Pria itu mengulum senyum, bersandar pada dinding kayu melihat wanita yang dicintainya baru saja keluar dari kamar mandi masih mengenakan bathrobe-nya.
“Harummu membuatku ingin mengurungmu seharian di ranjang, sayang.” Jeremy menggoda Vale yang baru saja keluar dari kamar mandi masih dengan wajah kesalnya, dirinya harus terjebak di sebuah pulau bersama pria yang terobsesi padanya. Benar-benar menjengkelkan.
“b******k!! Pulangkan aku dan kembalikan ponselku!!” Vale berteriak keras, memukul perut Jeremy yang tiba-tiba saja memeluknya dari belakang.
“Akulah rumah tempatmu pulang, Valeria.” Jeremy berujar lembut, masih memeluk Vale dari belakang dan mengecup puncak kepala wanita itu dengan sayang.
“b******k!! Dasar gila!! Aku membencimu!!” Vale masih berusaha lepas dari pelukan Jeremy.
“Aku juga mencintaimu, sayang.” Jeremy berhasil mencuri ciuman dari Vale dan tertawa senang, sedang Vale semakin berteriak kesal, berhasil lepas dari kungkungan Jeremy dan menyikut perut pria itu dengan kuat hingga Jeremy terhuyung ke belakang.
“Di mana ponselku?! Kau harus membayar semua ini!!” Vale kembali berteriak dengan kesal, membuat Jeremy kembali tertawa.
“Aku sudah membuangnya ke laut. Iya, sayang. Tentu aku dengan senang hati akan membayar semua ini, apa yang kau inginkan dariku? Hatiku? Kuberikan semuanya untukmu. Tubuhku? Tubuh ini akan melayanimu dengan sepenuh hati dan memberimu kepuasan yang tidak akan kau dapatkan dari Earl. Bukankah Earl selalu menolakmu, heum? Tidak lebih dari ciuman, aku benar? Tidak perlu tau dari mana aku mengetahuinya. Coba kau tanyakan kembali pada hatimu, apakah Earl benar-benar mencintaimu? Atau hanya menjadikanmu pelampiasan akan rasa frustasi karena tidak bisa memiliki wanita yang benar-benar ia cintai?!” Jeremy sudah maju mendekat dengan seringai puas di wajahnya melihat raut pias dan penuh emosi Vale.
“Bastard!! Tutup mulutmu yang tidak mengetahui apapun!!” Vale berteriak dengan emosi yang berapi-api, membuat Jeremy tersenyum dan dengan paksa membawa wanita itu dalam pelukannya.
“Sayangnya, aku mengetahui lebih dari yang kau tau, Valeria.” Jeremy mengecup sayang puncak kepala Vale, membuat Vale seketika terdiam, tubuhnya membeku, Jeremy tidak lagi memaksakan pelukannya, pria itu memeluknya begitu lembut, membuatnya merasa terlindungi, juga ciumannya yang penuh kasih dan menenangkan, membuat Vale terhipnotis untuk sesaat, seolah menemukan sosok Jeremy yang lain. Jeremy yang tidak pernah ia kenal selama ini.
“Ganti bajumu, aku sudah membuatkan sarapan spesial untukmu. Atau jika kau ingin terus menggunakan bathrobe ini, aku akan dengan senang hati melihatnya, walau aku harus tersiksa menahan sesuatu.” Jeremy melepaskan pelukannya dan telah kembali terlihat menyebalkan di mata Vale, membuat wanita itu mendelik kesal dan kembali melayangkan tinjunya pada d**a Jeremy.
Suara pintu yang ditutup dengan keras membuat Jeremy hanya bisa menggeleng dan lagi-lagi mengulum senyumnya, pria itu lalu memilih menuju balkon, menatap laut lepas yang selalu menjadi favoritnya.
Pria itu lalu membuka ponsel Vale, tersenyum senang saat melihat banyaknya pesan dari Earl yang mengkhawatirkan Vale.
“Kuharap kau segera sadar, dude. Sebelum kau menyesal.” Jeremy menggumam, lalu kembali mengirim pesan pada Earl sebagai Vale.
-Nikmati saja honeymoon-mu, memang lebih baik aku pulang, sebelum mommy dan daddy curiga, dan mungkin kita tidak akan pernah bertemu lagi jika mereka mengetahuinya.-
Lalu, pria itu kini membuka ponsel miliknya, tersenyum mendapat balasan pesan dari partner barunya yang mungkin sedang menikmati waktu berharganya tanpa gangguan siapa pun.
-Allexa, kuharap kau berhasil melihat sunrise bersama Earl sebagai misi pertamamu, karena aku berhasil dengan misi pertamaku menculik Valeria yang kucinta.-
Jeremy tersenyum mengirimkan pesan itu, berharap Allexa tidak mengalami rasa sakit yang ia rasakan akan penolakan berkali-kali itu dari manusia yang sejak awal telah salah menaruh hati.
***
Raut wajah Earl yang berantakan saat kembali padanya membuat Alle hanya bisa tersenyum miris.
“Bagaimana? Vale baik-baik saja?” Tanya Alle cemas. Sungguh, dia kini merasa menjadi wanita jahat yang berpura-pura tidak tau apapun, padahal dia ikut andil dalam rencana memisahkan mereka berdua.
“Ya, Vale memutuskan untuk pulang.”
“Dan kau kecewa karena tidak bisa menghabiskan waktu bersama Vale?” Tanya Alle yang tidak segan menunjukkan raut cemburunya, membuat Earl menatap lekat pada Alle dan pelan-pelan menyunggingkan senyumnya. Kenapa Alle selalu begitu sempurna memainkan perannya sebagai istri yang cemburu buta. Wajahnya yang menunjukkan ketidaksukaan juga merengut kesal begitu lucu, dia seolah melihat sosok lain dari diri Alle yang tidak pernah ditunjukkan oleh wanita itu.
“Tidak, Xa. Aku hanya cukup terkejut dia memutuskan untuk pulang. Dan kupikir, itu bukanlah sesuatu yang harus kusesali, bukankah aku memiliki janji padamu untuk berperan menjadi suami yang romantis dan menikmati honeymoon ini. Kau tau kan, aku sangat benci ingkar janji dan aku juga sangat benci orang yang mengingkari janjinya.” Earl tersenyum hangat pada Alle dan kembali duduk di depan pria itu, sedang Alle yang mendengar ungkapan Earl hanya bisa menelan ludahnya susah payah dengan d**a yang terasa sesak.
‘Aku telah mengingkari janji kita sejak lama, Earl, dan mungkin, jika kau mengetahuinya, kau akan sangat membenciku dan membuangmu dari hidupmu. Aku tau, itu semua adalah konsekuensiku. Aku bersiap menerima semua kebencianmu dan jika harus menghilang dari hidupmu. Tapi, sebelum itu, ijinkan aku untuk menyiapkan diriku menerima kebencianmu, biarkan aku mengukir sedikit kenangan indah tentang kita.’ Alle tersenyum miris, dengan mata berkaca-kaca, membuat Earl yang melihatnya merasa khawatir.
“Xa, ada apa? Kenapa menangis? Apa aku menyakitimu?” Tanya Earl dengan raut cemasnya.
‘Pertanyaan bodoh macam apa itu, Earl? Sejak kau mengikatnya dalam pernikahan palsu ini, kau telah menyakitinya, brengsek.’
“Bukan apa-apa, aku hanya sangat bahagia, bisa memiliki waktu dan mengukir kenangan kita di sini, yang mungkin aku tidak akan bisa ke sini lagi dan memiliki momen yang sama bersamamu.” Alle tersenyum sendu, menghapus air mata yang jatuh tanpa dikomando.
“Apa yang kau katakan, jika kau ingin kembali berkunjung ke sini, tentu kita akan ke sini. Mommy dan Daddy pasti akan dengan senang hati mengijinkanmu.” Earl mengacak gemas rambut Alle, lalu menggenggam tangan wanita itu dan mengajaknya menuju Feri yang sudah siap membawa ke duanya menikmati indahnya pulau itu.
***
Raut wajah itu terlihat bahagia menikmati semilir angin yang menerpa wajahnya. Alle memejamkan matanya, berpegangan erat pada railing besi itu dan menikmati sejuknya suasana laut di pagi itu.
Lalu wanita itu membuka matanya, menatap jauh ke laut lepas di depannya, memikirkan banyak hal yang terjadi dalam dirinya, dan berterima kasih pada dirinya yang telah bertahan sejauh ini menghadapi pahit dan manis kehidupan.
Earl yang melihat punggung ringkih itu hanya bisa tersenyum miris, memikirkan setiap hal yang terjadi antara dirinya dan Alle, sahabat yang telah menemani lebih dari setengah hidupnya. Yang mungkin telah ia sakiti akan pernikahan ini.
‘Sudah seharusnya kau membahagiakan Alle, sudah cukup selama ini dia terluka, bagaimana kau disebut seorang sahabat jika kau sama dengan yang lain. Hanya bisa memberikan luka untuknya.’
‘Turuti semua kemauannya, seperti menjadi suami yang pengertian dan super perhatian untuknya, siapa tau kau jadi jatuh cinta padanya.’
‘Jangan bodoh. Kau hanya mencintai Vale, kau tidak lupa kan maksud dari pernikahan ini adalah untuk menyelamatkan hubunganmu dengan Vale?’
Earl mengerang frustasi dengan pikiran dan hatinya yang kembali berkonfrontasi, pria itu mendecak kesal, dan dengan langkah ringan mendekati Alle dan memeluk wanita itu dari belakang.
“Apa kau menyukainya, istriku?” Tanya Earl yang kini mencoba menjalani perannya sebagai suami yang baik.
Alle yang mendengar panggilan Earl lalu tersenyum, mengetahui maksud pria itu, dia tidak ingin memikirkan apapun lagi selain menikmati semua ini sekarang. Persetan dengan semua luka yang sedang ia tanam sendiri sekarang ini, meminta Earl bersandiwara menjadi suami yang mencintainya tentu akan membuat perasaannya semakin dalam, dan luka itu, Alle tidak ingin membayangkannya.
“Tentu saja, sangat indah di sini, Earl. Aku jatuh cinta dengan pulau ini.” Alle membalikkan badannya, mengalungkan tangannya pada leher Earl dan tersenyum manis, membuat Earl terpakut untuk sejenak, wajah Alle begitu dekat dengannya, bibirnya yang ranum dengan senyuman memikat membuatnya sekali lagi melihat sosok Alle yang lain.
Earl tersenyum, menyentuh wajah Alle, lalu terpaku dengan alat bantu dengar yang ada di telinga wanita itu, yang sudah jarang sekali ia lihat saat bersama wanita itu.
“Aku baru melihatnya lagi,” ungkap Earl jujur, menyentuh telinga Alle, membuat Alle ikut tersenyum, menarik tangan Earl dan menggenggamnya erat.
“Ehm, aku tidak ingin kehilangan banyak momen saat bersamamu,” ungkap Alle membuat Earl tersenyum.
“Aku tersanjung mendengarnya. Xa, bahkan jika kau akan tetap menggunakannya di depan orang lain, aku baik-baik saja, jangan merasa rendah diri apalagi karena kau mengkhawatirkan namaku, aku akan lebih sedih jika kau mengkhawatirkan aku tapi tidak memikirkan dirimu sendiri. ” Ungkap Earl membuat Alle tersenyum, pria itu tau apa yang ada di pikirannya tanpa perlu Alle menjelaskan.
“Aku akan mempertimbangkannya.” Alle tersenyum, lalu mendorong Earl untuk menjauh darinya.
“Snorkling sekarang?” Tany Earl membuat Alle mengangguk antusias, Earl yang melihatnya langsung mengacak gemas rambut Alle dan menarik wanita itu untuk mengikutinya.
Dengan lembut Earl membantu Alle memakai semua peralatan snorkling-nya, sesekali pria itu mengabadikan semua momen itu, wajha antusias Alle, senyum yang tidak pernah lepas dari bibir wanita itu, juga tatapan mata Alle untuknya yang membuat hatinya menghangat.
Earl mengabadikan semua itu dalam kameranya, lalu saat Alle telah selesai dengan pakaiannya, Earl menarik wanita itu mendekat, mengambil selfie beberapa kali sebelum turun ke laut.