Sejak pagi aku membantu Mimi menyelesaikan setumpuk pekerjaannya. Ditemani oleh Abang Biyan yang sedang manja denganku karena badannya sejak kemarin kurang enak badan. Jam di dinding sudah menunjukkan pukul 11 siang. Mas Agung telah memberiku kabar jika sudah berada diperjalanan menuju ke sekolah. Setelah makan siang nanti, dia akan langsung berangkat ke Wonosobo bersama dengan Mas Rayan. Katanya masalah yang tengah terjadi sedikit rumit, hingga kedua Cucu Eyang harus ikut turun tangan. “Bunda peyuk ...” “Iya, Sayang. Maaf ya pelukan Bunda lepas soalnya harus ambil ponsel.” Abang Biyan memanggilku dengan sebutan Bunda sejak dia bisa bicara. Ajaran dari Amma-nya. Meski aku belum punya anak aku tidak merasa risih. Justru suka karena Abang Biyan menganggapku Ibu keduanya. “Mbak Dyah mau