“Tolong jangan pergi ... jangan tinggalin aku ...”“Jangan tinggalin aku ... Risa.” Deg! Hatiku pun terasa perih dan ngilu mendengar Mas Zaidan menyebut nama Mbak Risa. Salahkah aku cemburu terhadap orang yang sudah meninggal? Huh, entahlah. Aku melepaskan pelukannya perlahan dari tubuhku. Lalu aku memegang dahinya, pantas saja. Suhu tubuhnya memang agak sedikit hangat. Aku bangun kemudian merapikan selimut di tubuh Mas Zaidan. Aku mengompresnya dengan air hangat agar demamnya cepat turun. Setelah beberapa kali mengganti kompresan, aku pun lelah dan tertidur sambil terduduk. === Aku terbangun mendengar suara alarm di handphoneku. Aku terbangun tepat ketika waktunya shalat subuh. Aku pun memegang dahi Mas Zaidan untuk memastikan kondisinya. Alhamdulillah, demamnya sudah mulai reda. Ak