Part 5

990 Words
"Bara. Kok diem aja sih." Gadis berambut kecoklatan itu menghampiri Bara yang terlihat pura-pura tidak melihatnya. Ia sampai harus menggamit lengan Bara sampai pria itu menatapnya balik. "Kenapa sih? Nggak kangen apa sama aku? Aku baru pulang dari Bali loh. Habis nyari inspirasi." Bara mau tak mau jadi menatap Anne juga, ya Anne. Anne Aulia, penulis bestseller dengan buku pertamanya berjudul Aku Jatuh (Cinta). Penulis yang sekaligus membuat nama perusahaannya naik. Namun juga sering membuat Bara sakit kepala dengan segala permintaannya. Termasuk soal gadis itu yang maunya nulis di kantornya terus dengan alasan kantornya yang nyaman dan dia berhak menulis disana karena dia juga bagian dari perusahaannya. Bara tidak mempermasalahkan penulisnya mau menulis dimana pun. Tapi kehadiran Anne seringkali mengganggunta. Gadis itu suka mengajak Bara makan siang bersama atau pergi setelah jam kantor selesai. Bara sebenarnya enggan tapi terkadang Anne suka marah, dan marahnya gadis itu adalah tidak mau melanjutkan tulisannya yang sudah dekat dengan deadline. Bara bisa saja memecatnya atau membatalkan kontraknya, tapi kan sayang. Anne penulis terkenal dan otomatis memiliki banyak pembaca yang membeli novelnya. Mau tidak mau pemasukan dari para pembaca Anne sangatlah menjadi penentu perusahaan Bara. Penulis lain memang banyak di perusahaan Bara tapi pembaca yang royal kebanyakan dari pembaca Anne. Jadilah Bara harus berbaik hati pada Anne agar dia mau terus menerbitkan karyanya di perusahaannya. Walau ia sering makan hati dengan kelakuan gadis itu. "Oh kamu baru pulang." Bara membalas sekenanya sembari tersenyum canggung. Anne mengangguk sambil tersenyum sok manis. "Besok aku bawain oleh-oleh ya. Kebetulan aku beli banyak banget." Ia terlihat sangat senang bertemu Bara tanpa sengaja. Tadinya ia pikir, ia harus menunggu sampai besok agar bisa bertemu pria idamannya. Tapi sepertinya Tuhan sangat baik padanya sehingga mempertemukannya dengan Bara saat ini juga. "Iya deh. Makasih ya." "Kamu ke sini sama siapa? Lagi ngapain? Belanja ya? Tumben banget. Setiap aku ajak belanja aja kamu nggak mau terus." Anne malah mengerucutkan bibirnya. Niatnya mungkin kelihatan imut, tapi di mata Bara malah amit. "Sama temen. Sekretaris baru di kantorku." Bara menjawab sekenanya lalu mencari-cari keberadaan Camila. Ternyata gadis itu sedang berada di bagian rok wanita. Sekilas Camila melihat ke arahnya. Bara langsung mengayunkan tangannya agar gadis itu segera ke sini dan menyelamatkannya. Anne mengerutkan keningnya saat melihat Bara melambaikan tangannya pada seorang wanita asing yang belum pernah ia lihat sebelumnya. Apalagi ketika wanita itu mendekat, Anne memperhatikannya lekat-lekat. Dan tadi apa kata Bara? Sekretaris baru di kantor? Kenapa ia tidak tahu? "Ini sekretaris baru aku. Namanya Camila. Camila, ini Anne Aulia. Penulis best seller yang selalu menaikkan rating penerbitan kita," ucap Bara memperkenalkan dengan sopan. "Wah! Anne Aulia? Saya nggak nyangka bisa ketemu sama anda," ucap Camila yang mengulurkan tangannya lebih dulu dengan antusias tapi Anne menanggapinya dengan enggan. Membuat hati Camila jadi tidak enak. Benarkah ini penulis best seller yang terkenal ramah di sosial media itu? Tapi kok jutek banget dan sombong begini. Beda banget sama di setiap foto dan story-nya. "Anne," balas Anne singkat dengan senyum yang kecil. Saking kecilnya jadi terlihat seperti bukan senyuman. "Dia lulusan apa? Kok bisa jadi sekretaris kamu? Yakin sama kinerjanya?" cecarnya langsung sembari menatap ke arah Bara. "Eh?" Bara agak kaget dengan pertanyaan bertubi-tubi itu. "Yakin kok. Dia rekomendasi dari pak Gio di cabang Malang. Camila ini udah kerja disana lebih dari lima tahun. Bahkan disana dia udah jadi SPV." Camila merasa pipinya memanas saat mendengar Bara bercerita soal dirinya. Walau itu sudah hal biasa yang atasan katakan soal bawahan yang akan bekerja dengannya, tapi entah kenapa ia merasa senang. Apalagi hal itu untuk menjawab pertanyaan dari Anne yang sepertinya terlihat tidak suka dengannya. Anne menatap Camila dari atas ke bawah dengan menilai-nilai. "Oh. Dari kampung," balasnya tajam. Camila membulatkan matanya tak percaya. "Kampung?" Ia hampir saja tersulut emosi jika saja Bara tidak segera memegang lengannya seakan menahannya agar tidak semakin emosi. "Sudahlah. Kamu sepertinya ada kepentingan lain sampai berada di tempat ini dalam cuaca yang sedang tidak baik. Jadi bisakah kami melanjutkan kegiatan kami sekarang?" tanya Bara dengan nada sesopan mungkin. Anne mendelik tajam ke arah Camila lagi. Tapi Camila tak mau kalah, ia balas menatap tajam gadis angkuh itu. "Iya sih. Aku lagi cari baju untuk acara temu fans. Acaranya sudah siap kan? Kapan undangan digitalnya dikirim ke emailku? Aku mau segera upload di Stagramku." "Akan segera Camila kirim besok siang," ucap Bara lagi yang dibalas oleh anggukan dari Anne. "Jangan sampai telat loh. Kamu nggak tahu sepenting apa undangan itu. Pembaca saya udah nungguin banget," ucap Anne pada Camila kemudian gadis itu berlalu begitu saja dengan langkah yang lagi-lagi terlihat angkuh. "Dia beneran Anne Aulia?" tanya Camila yang masih tak percaya. "Sayangnya, iya." Bara mengedikkan bahunya. Menyadari ada hal yang tidak akan beres antara sekretaris dan penulisnya. "Kenapa bisa sesombong itu sih? Apa karena dia udah terkenal banget? Padahal belum apa-apa dibanding Tere Liye." Camila mencebikkan bibirnya dengan kesal. "Ya, mau gimana lagi. Dia satu-satunya penulis dengan income cetak yang besar. Dalam sebulan kita bisa cetak ribuan eksemplar untuk buku dia doang." Camila mendengus kesal. Iya mengakui kehebatan Anne soal menaikkan income perusahaan karena sebelumnya ia memegang data keuangan yang masuk ke dalam perusahaan cabang kota Malang. Dan pendapatan dari buku Anne sendiri bisa ratusan juta sendiri. Satu judul saja bisa meraup keuntungan puluhan juta. Royalti yang Anne terima pun cukup besar. Suatu pencapaian yang belum pernah Camila rasakan selain dari gaji pokoknya selama ini. Tapi jika penulisnya sesombong itu, yakin masih ada yang mau beli bukunya? Eh tapi kan di depan para fansnya, Anne sangatlah manis dan terkesan manja. Jelas mereka sudah tertipu. "Doakan saja biar kita dapat penulis lain yang lebih baik dari event yang baru dibuat bulan lalu. Kan sekarang sedang penilaian. Semoga ada bibit unggul yang baru di penerbitan ini," ucap Bara seakan tahu ketidaksukaan Camila pada Anne. Ia pun begitu. "Oh iya. Lagi ada event ya. Semoga aja deh. Aku yakin banyak penulis yang jauh lebih baik hanya kita belum menemukannya saja," ucap Camila dengan percaya diri. Bara mengangguk lalu mengajak Camila untuk segera menyelesaikan belanjaannya dan makan malam di restoran. Kali ini ia yang akan mentraktir gadis itu. Anggap saja seperti makan malam penyambutan Camila di kos-kosan miliknya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD