3. Ternyata

1042 Words
Amanda baru saja mendapatkan telepon dari sang ayah, pria tua bangka itu mengancamnya. Mengatakan bahwa jika Amanda tidak mau menikah dengan Danis, keluarga ibu Ane yang menjadi korban. Pria tua bangka itu mengancam akan membuat hidup keluarga ibu Ane menjadi menderita, sedangkan ibu Ane adalah orang yang selamat merawat Amanda dengan tulus. Mau tak mau dia harus menerima itu, ibu Ane lebih dari segalanya untuk Amanda. Dan disini Amanda berada, duduk dengan kebaya di samping Rika yang tengah berbaring tak berdaya. Tatapannya kosong tak diindahkan oleh beberapa orang di sana. Mereka terlalu bahagia dengan persetujuan dari Amanda. Selainnya berdiri sang ibu terus memberikan ceramah tak bermutu, jika Amanda boleh tukar tempat. Dia dengan suka rela menderita sakit-sakitan dan berakhir mati begitu saja daripada harus menerima pernikahan paksa ini. "Kau tak perlu cemas, dia akan memanjakanmu dengan hartanya" ujar ibunya  "Aku bukan wanita seperti mu yang haus akan harta" jawab Amanda dengan tak kalah sinis  "Kalau kau sudah mendapatkan hartanya jangan lupa berikan pada ibu, mau bagaimana aku masih ibumu"  "Diam jalang" wanita itu diam. Setelah semuanya siap penghulu datang. Pernikahan itu terjadi, doa hati harus terluka karena cinta mereka karena keegoisan seseorang yang membuat mereka merelakan bersama di atas luka menganga. "Sah"  Air mata jatuh dari kelopak mata indah milik Amanda, bukan air mata kebahagiaan melainkan air mata luka yang begitu menyayat. Amanda masih mencintai Danis begitu juga dengan Danis yang masih mencintai Amanda Semuanya bahagia kecuali dia anak manusia yang kini merasa kecewa, Danis kecewa akan dirinya lagi dan lagi tak bisa melindungi orang yang dia cintai, sedangkan Amanda kecewa dengan takdir tuhan yang selalu membuatnya jatuh pada luka.  ??? Usai pernikahan itu digelar, Amanda ikut pulang bersama Danis ke rumah milik laki-laki itu, saat perjalan tak ada suara yang dikeluarkan dari mulut keduanya. Amanda sibuk akan kesedihannya dan Danis tak tahu harus mengatakan apa. "Maaf.." lirih Danis  Amanda terkekeh, segampang itu laki-laki itu mengatakan maaf. Setelah luka yang dulu ditorehkan belum mengering lalu sekarang luka baru ditambahkan. "Diam!" Bentaknya, Amanda tak ingin lagi mengatakan apapun lagi. Tak ada lagi yang dikatakan, Danis semakin merasa bersalah. Sampai ditujuan mereka disambut oleh langkah kaki kecil. Dua orang balita berusia 4 tahun datang menghampiri mereka.  "Ayah!!" Dua balita laki-laki tadi memeluk lutut Danis dengan erat, melupakan Amanda yang berdiri di samping laki-laki itu.  Kemungkinan mereka adalah anak-anak tiri Amanda, ah seharusnya kenyataan karena Amanda sendiri sudah sah sebagai istri Danis. Mereka lahir dari rahim Rika, jika keberadaan mereka memang ada. Akankah penyataan tentang perasaan Danis padanya benar adanya.  "Ciapa dia?" Tanya salah satu dari mereka. Mendengar anak itu menanyakannya membuat Amanda gemas, seketika rasa sesak yang sedari dia pendam kini melebur entah kemana. Pipi bulat mereka membuat Amanda harus mengigit pipi dalamnya intuk menahan gemas.  "Dia manggil ibunya apa?" Bidiknya ke Danis  Danis memandang bingung Amanda. "Ahh... Manggil mama" Amanda menganggukkan kepalanya "Aku bunda kalian, haii" sapa ceria Amanda.  Gadis ini memang sangat suka dengan anak kecil, bukan hanya dua balita ini saja yang memanggilnya bunda. Tapi beberapa anak kecil yang tinggal satu gedung apartemen dengannya pun selalu memanggilnya bunda.  "Aii unda" (Hai bunda) "Gue pengen pindah, gue gak suka tinggal disini, dan gue gak mau jadi bayang-bayang istri pertama Lo" ucap Amanda dengan tiba-tiba.  Danis yang awalnya sedang bercanda dengan anaknya menatap tak percaya Amanda, apa Amanda akan menerima pernikahan ini begitu saja.  "Kita bicara nanti" Amanda menganggukkan kepalanya dan pergi  "Kamar tamu mana?" Danis menunjuk sebuah ruangan dengan pintu coklat tua Amanda langsung berjalan ke sana tanpa menengok lagi, dia ingin membersihkan tubuhnya lalu beristirahat. Pikirannya sedang tak tenang, dia harus banyak-banyak istirahat agar depresinya tam kambuh. Setelah beristirahat dan membersihkan tubuhnya, pintu kamarnya diketuk oleh seseorang. Ketika dia membukanya Amanda menemukan Danis berdiri di dengan senyuman khas milik laki-laki itu  "Bisa bicara?" Amanda membuka pintu kamarnya lebih lebar. Amanda duduk di kursi didepan meja rias sedangkan Danis duduk di sofa yang menghadap langsung ke jendela besar yang menampakkan kebun samping  "Apa yang mau dibicarakan?"  "Tentang kita" jawab Danis dengan nada santai walaupun kini hatinya sedang tak baik. "Aku pengen pernikahan kita bertahan selamanya"  "Walaupun itu tanpa cinta?" Tanya Amanda dengan memandang Danis dengan wajah seriusnya  "Cinta itu bisa tumbuh kapan saja, lagi pula cinta aku ke kamu gak berubah dari dulu hingga sekarang"  "Halah bulshit" dengus kesal Amanda  "Daripada Lo cuman umbar omongan kagak jelas mending turuti gue, gue gak pengen tinggal disini. Rika bentar lagi mati bukan tapi gue gak mau tinggal disini" Amanda terkekeh dengan ucapannya sendiri, sedangkan Danis tak bisa berkata-kata lagi. "Rika cuman kena kanker stadium 3, kemungkinan hidupnya masih besar. Dia menyuruh kita menikah karena dia ingin pisah dengan ku" lirih Danis, sedangkan Amanda menolehkan wajahnya kaget  "Maksud Lo?" Amanda menatap Danis yang sedang menatap taman. "Wah parah, jangan-jangan dia selingkuh lagi?"  "Bisa dibilang begitu, satu tahun ini dia sering keluar dan semakin jarang menemani anak-anak. Dan aku baru tau kalau selama ini dia punya pacar"  "Kasihan deh"  "Anak Lo lucu, gue suka sama mereka. Gue mau kalau jadi ibu mereka"  "Puas kalian mempermainkan anak ku?" Tanya lirih Adel. Ibu dari Danis itu masih berada di rumah sakit bersama dengan suaminya. Mereka tengah menatap sengit empat orang yang duduk santai di sana. Karena hutang yang melilit membuat keluarga Danis tak bisa berbuat apa-apa. Keluarga Danis memang salah satu orang kaya yang ada di negeri ini, tapi mereka punya masalalu yang kelam. Saat itu mereka membutuhkan uang yang sangat banyak perusahaan mereka pun belum Semaju sekarang, dan akhirnya mereka memutuskan berhutang pada ayah Rika.  "Sekarang kalian sudah bebas, anakku gak tau ingin lagi bersama dengan anak kurang ajar mu itu. Kita tak butuh lagi dengan keluarga mu. Bawa serta cucu itu, aku tak ingin mereka ikut dengan ku." Ujar ayah Rika dengan sombongnya membuat Daniel selaku ayah Danis mengepalkan tangannya erat  Mereka tak bisa pikir kalau keluarga yang selama ini mereka anggap sebagai saudara justru membuat mereka menderita, mempermainkan anaknya. "Kita pergi, aku pasti bakal menderita setelah ini. Terima kasih karena sudah memberikan Amanda yang baik hati untuk menjadi menantu ku" ucap Daniel  Daniel membawa Adel pergi dari ruangan itu, mereka berjanji setelah ini tak akan ada lagi yang tersakiti. Dan mereka juga akan dengan suka rela menjaga cucu-cucunya tanpa bantuan dari keluarga Rika. Untuk masalah perceraian mereka akan menjadi lebih cepat agar semuanya cepat usai 

Great novels start here

Download by scanning the QR code to get countless free stories and daily updated books

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD