Keluarga Baru.

1350 Words
Pagi itu. Gips di paha Marissa akhirnya benar-benar di lepas namun Marissa masih tidak diperbolehkan banyak bergerak dan harus tetap menggunakan kursi roda untuk menghindari pergeseran sendi karena patahan di paha Marissa masih belum sembuh sempurna, jadi masih agak rentan. Burhan dan Reyhan juga sudah selesai dengan surat-surat yang Reyhan butuhkan untuk menikahi Marissa, putri dari pak Yusup. Sementara Rani juga membantu Marissa untuk berganti pakaian juga mendatangkan penata rias untuk Marissa. Meskipun bukan pernikahan mewah atau besar, Rani tetap memberi sambutan baik untuk calon menantunya. Tak peduli bagaimana pun kondisinya saat ini, namun Rani yakin jika gadis itu memiliki nilai lebih dari pada gadis lain di luar sana. Terlihat jelas dari cara dia, Marissa berbicara dan membicarakan ayahnya, Rani cukup memahami dan bisa melihat jika Marissa adalah sosok yang penyayang, dan sungguh Rani berharap, Marissa bisa menjadi ibu sambung untuk Alena putri Fadilla. Satu-satunya anak dari putra pertamanya. "Putraku pernah gagal dalam mempertahankan pernikahan nya, dan sungguh ibu berharap ini adalah pernikahan terakhir untuk putraku, dan ibu berharap kau tidak keberatan untuk lebih bersabar dan mau menuntunnya ke jalan yang lebih baik jika suatu saat dia melakukan kesalahan." Ucap Rani saat meraih tangan Marissa usai di rias oleh penata rias dan meminta para penata rias untuk membantu Marissa duduk di kursi rodanya. Marissa hanya mengangguk dalam diam, karena jujur dia juga masih bingung untuk menempatkan diri di tengah keluarga baru yang tidak pernah mereka kenal sebelumnya, bahkan dia tidak tau bagaimana wajah nyata dari laki-laki yang sudah menabrak dan kini malah akan menikahi dirinya. Tapi bagaimanapun dia , Marissa, sudah mempercayakan hidupnya pada ayahnya. Jadi anggap saja ini adalah laki-laki yang di takdirkan untuknya dan di pilihkan oleh ayahnya. "I-ya. Icha akan coba melakukannya. Tapi apa ibu juga tidak keberatan untuk tetap membimbingku? Aku belum pernah mengenal dokter Reyhan sebelumnya, dan tiba-tiba harus menikah dengannya, rasanya Icha juga tidak tau apakah Icha bisa menjadi istri yang baik untuk dokter Reyhan atau malah Icha hanya akan menjadi beban untuknya juga ibu nantinya." Jawab Marissa sambil menatap lurus ke depan dengan pandangan hampa dan gelap. Rani semakin menggenggam tangan gadis itu, seolah ingin meyakinkan gadis itu jika tidak ada yang akan merasa terbebani olehnya. Mungkin benar, Marissa tidak bisa melakukan beberapa hal yang biasa di lakukan seorang istri untuk suaminya, tapi bukankah semua memang butuh proses. Patah tulang yang Marissa alami mungkin masih bisa sembuh dalam waktu singkat, tapi untuk kebutaan gadis itu tentu itu masalah yang tidak bisa di katakan sepele, tapi semua masih bisa mereka kendalikan, meskipun mereka memang butuh waktu yang lebih lama untuk membuat Marissa kembali bisa melihat. "Ya. Pasti sayang. Setiap istri memang datang dengan segala kekurangan pada keluarga barunya, namun dari kekurangan itu juga istri akan belajar bagaimana untuk menyempurnakan diri dengan suaminya. Saat kekurangan istri bisa di tutupi oleh suaminya, maka istri juga harus bisa menutupi kekurangan suaminya. Putra ibu juga bukan laki-laki yang sempurna, baik fisik ataupun sifat. Buktinya dia pernah gagal dalam berumah tangga hingga dua kali. Maka dari itu ibu sungguh berharap kau adalah wanita terakhir yang akan menjadi istrinya untuk mendampinginya melewati hari-hari kedepannya." Jawab Rani dengan tidak menyombongkan putranya yang memang jauh dari kata sempurna. Marissa hanya mengangguk dalam diam namun kali ini ada senyum yang ikut menghiasi wajah cantiknya, juga ada kelegaan yang tengah di rasakan Marissa, karena ternyata, keluarga barunya cukup terbuka untuk menerima dirinya yang hanya gadis miskin dan cacat pula. Sudah hampir seumur hidup dirinya merindukan sosok seorang ibu, dan entah kenapa hati Marissa merasa hangat saat seseorang kini benar-benar menawari dirinya untuk menjadi ibunya, meskipun itu hanya ibu mertua. Pernah terbayang oleh Marissa dengan sosok ibu mertua yang banyak di gambarkan sebagai monster atau wanita paling kejam dalam kehidupan suami istri, tapi kali ini Marissa merasa kata-kata itu tidaklah sepenuhnya benar. Marissa memang buta untuk saat ini, tapi untuk menerima seseorang yang tulus juga dia masih sangat peka. Benar apa yang kebanyakan orang katakan, kekurangan seseorang pasti di iringi dengan kelebihan. Marissa sempat takut untuk berhadapan dengan yang namanya ibu mertua, karena menurut yang dia dengar, ibu mertua itu adalah sosok yang selalu menjadi ancaman bagi seorang isteri yang bergelar menantu, tapi apa yang dia temui saat ini tentu saja berbeda. Haruskah Marissa bersyukur atas kejadian yang menimpanya saat ini, saat dirinya justru menjadi wanita cacat dan buta, namun juga mendapatkan keluarga baru yang menawarkannya cinta dan kasih sayang yang selama ini dia impikan. Hari sudah cukup pagi, jam sudah menunjukan angka 10;00am dan Marissa sudah siap untuk di nikahi seorang Reyhan Fadila. Marissa sudah duduk di kursi roda dan Reyhan yang juga duduk di kursi lain sebelah Marissa. Kerudung putih panjang juga sudah menutup kepala Marissa juga kepala Reyhan, sementara Burhan dan pak Yusup juga dua orang saksi dari pihak pak Yusup juga hadir di ruangan itu, dan dua orang petugas KUA setempat yang akan menjadi wali nikah Marissa, karena pak Yusup telah melimpahkan hak walinya pada wali hukum. "Saudara Reyhan Fadilla bin Burhan Fadilla, aku nikah dan kawinkan engkau dengan saudari Marissa indah binti Yusup dengan maskawin satu set perhiasan emas seberat lima puluh gram di bayar tunai." Ucap salah satu petugas KUA yang menjadi wali hukum Marissa. Dengan satu tarikan napas, Reyhan pun menerima. "Aku, terima nikah dan kawinnya Marissa indah binti Yusup dengan maskawin tersebut di bayar tunai." Ucap Reyhan dan semua saksi di ruang VVIP itu serempak mengucap kata sah, termasuk pak Yusup dan Marissa sendiri. Petugas KUA langsung memimpin doa dan menyiapkan berkas-berkas yang harus di tanda tangani oleh pengantin laki-laki juga pengantin perempuan, lalu diikuti penyerahan maskawin dan jabat tangan untuk kedua mempelai. Reyhan yang lebih dulu meraih tangan Marissa untuk Marissa jabat dan genggam, kemudian Marissa mencium punggung tangan Reyhan dan Reyhan yang mencium kening Marissa dengan membisikkan kata-kata suci di atas kepala Marissa. Untuk saat ini, Reyhan memang belum mencintai Marissa tapi tidak akan ada yang tau apa yang akan mereka rasakan nantinya jika mereka sudah sama-sama hidup di tempat yang sama, bahkan di kamar dan ranjang yang sama. Setelah itu, di ikuti dengan sesi photo untuk kedua mempelai di ikuti photo untuk seluruh keluarga yang hadir di tempat itu. Secara kasar, background photo pernikahan Reyhan dan Marissa nyaris terlihat sama dengan background pernikahan Alea dan Dewa, bedanya dulu di pernikahan Alea dan Dewa, Burhan dan Rani tidak hadir dan sekarang di pernikahan Reyhan, untuk yang kedua kalinya Rani dan Burhan menjadi pendamping untuk putra tertuanya, karena di pernikahan kedua Reyhan Rani dan Burhan tidak tau menahu, karena waktu itu Reyhan menang menikah secara diam-diam, dan sungguh kali ini Rani dan Burhan berharap Reyhan bisa belajar dari kesalahan juga kegagalan sebelumnya dengan tidak mengulang kesalahan yang sama di masa yang akan datang. Ijab kabul itu berjalan dengan cukup baik, dan sekarang pak yusup bisa bernapas lega karena akhirnya dia bisa melepas putrinya pada keluarga barunya. Tidak ada doa lain yang pak Yusup panjatkan untuk putrinya, selain doa untuk kebaikan dan kesehatan untuk satu-satunya putrinya, dan berharap putrinya bisa mendapatkan berkah dari setiap kejadian yang pernah dia alami dan menjadikannya ujian yang Tuhan berikan pada nya. Meskipun pak Yusup juga tidak begitu mengenal baik keluarga dokter Reyhan, tapi jika melihat dari rasa tanggung jawab dokter Reyhan selama ini pada dirinya juga pada putrinya, pak Yusup yakin jika dokter Reyhan di besarkan dan di didik oleh orang tua yang juga bertanggung jawab pastinya. Pak Yusup juga percaya, anak yang baik hanya berasal dari orang tua yang baik, meskipun kadang ada juga orang tua yang terlihat tidak baik, namun memiliki anak-anak yang berbudi dan pandai. Pak Yusup hanya duduk diam memperhatikan putrinya yang sedang mengobrol dengan keluarga barunya dan di bantu seseorang untuk melepas sanggul juga payas di kepalanya, juga memperhatikan dokter Reyhan yang duduk di samping ayahnya. Sesekali dokter Reyhan, menantu nya tersenyum saat Abraham terlihat tersenyum sembari menepuk-nepuk punggung putranya. Entah apa yang sedang mereka bicarakan tapi pak Yusup yakin jika dokter Reyhan dan ayahnya Burhan adalah sosok yang menyenangkan. Dalam hati pak Yusup mengucap syukur, karena di pertemukan dengan orang-orang seperti keluarga dokter Reyhan dan sungguh dia tidak akan keberatan jika kali ini yang kuasa juga memintanya untuk kembali dan melepaskan putrinya bersama keluarga barunya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD