Bab 8 Tidak baik baik saja

1059 Words
Bisikan bisikan yang entah dari siapa itu terus Yura dengar samar samar, sampai...salah satu temannya menghampiri Eric agar bisa mengajak Yura ikut serta, ia pikir jika ada Eric disana Yura akan ikut dengan mudahnya. "Eh Ric ayo ajakin Yura ke kantin...dia katanya mau sendiri saja, kamu yakin tidak sedang deketin cewek lain kan?" tanya salah satu teman Yura yang setahu Yura temannya itu menyukai Eric, hingga tega menusuknya dari belakang. "Jangan ngasal kalau bicara! aku hanya menunggu cinta Yura, tidak ada gadis yang lain." Ucap Eric yang Yura dengar, entah itu nyata ia tulus menunggunya atau sama halnya seperti teman temannya yang lain. Lalu Eric pun segera saja menghampiri Yura di tempat duduknya, ia segera menempati satu kursi di samping gadis itu, Eric duduk di sana. "Ra...kamu kenapa? ada apa sebenarnya? apa yang salah? kamu kenapa? wajahmu terlihat pucat Ra...kamu sakit?" pertanyaan bertubi tubi yang terlontar dari bibir Eric yang membuat Yura percaya lelaki itu benar benar khawatir padanya. "Aku tidak apa apa Ric, kamu ke kantin saja dengan yang lain, nanti kalau aku mau, aku nyusul...tadi aku sudah dari sana solnya." Ucap Yura dengan senyum yang tersungging dari bibirnya, dan membuat Eric ikut tersenyum pula. Lalu semuanya meningglkan Yura sendirian disana, terduduk di bangku nya dengan perasaan yang masih sangat syock ia rasakan. "Papa...harusnya aku menuruti apa kata papa pagi tadi, harusnya aku hari ini tidak masuk sekolah, harusnya aku di rumah saja menemani papa di rumah." Ucap Yura yang kemudian menundukan kepalanya, ia menyembunyikan genangan air mata di pelupuk matanya. "Puk." Tiba tiba Yura tersentak saat tepukan dan sedikit elusan di pundaknya ia rasakan, kian lama kian menekan disana. "Astaga pak Bowo! terik Yura dengan seketika saat itu, namun ia segera saja beringsut menjauh dan pergi ke sebelah kursinya. Ia sengaja menjauhi gurunya itu, jaraknya hanya terhalang satu kursi saja dari pak Bowo. "Kenapa Yura? ada apa? apa kamu sedang sedih? bapak bisa menjadi tempat curhat kamu kalau kamu mau..." Ucap pak Bowo pada Yura. "Akh tidak pak...Yura sedang sakit perut saja...permisi pak..." Ucap Yura yang sembari akan pergi dari ruang kelasnya, namun karena tergegas gesa sampai ia lupa untuk memilih jalan, yang harusnya memutari bangku malah ia lewat di samping pak Bowo, segera saja pak Bowo menghadang nya dengan satu kaki nya yang sengaja ia julurkan, membuat Yura terjatuh terjerembab disana, ia tersungkur di lantai, lagi lagi lututnya terluka sampai berdarah. Yura pun mengaduh, sembari merimgis kesakitan. "Akh sakit..." teriak Yura sembari mengaduh dan menahan satu kakinya yang terluka, pak Bowo pun langsung mengambil satu kesempatan, ia segera meraih kaki Yura dan memeganginya, merangkak naik sampai sebatas lututnya, itu pun masih ingin berlanjut dan naik kembali, namun Yura menahan tangan pak Bowo dengan kedua tangannya. "Jangan pak...saya mohon..." rengekan Yura yang membuat pak Bowo makin memaksakan kedua tangannya, hingga ia mendapatkan satu kaki Yura yang lainnya, dan membuat gadis itu akan berteriak. "Jika kau berteriak, semua teman temanmu akan tahu kalau kamu telah menggodaku sekarang...apa kamu tidak takut mereka akan menjauhimu? akan menggunjingmu? mengucilkanmu? bahkan menjulukimu gadis penggoda?" ucap pak Bowo sembari terus mengelus paha satunya milik Yura. Saat itu Yura hanya bisa mengeluarkan tangisannya dan menggigit bibirnya sendiri sampai terluka, ia benar benar ingin berteriak saat tangan pak Bowo sudah hampir sampai pangkal pahanya. Dan tiba tiba... "Bruak!" suara pintu ruang kelas yang telah terbuka karena tendangan seseorang, sontak membuat pak Bowo segera beranjak menjauh dari Yura dan telihat langsung mengulurkan satu tangannya, seolah olah akan membantu Yura berdiri dari lantai. "Yura...tidak apa apa? sakit ya? sini bapak bantu." Ucap pak Bowo yang terkesan memaksakan tangannya, namun Yura tidak mau menanggapinya. "Ra...apa kamu baik baik saja?" tanya seorang laki laki yang suaranya tidak asing Yura dengar, dan terlihat lelaki itu segera berjongkok untuk melihat apakah lukanya parah atau tidak. Seketika Yura menatap ke arah lelaki tampan yang tengah melihat lututnya, Yura ingat siapa lelaki itu, dia adalah adik dari teman papa Yura. "Tolong bawa saya pergi dari sini, kaki saya kemarin karena kecelakaan itu masih sakit, di tambah luka ini pula." Ucap Yura dengan jujur nya. Dan lelaki itu pun tanpa kata kata akan mengangkat tubuh Yura. "Anak muda...biar bapak saja yang mengangkat tubuh Yura, Yura terjatuh tadi karena saja, biarkan saya menolongnya." Ucap pak Bowo dan sudah berada tepat di samping Yura, di hadapan lelaki yang telah akan mengangkat tubuhYura disana. "Tidak perlu...sekarang yang harus bapak cemaskan bukanlah Yura, tapi kamera CCTV yang terpasang di dalam ruangan ini." Ucap lelaki itu yang langsung membopong tubuh Yura dan membawanya pergi dari sana. Yura hanya menatap wajah tampan yang hanya beberapa centi dekatnya dengan wajahnya, bahkan Yura bisa merasakan hembusan nafasnya yang memantul kembali padanya, serta bau parfum maskulin yang ia hirup, benar benar membuatnya sangat nyaman ia rasa, hingga tanpa terasa kedua tangannya merangkul memeluk leher lelaki tampan tersebut. "Kau tidak mau turun?" ucapan tiba tiba yang Yura dengarkan, bahkan Yura tidak sadar saat itu ia sudah sampai di ruangan UKS. "Akh...iya, iya...maaf ya..." ucap Yura sembari melepaskan pelukan tangannya dan menurunkannya. Terlihat pula kak Nana yang telah menyambutnya disana, membuat Yura merasa malu saat mengetahuinya. "Na...aku masih ada urusan, tolong di bantu ya..." ucap lelaki tersebut sembari akan pergi dari hadapan Yura tanpa berpamitan apa apa pada gadis itu, dan saat Yura ingin menghentikannya, dia sudah benar benar pergi. Wajah kecewa Yura pun terlihat jelas kala itu, membuat kak Nana tersenyum menatapnya. "Tidak usah sedih begitu, dia memang seperti itu orangnya...suka cuek dingin dan tidak berperasaan." Ucap Nana sembari membawa obat untuk mengobati luka Yura. Hingga Yura teringat kembali apa yang baru saja ia alami. Seketika Yura pun menaikan kedua kakinya dan menekuknya, ia tidak peduli luka di lututnya, Yura memeluk kedua kakinya dengan erat, sangat erat. Membuat Nana mengerti apa yang baru saja Yura alami. "Tenang Ra...tenang lah...apa perlu aku panggil papamu untuk kemari? jangan khawatir...lelaki yang melecehkanmu sudah di amankan Ra...kamu baik baik saja bukan?" Ucap Nana dengan elusan lembut di pundak Yura, namun Yura teringat kembali perlakuan pak Bowo padanya, lalu ia pun mengusap usap pundaknya dengan kasar dan menepis tangan kak Nana dari sana. Nana pun tidak bisa berbuat apa apa lagi, ia pun hanya bisa membiarkan Yura untuk sesaat sendirian, ia belum bisa menenangkan Yura disana, hingga Rendi datang kembali ke ruangan itu untuk melihat kondisi Yura.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD