Melviano tengah sibuk memeriksa laporan tentang beberapa restoran yang berada di bawah naungan perusahaannya. Berdecak saat menemukan beberapa di antaranya mengalami penurunan omzet. Tentu dia tak menyukainya karena dia selalu menargetkan omzet semua bisnisnya naik, atau setidaknya masih bertahan seperti di bulan sebelumnya. Dia sama sekali tak memalingkan tatapannya dari layar komputer sekali pun ada yang mengetuk pintu ruangannya. “Masuk!” Hanya teriakan itu yang dia berikan. Saat pintu akhirnya terbuka, sosok Bams muncul dari balik pintu. “Kebetulan kamu datang, aku baru saja ingin memanggilmu,” kata Melviano dengan nada tegas pada suaranya membuat Bams meneguk ludah karena mulai merasakan firasat buruk. “Ada apa, Pak?” tanya Bams setelah kini dirinya berdiri tepat di depan me