Chapter 2

1113 Words
"Nona Eka, hari sudah semakin malam, sebaiknya kita kembali," ajak Tuan A sopan. "Baiklah, aku juga lelah," jawab Eka santai sambil merenggangkan badannya. Angin bertiup kencang, menghentikkan langkah Eka dan Tuan A. "Kyaaaa," suara teriakan seorang wanita yang terdengar sampai di gedung Apartement Eka, walaupun hanya Eka dan Tuan A yang bisa mendengarnya. "Apa kau mendengar itu, Tuan A?" tanya Eka tajam. "Ya nona, sepertinya ada arwah jahat yang menyerang manusia," jawab Tuan A setuju. "Ayo kita ke sana," ajak Eka lalu membuat lingkaran sihir di bawahnya dan di bawah Tuan A. Tuan A hanya menganggukkan kepalanya lalu Tuan A dan Eka terbang dengan menggunakan lingkaran sihir itu sebagai pijakan. *** "Kyaaa." Suara teriakan membangunkan Dennis yang sedang tertidur pulas. Dennis langsung menyibakkan selimutnya, dan mulai mengganti bajunya menggunakan jaket kulit hitam, celana hitam, sebatu converse hitam putih, dan tidak lupa menggunakan masker untuk menutup setengah dari mukanya. "Baiklah, aku siap," ucapnya semangat lalu membuka jendela balkon kamarnya, dan berjalan sampai unjung balkon yang besar itu. (Valika, dimana asal suara itu?) tanyanya dari benak. Suara itu asalnya dari Jembatan Merah, jelas Valika. (Baik, terima kasih) ucap Dennis lalu memutuskan untuk menutup matanya, aura berwarna biru keperarakan mulai berkumpul mengelilinginya lalu di punggungnya, dan aura itu membentuk sebuah sepasang sayap, sayap yang sangat indah, sepasang sayap berwarna putih, seperti sayap malaikat. "Kita berangkat," ucapnya senang lalu mulai mengepakkan sayapnya dan terbang menuju jembatan merah. *** "Kyaaa, tolong, siapa saja tolong aku!!!" teriak seorang wanita yang menggunakan pakaian kantor di tengah jembatan merah dengan di kelilingi oleh banyak sekali arwah prajurit yang mati di jembatan merah. "Makan, makan, makan," ucap para arwah yang mendekati wanita itu. "Kyaaa." Wanita itu berteriak lalu pingsan karena terlalu takut, saat arwah-arwah itu akan menyentuh wanita itu, tiba-tiba sebuah panah aura berwarna merah muda melesat dan menusuk tangan salah satu arwah, sehingga membuat pandangan mereka teralih ke arah dua orang yang menggunakan masker untuk menutup setengah dari wajahnya. "Ayo kita bersenang-senang, Tuan A," ajak Eka lalu kembali memanah setiap arwah. Tuan A hanya menganggukkan kepala dan berlari lalu menebas setiap arwah menggunakan tongkatnya. Beberapa menit mereka melawan para arwah, tapi tidak ada habisnya, mereka terus-menerus muncul dari bawah jembatan, tuan A dan Eka pun terdesak, mereka saling membelakangi agar tidak ada yang terluka. "Bagaimana ini tuan A? Manaku sudah mulai habis," tanya Eka khawatir. "Hah ... hah ... hah ... Anda benar, mereka terus-menerus bertambah, saya rasa ada pintu yang terbuka di bawah jembatan ini," jelas Tuan A sambil terus memukul para arwah yang mendekat. Wanita tadi sudah di kirim ke rumah sakit terdekat menggunakan kekuatan berteleportasi milik Eka. "Untung saja wanita tadi sudah aku kirim, apa yang bisa kita lakukan jika sebuah pintu terbuka di bawah jembatan ini?" Ucap Eka khawatir. "Satu-satunya cara adalah menghancurkan jembatan ini," usul Tuan A. "Kita tidak mungkin menghancurkan jembatan yang bersejarah ini, apa tidak ada cara lain?" Eka semakin khawatir dengan keadaan mereka saat ini. "Ada satu cara!" teriak seseorang dari atas mereka. Eka dan tuan A langsung melihat keatas, mata mereka langsung membulat sempurna begitu melihat pria berpakaian serba hitam, berambut hitam dengan mata berwarna coklat, tapi Eka pasti tidak akan mengenalinya, karena pria itu menutup setengah wajahnya menggunakan masker hitam. Selain kemunculan pria misterius yang tiba-tiba, adalah sepasang sayap malaikat berwarna putih bersih membuat Eka dan tuan A takjub, tidak hanya Eka dan Tuan A tapi juga para arwah memandang pria misterius itu takjub. Pria itu mengangkat tangannya. "Light Thunder." Langit malam yang awalnya bersih tanpa ada awan, tiba-tiba awan mendung muncul, suara gemuru dari langit terdengar sangat keras lalu petir menyambar di sekeliling Eka dan tuan A, membuat para arwah langsung menghilang. Pria itu mendarat dengan santai lalu menghilangkan sayapnya. "Apa kalian baik-baik saja?" tanya pria itu memastikan. "Ya, kami baik-baik saja," jawab tuan A sopan. "Baguslah kalau begitu, aku lihat sepertinya kalian juga salah satu dari Indigo," ucap pria itu santai. "Ya benar, bagaimana kamu bisa tahu?" tanya Eka bingung. "Aku bisa melihat senjata kalian, seharusnya jika manusia biasa pasti tidak akan ada yang bisa melihat senjata kalian, karena senjata kalian adalah wujud penjaga kalian yang dalam bentuk senjata," jelas Dennis santai. "B-bagaimana kamu bisa tahu semuannya?" tanya Eka terkejut sekaligus bingung. "Itu tidaklah penting, sekarang akan aku jelaskan dari mana arwah-arwah ini muncul," ucap pria itu serius. "Sebenarnya tidak ada pintu yang terbuka," lanjutnya santai. "Apa?!" teriak Eka tidak percaya. "Itu tidak mungkin, karena jika ada arwah yang menyerang pasti pintu alam mereka terbuka," jelas tuan A juga tidak percaya. "Memang benar, tapi arwah-arwah ini muncul dengan sendirinya, apa kalian tidak tahu? Di dunia mereka tidak ada yang namanya aturan, jadi jika mereka ingin keluar, mereka akan keluar bagaimanapun caranya, tidak harus lewat pintu itu," jelas pria itu tajam. "Lalu bagaimana kita menghancurkan mereka?" tanya tuan A. "Kita tidak bisa menghancurkan mereka, tapi kita hanya bisa mengirim mereka semua secara langsung kembali ke dunia mereka," jelas pria itu santai lalu mengambil ancang-ancang begitu para arwah itu kembali lagi. "Aku akan mengirim mereka dalam sekali serang, tolong kalian alihkan perhatiannya," pinta pria itu sopan. ""Baik,"" ucap Eka dan tuan A secara bersama lalu berlari untuk memukul arwah yang mendekati pria misterius itu. Pria itu menutup matanya untuk berkonsentrasi. Jangan terlalu memaksakan diri jika kau tidak kuat, ucap Valika khawatir. (Tenanglah Valika, aku pasti bisa) balas pria itu santai lalu mengangkat tangannya. "Aku pemegang kunci Solomon, raja dari surga dan neraka, ikutilah perintahku dan turuti keinginanku, bukalah gerbang menuju neraka, dan kirim semua arwah jahat itu ke neraka!" teriak pria itu lalu sebuah lingkaran sihir besar muncul di atas pria itu. Lingkaran sihir itu memunculkan pintu yang sangat besar, pintu itu terlihat sangat menakutkan, pintu yang berwarna gelap dengan ukiran para manusia yang terdapat seorang wanita dibagian tengah pintu itu. Pintu itu pun terbuka sehingga membelah ukiran patung gadis itu lalu para arwah mulai tertarik kedalam, saat pintu sudah terbuka lebar, pintu kembali tertutup, pria itu langsung terduduk lemas, karena menggunakan kekuatan itu cukup menguras tenaganya. "Apa kau baik-baik saja?" tanya Eka khawatir saat berada di hadapan pria itu dan di ikuti oleh tuan A. Namun belum sempat Eka menyentuh pria itu, sudah ada sebuah pelindung yang melindungi pria itu lalu dari dalam pelindung itu pria itu mulai merasa sangat lelah, dan akhirnya ia pingsan. "Hey, hey, jangan pingsan dulu, hilangkan dulu pelindungmu, agar aku bisa menyembuhkanmu!" teriak Eka panik. "Tenanglah, anak ini baik-baik saja, dan yang mengaktifkan pelindung ini bukanlah dia tapi aku, sekarang aku akan membawanya pergi, selamat tinggal," ucap sosok Valika dingin lalu menarik tubuh pria yang pingsan itu ke dalam tanah. Tuan A dan Eka hanya bisa diam dan membulatkan matanya sempurna, karena mereka tadi tidak salah lihat, jika pelindung pria itu adalah Ratu Elf terdahulu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD