Beruntung Arsen bukan buaya darat tua Bangka yang hanya hobi kawin lagi. Arsen adalah lelaki yang mungkin sedikit sulit untuk didekati, tapi tenang saja, Ilia akan membantu Una menaklukan lelaki keras kepala itu. “Udah ya Na, gue tutup. Bentar lagi gue kirim alamatnya.” Setelah mendengar balasan dari Una, Ilia pun menutup teleponnya. Mudah bagi Ilia Larasati untuk mendapatkan waktu seorang Arsen yang sibuk. Meskipun saat ini Ilia hanya seorang sekeretaris bagi Arsen, tetapi Ilia percaya diri Arsen akan meluangkan waktu untuknya. Malam ini contoh nyatanya. Hanya sekali ajakan, Arsen sudah mengiyakan. Lelaki itu bahkan terlihat senang. “Tentu saja, Arsen nggak akan bisa nolak permintaan aku!” ujar Ilia. Ia memainkan ponselnya. Sungguh, dirinya tak sabar membuat Arsen mengenal Aruna yang mabisius. Ilia yakin Aruna tidak akan melepaskan Arsen begitu mereka sudah saling bertemu. Dengan begitu, Ilia akan semakin dekat pada kebebasannya. “Ayo kerja keras, Ilia! Nggak mudah nemuin perempuan seperti Aruna,” ucapnya. Senyum sinis tampak jelas di wajahnya yang cantik. Ilia akan melakukan apa saja agar Aruna dan Arsen bisa bersatu. Ilia mengirimkan pesan singkat kepada Una mengenai tempat dan waktu untuk makan malam mereka. Soal pertemuan dan perkenalan dengan Una, Arsen tidak tahu sama sekali. Lelaki itu pikir ia hanya makan malam berdua saja bersama Ilia. Arsen baru menyadari kehadiran Una setelah mereka sampai di restoran yang Ilia pesan. Dalam sekejap Arsen menyadari apa tujuan Ilia sesungguhnya. Arsen pun tampak kesal, tetapi ia tidak bisa meninggalkan makan malam begitu saja. “Well, Arsen kenalin ini Aruna, teman kecilku. Dan Una, ini Arseno Abimanyu, duren yang mau aku kenalin sama kamu,” Begitu Ilia membuka mulutnya, Una pun mengulurkan tangannya pada lelaki bernama Arseno Abimanyu. Pertama kali melihat Arsen, Una terkejut karena duda kaya raya yang Ilia bicarakan ternyata bukan tua Bangka yang ia bayangkan. Betapa Una bahagia. Seorang Arsen adalah gambaran lelaki sempurna yang kurang beruntung karena bercerai dari istrinya. Namun, justru perceraian itu menguntungkan bagi Aruna. Dia berjanji akan menjerat Arsen dengan pesonanya. Namun, sikap Arsen yang mengabaikannya membuat Aruna sadar bahwa mendekati Arsen membutuhkan perjuangan. Duda keren itu tampak dingin padanya, dan bersikap sebaliknya pada Ilia. . . Bersambung.  Haiiii... aku publish Una-Arseno ya :) Jangan lupa TAP LOVE untuk menambahkan cerita :) 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD