Bab 9 Merasa aman denganmu

1038 Words
Rendi datang setelah pak Bowo di bawa pergi oleh pihak yang berwajib, ia pun ingin memastika keadaan Yura disana. Diruang UKS. "Rend...akhirnya kamu datang juga...lihatlah Yura, ia benar benar masih syock, aku menyentuhnya pun ia bereaksi berlebihan Rend...hingga aku belum mengobati lukanya dari tadi. Coba kamu yang obati siapa tahu ia mau denganmu, karena tadi saat kamu bawa kemari, dia baik baik saja. "Baiklah...akan aku coba Na, sepertinya...di antara siswi korban si b******k itu, Yura lah yang paling parah." Ucap Rendi dengan langkah kaki yang perlahan mendekat ke arah Yura. "Ra...apa kamu baik baik saja?" tanya Rendi dengan suara lembut saat ia sudah sampai di dekat gadis yang menyandarkan keningnya di kedua lututnya sendiri yang tertekuk sedari tadi, dengan kedua tangannya yang masih memeluk kedua kakinya sendiri. "Ra...apa ada yang bisa aku bantu? apa aku harus memanggil papa kamu?" tanya Rendi lagi dengan nada suara yang sama. "Jangan! jangan bilang apa apa pada papa, papa sudah sangat kesusahan, jangan tambah beban papa lagi." Ucap Yura yang membuat tersentak Rendi di tempatnya. "Seorang gadis kecil yang belum lulus sekolah SMA, tapi sudah terlalu mengerti akan kesusahan papanya jika sampai papanya tahu, sedangkan aku? meski kakek memintaku secepatnya untuk segera mengambil alih sekolahan ini, aku hanya bilang iya, iya, dan iya, yang tidak tahu kapan akan jadinya." Ucap dalam hati Rendi seketika. "Apa aku besok bisa izin? apa kalian akan percaya atas apa yang aku alami? apa kalian akan percaya saat aku bercerita tentang pelecehan yang aku alami?" ucap Yura yang langsung mendapat anggukan dari Rendi dan Nana disana. "Kami masih menyelidiki kasus pak Bowo Ra...aku harap...kejadian ini jangan sampai bocor ya...karena reputasi sekolah akan menjadi taruhannya." Ucap Rendi yang tanpa perasaan pada Yura. "Kamu pikir, reputasi sekolah begitu penting ya? kalian tidak berpikir, jika semua orang tahu aku mengalami pelecehan dari salah seorang guru, akan kah mereka percaya bukan aku yang menggodanya? akan kah kalian tahu jika semua orang tahu hal ini bagaimana pandangan mereka terhadpku? bagaimana mereka memandangku? apa kalian harus berkata seperti itu padaku? aku korban...bukan pelaku! aku yang paling menderita, masa depanku di pertaruhkan disini. Apa kalian mengerti akan hal itu?" ucap Yura yang seketika membuat Nana terdiam, dan Rendi merasa iba. Terlihat dari tatapan kedua matanya yang menatap Yura. "Saat ini pun, aku takut, aku gemetaran, sekujur tubuhku lemas seperti tanpa tulang penyangga, apa kalian tahu? aku takut saat menurunkan kedua kakiku, lalu keluar dari ruangan ini. Aku merasa saat ada tatapan mata yang menatap ke arahku seakan akan mereka telah menghukumku, seolah olah ku lah yang harus mereka jauhi. ditambah lagi aku harus bersikap biasa saja saat aku masih mengingat tangan orang itu menyentuh tubuhku." Ucap Yura yang seketika terhenti karena Rendi sudah meraup tubuh gadis itu kedalam pelukannya. Ia memeluk erat tubuh Yura disana. "Tidak ada yang akan menyalahknmu Ra, aku akan selalu ada untuk hal hal yang menyangkut ketidak adilan di sekolah ini. Jadi setiap kali kau mengingat apa yang si b******k itu lakukan padamu, ingat ingatlah pelukan ini, jangan ingat yang lain. Pelukan ini yang akan menenangkanmu, pelukan ini yang membuatmu nyaman." Ucap Rendi tiba tiba dengan perasaannya, dan Nana hanya menatap tidak percaya pada saudaranya itu. "Kak Rendi bisa juga bersikap manis seperti itu ya..." ucap dalam hati Nana. Sembari beringsut perlahan lahan dari tempatnya dan pergi dari sana, meninggalkan keduanya sendirian di ruangan UKS. "Ra..." tiba tiba datanglah teman teman Yura disana, dan betapa terkejutnya ia saat mendapati Yura dalam pelukan lelaki tampan yang memang di sukai oleh slah satu temannya disana. Membuat kedua mata Susan terus melotot tanpa henti dengan bibir yang menyeringai tidak suka. "Awas kamu Ra." Ucap Susan yang lalu pergi dari sana seketika, ia tidak ingin masuk dan melihatnya lebih lama. Sedangkan Eric yang melihat pun sontak menerobos masuk dan mencoba mencari tahu. Rendi yang sengaja memeluk Yura pun segera melepas pelukannya. "Ra...ada apa ini? kamu kenapa? katanya tadi kamu pingsan makanya di bawa kesini Ra?" ucap Eric yang memulai percakapannya. Sembari lirikannya menatap ke arah lelaki yang tidak ia kenali dan baru beberapa kali ia lihat di sekolah. Yura hanya menggeleng sebagai jawabannya, ia masih meras sedikit terasing disisi semua teman temannya, apa lagi Yura tahu Santi yang tengah menyukai Eric, membuat Yura benar benar tidak leluasa disana. "Ra...dia siapa? bukan pacar kamu kan?" tanya Rendi pada Yura secara langsung, dan Yura pun hanya menggeleng sebagai jawabanya. "Baiklah...berarti saya tidak harus menjelaskan apa pun padamu kan? yasudah...saya tinggal dulu kalau begitu." Ucap Rendi yang akan berlalu pergi dari sana, namun seketika tangan Yura sudah mencekalnya. "Bisakah saya disini saja dengan anda pak?" ucap Yura yang memanggil Rendi pak, sontak membuat semua teman temannya terheran dan tidak percaya atas apa yang Yura ucapkan. "Wow...anda mengajar disini pak?" tanya Santi seketika, dan Rendi hanya mengangguk dengan senyumannya. Santi seakan tidak percaya atas apa yang ia dengar dan lihat, karena memang lelaki itu masih sangat muda jika harus menjadi seorang guru SMA. "Baiklah semua...tolong beri ruang untuk Yura ya...silahkan..." ucap Rendi yang membut semuanya harus keluar, termasuk Eric yang merasa berat hati pun harus ikut keluar pula. "Saya tidak tahu apa hubungan anda dengan Yura, dan entah mengapa Yura malah memilih anda yang berada disana daripada kami teman temannya." Ucap Eric dengan sungutan kesalnya, namun Rendi pun tidak bisa menceritakan semuanya pada teman teman Yura, karena memang Yura pun tidak ingin ada yang tahu selain dirinya dan juga Nana, bahkan papanya pun Yura berharap tidak memberitahunya. Hari itu jam sekolah sudah habis, sekolah berjalan seperti biasanya dan tidak ada yang mengetahui pak Bowo yang tiba tiba dibawa pihak berwajib. Serta Yura yang tiba tiba pingsan sebelum pak Bowo di bawa petugas. Semua tidak ada yang tahu ada apa sebenarnya, dan memang semua pengajar dan para staf disana di minta untuk bungkam atas kejadian yang memalukan di sekolah tempatnya mengajar. Dan sudah menjadi kesepakatan semuanya untuk melaksanakannya. Sore itu pun papa Yura yang datang sendiri menjemput Yura disekolahannya. Dengan wajah yang terlihat sumringah yang sengaja ia tunjukan pada papanya, Yura berjalan menghampiri mobil papanya, namun ia masih merasa tidak nyaman disana, sampai...Rendi turut mengantar Yura sampai ke mobil papanya, dan mau tidak mau Rendi pun akhirnya menyapa papa Yura.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD