21: Ayah

1292 Words
Setelah berhasil mengucapkan kalimat yang membuat Melati tertegun di tempatnya berdiri tersebut, Richard kembali masuk ke dalam kamarnya lalu dengan sangat kencang ia membanting pintu kamarnya kuat-kuat. Kepalanya masih sangat berat karena pengaruh alkohol yang kuat tapi ia tersadar karena mendengar keributan antara Daniel dan Melati di luar kamarnya. Ia sudah memendam rasa kesalnya kepada Melati kala ia mengetahui bahwa Ibu tirinya itu menyewa detektif swasta hanya untuk menyelidiki status masa lalu Mia. Richard benar-benar gusar dan kepalanya masih pusing. Pernikahannya seminggu lagi dengan Mia tapi entah mengapa ia tak merasakan kebahagiaan yang sebenarnya padahal ia tahu kalau Mia sampai merelakan karir masa depannya untuk menikah dengannya. Dengan kepala yang terasa berat karena pengaruh alkohol dan juga lelah yang mendera tapi tak ada keinginan untuk tidur, Richard memutuskan berjalan ke arah balkon kamarnya dan menghirup udara dini hari dalam-dalam. Ia menengadah ke langit dan sialnya wajah Yura yang terlukis di sana bukannya Mia. Aku akan tetap menikahimu, Mia. Setelah menggumamkan kata tersebut, Richard memutuskan kembali masuk ke dalam kamarnya dan tidur. Ia harus bangun pagi besok  karena ada rapat dewan direksi dan perkenalan general manager yang baru di perusahaannya. *** Ponsel Mia berdenting satu kali dan ia yang hanya duduk di tepi tempat tidur menoleh dengan perasaan yang sangat enggan. Semalaman ia memikirkan ucapan Melati kepadanya. Ia takut kalau Richard benar-benar tahu siapa Ayahnya dan kenapa Ayahnya masuk dalam kategori tersangka pembunuhan. Dengan malas,  Mia meraih ponselnya dan membaca pesan masuk dari orang yang sangat ingin ia hindari di dunia ini. Ayah perlu uang. Gak banyak, hanya sepuluh juta. Kirimkan sekarang karena kalau tidak aku akan bilang ke calon suamimu kamu menelantarkan Ayahmu yang seorang pembunuh. Mia sudah muak dengan sikap Ayahnya itu yang selalu meminta uang kepadanya. Kita bertemu, katakan dimana lokasi Ayah berada. Pesan itu terkirim dan langsung dibalas beberapa detik kemudian. Tidak. Aku tak ingin bertemu denganmu. Kirimkan saja uangnya. Mia hanya tak tahu bahwa orang yang telah memerasnya selama ini bukanlah Ayahnya melainkan orang lain yang terus membersamai Ayahnya. Mau tak mau Mia akhirnya mengirimi Ayahnya uang setelah melihat kondisi Ayahnya dalam foto yang baru saja dikirim lengkap dengan nasi campur yang dimakannya. Maafkan Ayah, nanti uangnya akan Ayah kembalikan jika Ayah sudah tak terlilit hutang lagi. Mia tak membalas pesan terakhir dari Ayahnya tersebut. Percuma saja, hanya membuat hatinya terluka. Bel apartemennya berbunyi kemudian dan dengan rasa malas ia beranjak dari posisinya lalu berjalan ke arah pintu masuk apartemennya. Ketika membuka pintu, ia terkejut mendapati Richard berada di sana. "Sayang? Sepagi ini ada apa?" tanya Mia heran. Ia bahkan belum mandi saat Richard sudah datang ke apartemennya.  Richard menunjukkan kantong makanan yang dibawanya di hadapan Richard, Mia tersenyum manis mendapati perhatian kecil dari Richard tersebut, lalu ia membuka pintunya lebar-lebar. Richard masuk ke dalam apartemen Mia dan langsung menuju dapur untuk mengambil dua mangkok dan menuangkan bubur ayam kesukaan Mia di atasnya. Ia memberikan satu mangkuk kepada Mia dan Mia menerimanya dengan sangat senang. "Enak." kata Mia sembari terus menyuapi mulutnya sendiri. Ia bahagia karena Richard memberinya kejutan pagi-pagi seperti sekarang ini. Perlahan, Richard mengarahkan tangannya untuk meraih tangan Mia "Maafkan aku jika selama ini aku sering bersikap dingin padamu. Aku akan berusaha lebih baik." kata Richard dengan tatapan yang begitu dalam. Ada getaran di dalam d**a Mia yang meronta-ronta ingin keluar, sebuah kisah yang ingin ia bagi dengan Richard tapi ia selalu tak punya keberanian untuk itu. Mia terus merasa bersalah kepada Richard karena ia hanya mengenalkan Richard pada Paman dan Bibinya yang ia sebut sebagai orang tuanya. Masa lalu kelam yang dimiliki oleh Mia membuatnya benar-benar minder bersanding dengan Richard. Ia selalu bersyukur Paman dan Bibinya mengangkatnya sebagai anak sejak insiden itu, membiayainya sekolah dan memberinya jalan lebar untuk meraih mimpinya menjadi model. Kediaman Mia itu membuat Richard berpikir keras tentang sikapnya. Ia takut Mia tak bersedia menerima permintaan maafnya. Mia yang duduk berseberangan di hadapan Richard beranjak dari tempatnya dan berjalan memutar ke mana Richard berada. Ia memeluk Richard dari belakang. "Tak perlu minta maaf. Aku tahu kalau pekerjaanmu banyak ditambah kondisi Papa yang masih belum membaik." kata Mia dengan tulus. Richard menutup matanya. Ia heran dengan dirinya sendiri kenapa ia bisa memikirkan Yura saat ini? Kenapa bukan Mia yang terlihat sangat serius dan tulus kepadanya? Kenapa? Kenapa? Apa karena ia dulu bersikap sekenanya sendiri dengan memutuskan Yura? "Aku mau jujur padamu." kata Richard pada Mia. Mia merenggangkan pelukannya saat Richard bergerak menghadap ke arahnya. "Aku ingin kita saling jujur dengan apa yang ada dalam hidup kita." kata Richard. Deg. Mia menatap Richard dengan gusar, jujur ia tak sanggup mengungkap jati dirinya di masa lalu yang sangat kelam. Ia kini merasakan wajahnya terasa panas karena sorot mata tajam Richard yang memandangnya. Padahal meski Mia tak memberitahu soal masa lalunya, Richard sudah tahu dan tak ambil pusing dengan kehidupan masa lalunya. Yang ada di otak Richard sekarang ini adalah bagaimana caranya agar dia bisa menata masa depan yang baik dengan Mia. "Mau bicara apa?" tanya Mia dengan raut wajah gugup dan takut. Ia benar-benar takut sekarang ini. Takut Richard menanyakan soal masa lalunya. Bahkan tangan Mia sudah dingin dan basah, itu sebabnya ia melepaskan tangan Richard yang memegang tangannya dan berpura-pura mengupas buah sembari menatap Richard dengan hati-hati. "Aku mungkin masih jatuh cinta dengan mantan kekasihku hingga sekarang. Aku hanya butuh waktu sedikit lagi untuk menghilangkan rasa ini." kata Richard yang seketika membuat Mia berhenti mengupas  mangganya.  Mia kira Richard akan menyindirnya, nyatanya enggak sama sekali. Mia bahkan menoleh dengan raut wajah yang keheranan ketika Richard mengatakan 'Mungkin ia masih mencintai mantan kekasihnya.' Richard menatapnya dengan begitu dalam, ia kini benar-benar sedang berusaha meyakinkan Mia. "Siapa perempuan itu?" tanya Mia serta merta. Hal yang ditakuti oleh Richard akhirnya terjadi juga. Mia menanyakan soal perempuan itu yang langsung membuatnya terdiam dan bingung. "Apa aku mengenalnya?" kejar Mia kembali bertanya. Richard semakin gusar. Ia sungguh tak ingin bibirnya mengucapkan nama Yura saat ini. Ia sungguh-sungguh tak ingin hal itu terjadi. Ketika hanya keheningan diantara mereka terjadi, bel apartemen Mia berbunyi yang membuat keduanya tersentak kaget. Mia menatap Richard sejenak lalu ia memutuskan membuka pintu apartemennya dan dengan kaget ka melihat sang Ayah dan rekannya ada di luar apartemennya. Mia tak mengerti sama sekali bagaimana bisa Ayahnya menemukannya seperti sekarang ini? Mia buru-buru menutup pintu apartemennya, takut kalau-kalau Richard tahu soal Ayahnya. "Ayah! Kenapa Ayah di sini?" tanya Mia panik dan bingung. "Ini. Ayah bawakan makanan untukmu." kata Ayah Mia padanya seraya memberikan bungkus makanan tersebut. Mia menerimanya cepat-cepat. "Ayah. Pergilah. Aku mohon." kata Mia memohon dengan penuh harap. "Kenapa? Bukankah kita baru saja bertemu? Apa kau tidak mau mengijinkanku masuk terlebih dahulu?" tanya sang Ayah. Mia bingung. "Tidak sekarang. Aku ada tamu penting di dalam. Nanti aku hubungi Ayah lagi." "Tapi.... " "Tolonglah, Ayah." pinta Mia dengan sangat. Rekan Ayahnya yang berdiri dj samping Ayahnya sangat tahu siapa yang ada di dalam apartemen Mia saat ini. Ia hanya tersenyum kecil penuh kesenangan melihat drama unik ini. "Baiklah." kata sang Ayah dengan terpaksa sembari berbalik dan pergi pelan-pelan. Mia sebenarnya juga tak tega tapi ada Richard di dalam kamarnya hingga ia benar-benar tak memiliki keberanian untuk membawa Ayahnya masuk meski ia sedang sangat merindukannya juga. Bungkus makanan kecil yang ada di tangan Mia itu kini yang membuatnya bingung mau di taruh di mana makanan tersebut sedangkan Richard masih di dalam apartemennya. Ketika Mia melihat sang Ayah berbelok di ujung lorong, ia gegas menuju tempat sampah di depannya dan membuang makanan dari Ayahnya tersebut lalu buru-buru masuk ke dalam apartemennya. Kejadian membuang makanan yang diberkam oleh Ayahnya kepada Mia itu tanpa sengaja diketahui oleh Ayah Mia saat beliau berniat kembali untuk memberikan air mineral yang tertinggal di kantong plastik lain.  Hati sang Ayah terluka melihat Mia melakukan hal tersebut. Dengan wajah tertunduk, ia berbalik dan berjalan pergi perlahab 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD