Seharian Hita sibuk meratapi nasib, menangis dan merasa bodoh. Ketika ia sudah memutuskan untuk bangkit dan berpura-pura sedang baik-baik saja, Yassa malah membuatnya kembali berprasangka buruk. "Dari pagi aku belum nulis, giliran mau nulis ada aja yang buat aku nggak konsen. Apa nggak cukup aku nangis seharian? Apa perlu juga malam ini aku nangis? Aku rasa udah kering juga air mataku ini." Hita meletakkan laptop, menyandarkan tubuhnya di badan sofa. Wanita itu menarik napas dalam-dalam menggunakan hidung, lalu mengembuskan melalui mulut. Matanya menatap ke arah jendela, tak fokus ke sana, hanya tatapan kosong yang mengisyaratkan betapa ia lelah hari ini. "Ibu, Bapak, apa aku sudah melakukan hal yang benar?" Bersuara lirih, matanya perlahan terpejam dan lalu ia membayangkan wajah kedu