"Mama ... Mama kayaknya salah paham, deh. " kata Yura tiba-tiba ke Mamanya yang sedang sangat nyaman menyantap berbagai hidangan lezat di depan matanya. "Aku dan Richard hanya berteman." kata Yura menjelaskan dengan sangat lembut dan pelan. Sang Mama mendongakkan wajahnya dan menatap lekat ke arah putrinya dan pemuda di sebelahnya secara bergantian.
"Kalian ini bisa aja, dari mata kalian aja masih ada rasa sayang gitu, kok ngaku-ngaku nggak sayang." kata Mama Yura memerhatikan dengan seksama.
"Itu dulu, Ma." kata Yura menjelaskan dengan penekanan agar Mamanya tak terus-terusan berpikir bahwa dirinya dan Richard masih bisa berhubungan.
"Ya udah deh, terserah kalian mau backstreet sampai kapan. Tapi, Mama yakin kalian pasti,
"Permisi, teh manisnya." kata seorang pelayan yang tiba-tiba datang memotong ucapan Mama Yura. Tak berselang lama setelah teh manis itu diletakkan di atas meja, ponsel Richard berdering dan sebelum ia mengangkat ponsel dari orang yang sangat ia percaya mencari keberadaan Mia, ia berdiri dan berjalan agak menjauh dari Yura dan Mamanya.
Setelah dirasa cukup jauh dari jangkauan pendengaran Yura dan Mamanya, Richard segera mengangkat ponselnya lalu menempelkannya ke telinganya.
"Ya?" jawab Richard di telepon sembari matanya masih mengawasi Yura dan Mamanya yang sedang berbicara satu sama lain.
"Maaf tuan, saya mengganggu waktu anda bekerja. Saya punya informasi tentang keberadaan tunangan anda." kata lelaki di seberang telepon.
"Katakan dengan segera." jawab Richard memberikan titah kepada bawahannya tersebut.
"Maaf jika kabarnya kurang mengenakkan, tuan." kata pria diseberang lagi. Alis Richard naik satu, pertanda bahwa ia merasakan keanehan dari detektif sewaannya. "Nona Mia kemungkinan besar sekarang sudah berada dalam pesawat menuju London. Maaf, karena keterbatasan akses makanya anak buah saya baru memberi kabar setengah jam yang lalu. Anak buah saya menemukan Nona Mia bersama pria muda menginap dalam satu kamar di hotel, di Bali. Penerbangan Nona Mia juga dari Bandara Ngurah Rai, Bali." kata lelaki di seberang. Mendengar penjelasan detektifnya, hati Richard seolah diremas sangat kuat saat ini. Pertanyaan kenapa Mia ke London, siapa pria yang tidur di kamar hotel yang sama dengannya, serta kenapa ia tiba-tiba berada di Bali, membuat otak Richard berpikir keras. Richard memegang kepalanya yang terasa berat, sudah dua hari ia tak tidur sama sekali, selain kepalanya terasa sangat berat memikirkan Mia, ia juga sedang memikirkan proyek pembangunan cabang perusahaannya di luar kota yang kabarnya tanahnya menjadi sengketa, karena ada pihak lain yang mengaku memiliki sertifikat hak tanah yang sama dengan yang telah ia beli. Ini pasti karena Mafia tanah. Richard masih memegang ponsel dengan tangan kirinya sembari ia akhirnya memutuskan untuk duduk di buk dekat taman mungil. "Tuan, anda masih di sana?" tanya lelaki itu pelan dan takut kalau-kalau tuannya telah pergi meninggalkannya di seberang telepon seorang diri.
"Iya. Apa Mia pergi ke London dengan pria yang bersamanya di Bali?" tanya Richard.
"Saya mohon maaf tuan menyampaikan ini, tapi informan saya menemukan keduanya memang melakukan check-in bersama di Bandara." kata lelaki itu. "Maaf jika saya dan tim tak bisa mencegah kepergian Nona Mia."
"Aku memang tidak memerintahkanmu untuk menampakkan diri di hadapannya atau mencegahnya kemanapun ia pergi. Apa kau tahu siapa pria itu?" tanya Richard sekali lagi. Richard berharap pria yang bersama dengan Mia bukanlah selingkuhannya, melainkan rekan kerjanya.
"Pria yang bersama dengan Nona Mia adalah mantan pacarnya saat Nona Mia berkuliah dulu, Tuan." jawab lelaki itu dengan sangat hati-hati. Mendengar hal itu, Richard mengepalkan tangan kirinya karena kesal.
"Kau punya bukti?"
"Punya, Tuan, kami mengambil potret mereka saat masuk dan keluar kamar hotel, juga saat check-in di Bandara." kata lelaki di seberang.
"Bagaimana kau bisa tahu kalau lelaki itu mantan Mia saat Mia kuliah dulu?" tanya Richard.
"Saya telah menyelidiki seluruh orang terdekatnya sampai sepuluh tahun terakhir, tuan." jawab detektif itu profesional. Richard memejamkan matanya menyadari fakta kelam ini. "Apa saya harus mengikutinya ke luar negeri, tuan?" tanya detektif Richard.
"Ikuti. Bila perlu beritahu aku alamat Mia di London juga nomer teleponnya yang aktif. Masalah ini harus selesai."
"Baik, Tuan, tapi mohon maaf jika informasi selanjutnya akan lebih lama karena estimasi perjalan ke London juga. Itu berarti ...."
"Laksanakan saja. Aku sudah tak peduli dengan pernikahanku." kata Richard seolah paham apa yang dipikirkan oleh detektifnya tersebut.
"Baik, tuan." jawab detektif tersebut seraya mematikan ponselnya kemudian. Ia tahu kalau tuannya akan melangsungkan pernikahan tiga hari lagi, sedangkan calon pengantin perempuannya pergi meninggalkannya dengan lelaki lain, bahkan pergi ke luar negeri. Detektif itu merasa iba kepada majikannya. Tak pernah ia bayangkan sama sekali bahwa majikannya yang nyaris sempurna itu juga mengalami kisah cinta tragis. Ditinggalkan kekasih menjelang hari pernikahan. Bagaimana jika undangan pernikahan telah menyebar? Seperti media bisnis yang juga berhasil meliput diam-diam rencana pernikahan Richard yang sangat rahasia.
Richard yang masih lemas duduk di luar, memutuskan untuk masuk ke dalam restaurant kembali dengan wajahnya yang terlihat semakin lesu. Yura tanpa sengaja menoleh ke arah Richard yang sedang berjalan ke arahnya dan sang Mama. Melihat Richard yang lesu, Yura sadar kalau sesuatu telah terjadi pada pria itu.
Richard memaksakan dirinya tersenyum dan makan secepatanya di piringnya. Sedang Yura berusaha mengalihkan pandangan sang Mama dari Richard, ia tak ingin sang Mama mengusiknya kali ini.
"Aduh, Yura lupa! Yura ada janji dengan klien wedding setengah jam lagi. Setelah ini Yura antar Mama pulang, ya, maaf gak bisa bantuin Mama beres-beres rumah. Richard juga ada meeting jam sembilan." kata Yura seraya menatap Richard. Merasa namanya dipanggil dan alasan Yura yang aneh itu, Richard menoleh ke arah Yura dan gadis itu mengirimkan signal ke arahnya agar ia menurut saja dengan apa yang baru saja ia katakan.
"Maaf ya, tante, tapi tadi saya sudah hubungi asisten rumah tangga saya. Saya sudah minta beliau untuk datang ke rumah tante dan membanti tante membereskan rumah." kata Richard sopan. Kali ini tak hanya Mama Yura saja yang kaget mendengar penuturan Richard barusan, tapi juga Yura yang tak habis pikir dengan ucapan Richard tersebut.
"Seharusnya gak perlu repot begitu, Nak Richard." kata perempuan paruh baya tersebut yang sungguh tersentuh dengan kebaikan hati Richard. Richard tersenyum penuh kebaikan.
"Gak pernah repot, kok tante." jawab Richard. "Hanya ini yang bisa saya lakukan ke tante." imbuhnya.
"Yuk, buruan makannya dihabisin." kata Yura menyela keduanya. Ia tak ingin melihat drama diantara keduanya semakin panjang setelah ini. Apalagi Mamanya yang sepertinya sangat suka dengan Richard.
Mama Yura terlihat ingin bersama dengan Richard lebih lama. Ia sangat yakin bahwa lelaki itu pacar Yura, karena jika tidak, tak mungkin ia mau membantu Yura melunasi hutang suaminya, kan?
Masalahnya, seberapa kaya Richard? Dan dia bekerja sebagai apa? Apa dia kaya karena usahanya sendiri atau karena orang tuanya?
Pertanyaan-pertanyaan seperti itu yang kini menghantui Mama Yura. Di dalam mobil berulang kali ia memerhatikan putrinya dan Richard berulang kali. Ia lalu memandang ke dirinya sendiri. Pakaiannya yang biasa, jauh dari kata mewah. Dan apa jika benar putrinya bersama dengan Richard, apakah keluarga Richard akan mau menerimanya? Rasanya tak mungkin sama sekali.
Kemudian ide gila Mama Yura muncul begitu saja dari otaknya. Ia segera mendekatkan diri ke arah Yura dan membisikkan sesuatu yang sontak membuat mata Yura membola dengan sempurna.
"Mama gila? Kenapa mama mau aku hamil duluan dengan Richard?!" kata Yura lantang yang langsung membuat Richard yang menyetir mobilnya tersebut juga kaget dan memutuskan menepikan mobilnya. Richard menoleh ke jok belakang mobil yang ia kendarai dan menatap Yura serta Mamanya bergantian yang kini menatap Richard dengan tatapan yang sangat malu. Mama Yura meringis melihat ke arah Richard.
Richard jadi salah tingkah, ia memandang ke arah depan lalu menghidupkan kembali mobilnya dan melaju meninggalkan jalan itu tanpa berkata apa-apa. Jujur, ia kaget bukan main dengan apa yang baru saja disampaikan oleh Yura. Ia benar-benar tak habis pikir dengan Mama Yura.
Usai menurunkan Mama Yura di depan rumahnya, Richard dan Yura pamit undur diri. Sebelum masuk ke dalam mobil kembali, Richard bisa melihat Mama Yura mengatakan sesuatu dengan sangat pelan sembari matanya berisyarat penuh arti sedang Yura hanya geleng-gelang kepala saja.
Karena di mobil hanya tinggal mereka berdua saja, Yura duduk di depan mendampingi Richard yang memegang alih kemudi. Sepanjang perjalanan menuju Cantika Wedding Organiser, Yura banyak diam. Ia tak tahu harus berbicara apa dan bagaimana kepada Richard. Jadi ia hanya bisa diam karena rasa malu yang bukan main membendung dirinya tersebut.
"Sorry, jadi ngerepotin lo." jawab Yura. "Gue janji akan gantiin semua uang dari lo." imbuhnya.
"Oke." jawab Richard datar. Pikirannya masih kacau dengan Mia jadi ia tak bisa fokus sama sekali dengan apa yang terjadi saat ini. Bahkan Yura seolah bukan siapa-siapa kali ini.
"Tapi gak cash, ya. Uang delapan ratus juta itu besar soalnya." kata Yura. Richard menoleh ke arahnya. Ia tahu Yura sungguh-sungguh dengan ucapannya barusan. Tatapan mata Yura terlihat sangat memohon yang membuat Richard menghela napas berat.
"Mau lo balikin cash oke. Mau lo cicil seumur hidup juga oke. Gak lo balikin juga oke kok." kata Richard yang membuat kedua bola mata Yura berkedip-kedip dengan bingung.
"Gak lucu tahu, Chad!" protes Yura yang menganggap omongab Richard lelucon. "Hari gini pinjam uang delapan ratus juta dan itu ikhlas? Ada-ada saja."
"Terserah sama lo, Yur." kata Richard tak mau ambil pusing untuk masalah sepele seperti ini. Tak berselang lama kemudian, Richard dan Yura hampir sampai di depan gedung agensi milik Mia berada. Ketika baru keluar dari mobil, mereka disambut oleh beberapa wartawan bisnis dan entertain. Seperti lebah saja, mereka kemudian mengelilingi Richard dan Yura. Dua orang itu kaget bukan main.
"Tuan Richard, apa karena nona ini jadi pernikahan anda batal dengan nona Mia?"
"Apakah anda selingkuh?"
Richard dan Yura kaget bukan main. Mereka tak pernah menyangka bahwa hilangnya Mia akan terendus begitu cepat oleh wartawan seperti ini. Siapa yang sudah membuat laporan gila seperti ini?