BAB 5 – Sarapan Yang Sama

1586 Words
Rumah yang besar dan hangat, itulah yang dirasakan kini oleh keluarga Andhini dan Reinald. Asri dan Andre tumbuh dan besar dengan baik dan juga saling menyayangi. Asri merasakan hidupnya kian sempurna. Ia tidak perlu berpisah dengan Andhini, tante sekaligus ibu sambung yang begitu baik dan menyayanginya. Ia juga tidak harus kehilangan Andre, adik terbaik dan satu-satunya untuk saat ini. Sabtu ini, Asri lebih banyak menghabiskan harinya di rumah dengan belajar, menonton, membaca buku dan juga bermain dengan Andre. Namun hari masih terlalu pagi, untuk mengajak Andre bermain. Pasalnya, bocah lelaki itu masih terlelap di dalam kamarnya yang bernuansa biru muda. Kamar Andre begitu mewah dan nyaman. Ranjangnya di pesan khsus dan dibuatkan mode karakter Boboiboy. Bocah empat tahun itu begitu menyukai karakter yang berasal dari negeri Jiran Malaysia itu. Karakter yang memiliki kekuatan super dari berbagai elemen bumi. Tidak hanya ranjang Andre yang di pesan khusus menyerupai karakter kegemarannya itu, kamar itu juga bernuansa boboiboy. Wallpaper, bola, bahkan isi kamar Andre dibuat mirip dengan isi kamar Boboiboy. Sementara Asri, yang sudah tumbuh menjadi gadis remaja yang cantik, yang sudah duduk di bangku kelas lima SD, memilih kamar bernuansa manis. Didomìnasi oleh warna pink lembut dan karakter awan yang manis. Ranjangnya adalah ranjang model biasa berukuran 180 x 200 cm, namun bermerk terkenal. Ranjang yang biasanya digunakan untuk hotel-hotel berbintang. Perabotan yang ditata sedemikian rupa dengan warna pink lembut kombinasi biru lembut, semakin membuat manis dan nyaman kamar itu. Kamar pribadinya adalah tempat ternyaman bagi Asri di tengah rumah berlantai dua itu. Kamar yang terletak di lantai dua dengan dinding kaca yang langsung menghadap ke taman belakang dan kolam renang. Sungguh, spot ternyaman untuk bersantai dan belajar. Asri masih asyik berselancar di dunia maya lewat laptop miliknya. Sesekali ia tertawa ringan setelah membaca pesan singkat dari teman-teman satu grupnya. Di tengah keasyikan Asri berselancar di dunia maya, ada sesuatu yang menarik perhatiannya. Ada sebuah akun f*******: yang menjadi rekomendasi pertemanan. Akun yang bernama “Aulia rindu mama” dengan foto profil sepasang mata yang tengah menangis. Seketika Asri tersentak melihat akun itu. Entah mengapa, gadis cantik itu menjadi tertarik dengan akun itu di tengah puluhan akun yang sudah meminta pertemanan dan juga rekomendasi pertemanan. Aulia meneliti akun itu, membaca setiap kata yang tertera di sana. Namun Asri harus kecewa, tidak ada satu pun petunjuk yang mengarah kepada seseorang yang juga tengah ia harapkan kehadirannya saat ini. Seseorang yang juga begitu ia rindukan. Terlebih seseorang itu begitu dirindukan oleh ibu sambungnya. Akun itu masih baru. Belum ada postingan apa pun di sana. Bahkan hanya ada satu foto profil saja yang ada di akun itu. Asri melihat akun itu mengatakan dirinya tinggal di kabupaten Berau Provinsi Kalimantan Timur. Ah ... tidak mungkin Aulia akan pindah sejauh itu. Tapi aku akan coba mengirim pesan, mudah-mudahan berbalas, batin Asri. Gadis itu pun menuju menu messenger untuk mengirim pesan kepada pemilik akun yang ia curigai. Hai ... Maaf, akun kamu masuk direkomendasi pertemananku. Apakah kamu Aulia Azzahra? Apakah kamu pernah tinggal di Bandung? Apakah nama mama kamu adalah Andhini? Asri meneka tombol “kirim”. Ia berharap pesan itu segera berbalas dan rasa penasarannya akan segera terobati. Namun, sudah menunggu lama, pesan itu belum berbalas juga. Hingga seseoang datang mengetuk pintu kamarnya, pesan itu masih belum berbalas. “Asri ... masih asyik main laptop? Ke bawah dulu yuks, kita sarapan dulu.” Andhini datang dan masuk ke dalam kamar putri sambungnya. “Mama ....” Asri sedikit jengah. Begitu inginnya ia menceritakan apa yang baru saja ia lihat di akun facebooknya, namun tiba-tiba ia urungkan, sebab Asri tidak mau membuat Andhini bersedih dan berharap. “Ada apa, Sayang ... sepertinya Asri ingin mengatakan sesuatu kepada mama.” “Hhmm ... tidak jadi, Ma.” “Mengapa tidak jadi? Ada masalah, Sayang?” “Tidak, Asri hanya kangen ingin tidur bersama mama dan papa, apakah boleh?” “Hhmm ... benarkah?” “Iya, itu juga kalau boleh. Sekalian kita jalan-jalan, nginap di hotel, tapi ambil kamarnya satu saja dan ambil ranjang yang besar agar kita bisa tidur bersama dalam satu ranjang, hehehe.” Andhini membelai lembut puncak kepala Asri. Menciuminya dengan sangat sayang. Lalu memeluk hangat gadis yang sudah remaja itu. “Nanti mama akan bicarakan sama papa, mudah-mudahan papa tidak sedang sibuk. Memangnya Asri ingin jalan-jalan ke mana?” “Ke Kalimantan, kabupaten Berau.” “Apa? Mengapa Asri pilih ke sana? Memangnya apa yang istimewa di sana?” “Nggak tahu, Asri pengen ke sana saja.” “Bagaimana kalau ke tempat lain yang lebih keren? Bali, misalnya? Atau sekalian ke Singapur atau Jepang?” “Asri nggak tertarik jalan-jalan ke luar negeri, Ma. Lagi pula, jalan-jalan ke luar negeri biayanya sangat besar. Asri ingin jalan-jalan di Indonesia saja.” “Kalau begitu kenapa nggak ke Pontianak saja, tempatnya om Agung? Di sana destinasi wisatanya juga bagus.” “Aku maunya ke Berau, Ma.” “Okay, nanti mama akan bicarakan dengan papa. Mudah-mudahan papa setuju ya, Sayang.” “Iya, Ma. Terima kasih.” “Ya sudah, kalau begitu kita turun dulu ya. Sarapan sudah siap, mama baru saja membuat nasi goreng seafood kesukaan Asri dan juga Andre.” “Memangnya Andre sudah bangun?” “Sudah, sudah mandi juga. Tadi mandi sama kak Jihan.” “Ya sudah, ayo kita ke bawah. Asri juga kangen main sama Andre, sekalian nanti berenang di kolam.” “Iya ... ayo kita sarapan dulu ya.” Asri membiarkan laptopnya menyala di atas ranjang. Ia pun segera turun ke lantai satu bersama Andhini. Tidak sabar ingin menikmati nasi goreng dengan campuran udang, cumi dan sosis buatan tangan bibi sekaligus ibu sambung yang begitu ia cintai. Sejenak, Asri bisa melupakan akun yang sudah membuatnya berpikir bahwa itu adalah Aulia. Kehangatan ruang makan dan kasih sayang yang berlimpah dari orang-orang sekitar, membuat Asri begitu nyaman. - - - - - Kabupaten Berau, Kalimantan Timur. Aulia tengah sibuk mempersiapkan sarapan untuk dirinya dan keluarganya. Aulia memang mandiri. Di usianya yang baru menginjak sebelas tahun, ia sudah bisa membuat sarapan sendiri. Itu karena Azizah sibuk dengan pekerjaan rumah dan juga sibuk mengurus toko yang ada di depan rumah mereka. Pagi ini, Aulia memasak sendiri nasi goreng seafood. Ia memasukkan potongan udang, cumi dan juga sosis ke dalam nais gorengnya. Tidak lupa, ia juga menyiapkan telur mata sapi, kerupuk merah, kerukuk udang, timun, tomat serta daun selada untuk toping nasi gorengnya. “Masyaa Allah ... wangi sekali. Anak gadis papa memang pintar memasak.” Soni menghampiri putrinya yang tengah menyusun makanannya di atas meja makan. Pria itu membelai lembut puncak kepala Aulia serta mengecupnya pelan. “Iya, Pa. Ibu tengah sibuk menjemur pakaian. “ Aulia tersenyum ringan. “Terima kasih ya, Nak. Papa bangga sama Aulia.” “Terima kasih, Pa.” Tiba-tiba Azizah masuk ke ruang makan. Ia masuk dari belakang seraya membawa sebuah baskom berukuran besar. “Hhmm ... Masyaa Allah baunya enak sekali. Aulia masak apa, Sayang?” “Masak nasi goreng, Bu. Kebetulan di kulkas ada udang, cumi dan juga sosis, jadi Aulia campur semua. Mama dulu juga suka bikin nasi goreng seafood seperti ini.” Aulia tersenyum lebar. Warna muka Soni tiba-tiba berubah ketika mendengar Aulia kembali mengungkit masalah mamanya. Di dalam hatinya, masih tersimpan rasa kecewa dan sakit hati terhadap Andhini. Ia masih belum bisa melupakan sepenuhnya pengkhianatan yang sudah dilakukan oleh mantan istrinya itu. “Papa ... maafkan Aulia.” Aulia seketika menunduk dan memutar tubuhnya seratus delapan puluh derajat. Kini, posisi Aulia membelakangi Soni. Gadis itu tidak mampu menahan tetesan bening yang sudah keluar dari ke dua netranya. Ia paham dengan perasaan ayahnya. Akan tetapi, sesekali, Aulia juga ingin dipahami. Ia ingin Soni juga mengerti dengan perasaannya yang begitu tersiksa selama bertahun-tahun. Aulia memiliki rasa rindu yang memuncak untuk ibu kandungnya. Ibu yang selalu mendekapnya. Ibu yang selalu ada untuknya. Ibu yang selalu mencurahkan semua kasih sayang kepadanya. Ibu yang selalu meluangkan setiap waktunya untuk Aulia. Andhini, adalah wanita terhebat yang ada di dalam hati Aulia. Perlahan-lahan, seiring dengan kedewasaan usia dan pola pikir Aulia, gadis itu mulai paham permasalahan apa yang sudah menimpa ayah dan ibunya. Namun, sebesar apa pun kesalahan ibunya terhadap ayahnya, ia merasa tidak pantas dipisahkan dari Andhini. Andini selama ini tidak pernah menelantarkan Aulia. Andhini selama ini tidak pernah mencontohkan hal yang buruk kepada Aulia. Terus mengapa Aulia harus menanggung siksa? Aulia menyeka air matanya. Ia tidak ingin Soni melihatnya menangis dan sedih. Ia tidak ingin membuat ayah yang begitu ia cintai, kecewa. Aulia percaya akan adanya keajaiban dari Tuhan. Aulia percaya mukjizat itu ada. Azizah melihat gurat yang tidak biasa dari wajah putri sambungnya. Ia sedih dan juga ikut terluka. Namun Azizah tidak bisa berbuata apa-apa. Soni adalah suaminya, Soni memiliki alasan tersendiri mengapa dirinya berbuat demikian terhadap Aulia. Azizah hanya bisa mencoba memahami. Namun, Aulia juga tidak salah. Wajar saja gadis itu begitu merindukan ibunya. Ibu yang sudah mengandung, melahirkan, menyusui dan memberikan segenap hidupnya untuk Aulia. Wajar jika Aulia juga terluka. === ====== Man teman yang baik, maaf ya ... Bulan ini jadwal yang sudah aku atur sedemikian rupa harus ambyar, hehehe ... Qadarullahu, teman-teman yang berteman denganku di f*******:, pasti tahu apa alasannya. Mudah-mudahan mulai bulan depan semua bisa normal kembali. Agar teman-teman gak diPHP-in terus, aku akan bagi jadwal update BHT ya ... Untuk BHT, teman-teman cek saja setiap Sabtu dan Minggu jam 6 pagi. Mulai bulan depan aku akan usahakan 2 bab sehari. Namun untuk bulan ini, kemungkinan satu bab dulu ya, sebab aku mau ngejar EYES dulu. Mohon pengertiannya ... Salam sayang untuk semuanya, KISS ...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD