Part 7 | Just You and Me

1035 Words
Wajah Alle yang berseri-seri saat menikmati sarapannya membuat Earl tersenyum, tidak ingin menyia-nyiakan momen itu, dia mengambil kamera miliknya dan memotret Alle yang terlihat begitu bahagia, menikmati sarapan dengan berlatar pantai dan matahari pagi yang cahayanya masih bersahabat. “Xa?” Panggil Earl membuat Alle mengalihkan tatapannya, menatap Earl dengan senyum bahagianya. “Ada apa? Aku ingin mengambil banyak gambar setelah ini, sore kita snorkling? Bagaimana?” Tanya Alle membuat Earl hanya mengangguk, mengiyakan apa yang diinginkan oleh Alle. “Hanya snorkling? Kau tidak ingin mencoba bermain jet sky bersamaku? Atau memancing hiu di laut?” Earl mendekatkan wajahnya, membuat raut wajah Alle berbinar seketika dengan penawaran Earl yang tidak ia pikirkan sebelumnya. “Okay. Setelah ini kita memancing hiu dan kau harus membawaku mengelilingi pantai ini dengan jet sky.” Alle reflek menggenggam erat tangan Earl, meminta pria itu berjanji untuk mengajaknya melakukan semua hal menyenangkan hari ini. “Hari ini adalah milikmu.” Earl balik menggenggam tangan Alle, membuat wanita itu bersyukur tiada henti. “Habiskan sarapanmu, Xa.” Sebuah dering pesan masuk membuat Alle menghentikan suapan terakhirnya Earl yang melihatnya hanya bisa mengernyitkan keningnya, membuat Alle tersenyum kikuk. “Axel menanyakan kabarku dan dirimu.” Ungkap Alle berbohong, mengetahui jika Jeremy lah yang mengiriminya pesan. -Berikanlah ponsel Earl padanya, biarkan dia membaca pesan yang dikirimkan Vale, aku yang mengiriminya pesan, dan aku yang memegang kendali penuh pada ponsel calon istriku.- Pesan dari Jeremy membuat Alle tersenyum senang, dia menatap Earl yang ternyata masih menatapnya, ada perasaan bersalah karena dia harus membohongi Earl, namun ini untuk kebaikan keduanya. Biarkan jika Earl mengetahuinya dan mungkin akan membencinya. Yang dia inginkan hanya mengukir kenangan indah untuk saat ini bersama Earl. “Jangan menunjukkan wajah khawatir seperti itu saat bersama istrimu. Kau seolah mengkhawatirkan selingkuhanmu walau pada kenyataannya memang seperti itu.” Alle terlihat merajuk, membuat Earl tersenyum kikuk, kenapa Alle begitu menghayati perannya menjadi seorang istri, haruskah dia juga melakukannya? ‘Ya Tuhan, Allexa, sejak kapan kau bisa menjadi seperti ini? Berperan seperti wanita polos yang tidak mengetahui apapun dan berusaha memonopoli seorang pria yang tengah mengkhawatirkan kekasihnya. Kekasih yang sangat dicintainya.’ ‘Good job, Allexa. Kau sudah melakukan hal yang baik, terus pertahankan dan teruslah memonopoli Earl, ikat pria itu dengan kesepakatan di antara kalian. Sebisa mungkin jauhkan Earl dari Vale dan cobalah rebut hatinya, jika pada akhirnya kau tetap gagal, dan harus pergi jauh dari pria itu, setidaknya kau pernah mencoba dan kau telah mengukir banyak kenangan indah bersama pria itu.’ “Bukan begitu, Xa. Aku hanya sedang mengkhawatirkan adikku.” Ungkapan Earl membuat Alle tersadar dari konfrontasi hatinya. Wanita itu hanya tersenyum tipis, melepaskan genggaman tangan Earl dan mengambil ponsel Earl dan mengembalikannya pada pria itu. “Kau bisa menghubunginya.” Alle tersenyum tipis, membuat Earl menatapnya bersalah. “Aku hanya akan mengatakan padanya jika aku akan menghabiskan waktu bersamamu seharian ini." Ungkap Earl meyakinkan, membuat Alle mengangguk dan tersenyum jika dia baik-baik saja dengan hal itu. Puluhan missed call juga pesan yang dikirimkan oleh Vale sejak semalam membuat Earl meringis sendiri, teringat jika semalam dia telah mengatakan akan menemani Vale di kamarnya sampai gadis itu terlelap, namun saat dirinya berkata ingin kembali untuk melihat keadaan Alle sebentar -yang memang letaknya berseberangan dengan cottage tempat di mana Vale menginap-, dia justru melupakan tujuannya saat melihat Alle terlihat tertawa lepas bersama Jeremy, orang kepercayaan keluarganya, membuatnya emosi dan melupakan Vale, memaksa Alle masuk dan memilih langsung tidur, melupakan janjinya pada Vale. Hingga pada pesan terakhir Vale setelah gadis itu mengungkapkan kemarahannya, Earl hanya bisa mengernyit bingung juga tidak percaya pada pesan yang Vale kirimkan, baru tadi pagi, sangat pagi, bahkan langit masih gelap. -Kau ke mana, Earl? Kau mengingkari janjimu?! Sejauh apa Alle menggodamu hingga kau tidak kembali ke sini untuk menemaniku?!- -Aku membencimu!- -Kau memang tidak pernah mencintaiku! Sekarang sangat terbukti!! Kau memang sengaja menikahi Alle karena ingin mengikat wanita itu seumur hidupmu kan?!- b******k! Kau menipuku.- -Aku sangat mencintaimu, Earl! Tapi nyatanya kau tidak pernah mencintaiku?! Iya kan?! Bahkan bertahun-tahun kita menjadi sepasang kekasih, kau selalu menolakku!! Kurang bukti apa lagi jika kau tidak mencintaiku!!- -Aku membencimu. Sungguh!- -Aku pergi! Percuma aku di sini, jika kau lagi dan lagi mengabaikanku hanya karena wanita sialan itu.- Pesan terakhir dari Earl membuat pria itu memejamkan matanya, untuk yang kesekian kalinya Vale marah karena kecemburuan wanita itu pada Alle. Seperti biasa. “Xa,” panggil Earl dengan raut khawatirnya, membuat Alle tersenyum sendu, tau apa yang pria itu takutkan dan tau apa yang akan selanjutnya dilakukan pria itu. “Baiklah, aku menunggumu di sini, temuilah Vale.” Ungkap Alle masih mempertahankan senyumnya, membuat Earl kembali dilanda rasa bersalah, namun sekali lagi, Vale yang pergi membuatnya khawatir setengah mati, Earl harus memastikannya. “Aku tidak akan lama, Xa.” Earl menggenggam tangannya dan meninggalkan Alla yang tertawa miris di tempatnya, menatap kepergian pria itu dengan senyum menyakitkan. Bahkan, saat dia telah merencanakan dan menjauhkan Vale dari pria itu, Vale tetap saja menjadi prioritas pria itu, sekali pun kini dirinyalah yang ada di depan pria itu. Kenyataan itu menamparnya begitu menyakitkan, jika Vale dan Earl, tidak semudah itu dapat dipisahkan, hubungan mereka sudah terlalu jauh dan terlalu dalam. Earl tiba di cottage milik Vale, pria itu tergesa-gesa membukanya, berteriak memanggil nama Vale dengan cemas, namun tidak ada suara wanita itu, cottage itu terasa sunyi, Earl memasuki ruang demi ruang namun hanya kehampaan yang menyambutnya, hingga dia tiba di bagian belakang cottage, dan mendapati seorang pria tengah membersihkan gazebo di taman belakang itu. “Di mana penghuni cottage ini?” “Cottage ini telah kosong, saya ada di sini sejak pukul enam pagi, dan tidak ada siapa pun.” Ungkap pria itu membuat Earl menghembuskan napasnya panjang. Sebuah pesan masuk membuat Earl langsung terkesiap, terlebih itu pesan dari Vale. -Nikmati saja honeymoon-mu, memang lebih baik aku pulang, sebelum mommy dan daddy curiga, dan mungkin kita tidak akan pernah bertemu lagi jika mereka mengetahuinya.- Pesan yang kembali dikirim oleh Vale membuat Earl mendesah panjang, membenarkan ucapan Vale. Mungkin dia bisa menyaingi bisnis ayahnya, tapi untuk urusan Vale, Earl akan angkat tangan dan memilih mundur, jika mereka sampai mengetahui hubungan gelap itu, Earl tidak tau apa yang akan terjadi pada dirinya dan Vale, dan mungkin memang sebaiknya Vale pulang.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD