2. Kembali terpaksa

1072 Words
Kedua sahabat Amanda mengantarkan gadis itu ke apartemen miliknya setelah gadis itu tertidur karena efek alkohol yang diminumnya tadi. Kedua orang itu menidurkan Amanda di tempat tidurnya, lalu meninggalkan apartemen gadis itu. Keesokan harinya Amanda terbangun dengan kepala yang sangat berat, dia terduduk diatas tempat tidurnya memegangi kepalanya dan mulai mengingat apa yang terjadi tadi malam, ingatannya justru jatuh pada keegoisan sang ayah yang kembali membuatnya sesak. Setelah itu barulah dia melangkahkan kakinya menuju kamar mandi dan membersihkan tubuhnya. Setelah mandi dan membersihkan tubuhnya Amanda kembali duduk di balkon apartemennya menikmati udara pagi dan berusaha mencari jalan keluar dari masalah yang sedang dia hadapi. Tatapannya begitu kosong memandang terbitnya matahari dari ketinggian apartemennya, butiran lembut embun menetes hanya sekedar membasahi lengannya Lama dia terduduk hingga waktu menunjukan pukul 06.00, Amanda mulai melangkah masuk menyiapkan menu sarapan yang akan dia makan hari ini. Semua berjalan seperti biasanya walaupun hati Amanda tengah tak tenang. Dia belum tahu rencana apa yang keluarganya siapa agar dia menerima pernikahan itu, dia cukup tahu keluarganya tak akan menyerah dengan mudah karena mereka tipikal orang yang pemaksa untuk segala keinginan putrinya. ××× Ada sekitar 5 orang yang tengah memandang tubuh wanita yang tengah terbaring lemah di ranjangnya menahan kesakitan yang dirasakan. Hampir semua merasa kasihan pada wanita itu kecuali pria yang tengah menatap datar disisi ruangan ini. "Papa, Rika mohon bujuk Amanda untuk kembali." Lirih wanita itu "Kenapa kamu terus memaksa Amanda untuk kembali sih, Rika? Tak puas kamu merebut segalanya dari gadis itu?" Jawaban menohok justru dia dapatkan dari sang suami yang menatap heran istrinya itu dari sudut ruangan ini "Cuman itu mas yang biasa aku lakuin buat nebus dosa aku ke Amanda" hembusan nafas lelah, berat menjadi satu terdengar dari pria itu. Dirinya bingung kenapa istrinya itu kekeh untuk menikahkan dia dengan adik iparnya yang tak lain adalah mantan kekasihnya sendiri. Jika harus disuruh memilih, dia memilih untuk pergi jauh daripada harus melukai hati gadis yang sangat dicintainya itu. Yaps... Selama ini dia masih mencintai masalalu nya itu, jangan kan untuk lupa bahkan dia selalu saja mengingatnya di manapun dia berada. Bayang-bayang gadis yang dulu begitu lembah lembut dalam bertutur kata, sekarang menjadi mimpi buruknya di setiap malam "Cukup!! Aku nggak mau melukai Amanda kembali, Rika. Jika kamu ingin minta maaf, meminta maaflah dengan benar bukan dengan cara seperti ini. Dia sudah cukup menderita saat ini. Jadi, aku mohon jangan tambah penderitaannya lagi" pria itu berdiri dari duduknya berjalan meninggalkan ruangan itu. Dia berjalan menyusuri lorong panjang rumah sakit yang mengarahkannya ke taman belakang rumah sakit elit ini, pria itu berusaha meredam amarahnya dari dalam dirinya. Tanpa sadar amarahnya itu justru berubah menjadi isakan kecil ketika ingatan menarik dirinya ke masa lalu. Dimana dirinya dengan tega meninggalkan gadis yang disayanginya ditengah derasnya hujan, meninggalkan tubuh gadis itu dibasahi dengan derasnya air yang mengalir. Kemudian dia ditarik dimana dia kembali menghancurkan gadisnya dengan perjodohan yang kedua orangtuanya telah rencanakan "Hai..." Lamunan pria itu tersadar ketika seorang pria paruh baya menyapanya, dengan segara dia menghapus sudut matanya yang berair "Nama kamu siapa?" Tanya pria itu "Nama saya Danis pak, bapak siapa ya?" pria paruh baya itu mengangguk singkat "Saya Imam, sedih sekali kelihatannya..." Danis tersenyum canggung. "Mau bercerita, sekalipun saya tak bisa memberi solusi setidaknya kamu bisa lebih tenang dan tegar" Danis menarik dan menghembuskan nafas beratnya kembali menatap ke depan dan mulai bercerita sedikit demi sedikit. Di taman kota yang mulai sepi pengunjung ini ada dua insan manusia yang tengah berhadapan, sang gadis tengah menatap nanar kekasihnya itu "Maksud kakak apa? Aku punya salah sama kakak?" Isakan kecil mulai terdengar dari gadis itu "Maaf, maaf. Aku nggak biasa Alma. Kita harus mengakhiri kisah ini, aku nggak mau melihat kamu tersakiti lagi" jawab sang kekasih yang justru membuat gadis itu sakit "Kenapa?! Kenapa kak?!! Apa alasan kamu ninggalin aku!!" Suara gadis itu mulai meninggi dibarengi dengan tetesan air hujan "Nggak kamu nggak salah apa-apa, aku yang salah. Aku pergi Alma jaga dirimu baik-baik" pemuda itu mulai melangkah kakinya meninggalkan sang gadis yang masih menatapnya tak percaya dengan air mata yang terus saja mengalir dari kelopak matanya Dengan cepat gadis itu mengejar pemuda itu, menghentikan langkahnya dengan memeluk pinggang pemuda itu. Danis  juga menundukkan kepalanya berusaha agar tetap tegar berharap gadis itu akan bisa ikhlas dengan kepergiannya. Perlahan-lahan pemuda itu mulai melepaskan tangan gadis yang tengah melingkar dipinggangnya. Setelah terlepas barulah dia berjalan cepat meninggalkan gadis itu ditengah derasnya hujan. Danis menceritakan semuanya kepada pria paruh baya bernama Imam itu, padahal jika diingat Danis sendiri sosok pria yang jarang sekali menceritakan kisah hidupnya pada orang lain. Persetan dengan itu disisi hatinya sedikit lega setelah menceritakan itu, pria paruh baya yang sedari tadi mendengarkan cerita itu hanya mengangguk singkat "Kamu pria yang hebat nak. Jika kamu masih sayang kepada gadis itu maka perjuangkan dengan cara apapun. Tapi bukan dengan cara yang istri kamu minta, itu justru semakin menyakiti gadis mu itu" Danis menghembuskan nafas panjangnya, berharap kepada Tuhan agar bebannya biasa terangkat dengan mudah "Saya juga berharap seperti itu, pak. Tapi semua keluarga saya dan mertua saya berusaha menekan dan memaksakan kehendaknya kepada kami. Jujur saya juga sakit ketika melihat dia menangis ataupun terluka kembali" Danis menundukkan kepalanya "Kamu serahkan semua ini kepada Tuhan ya, nak. Bapak yakin bahwa gadis itu juga masih sangat mencintai kamu. Kalian sama-sama kuat menghadapi cobaan ini. Semoga kalian biasa cepat bersatu ya. Bapak pamit dulu ya nak, lain waktu kita bertemu dan bercerita lagi" pria paruh baya itu berdiri dan memeluk tubuh Dani memberikan kehangatan kepada pria ini. Setelah itu Danis juga ikut bangkit dan kembali keruang rawat istrinya. Sesampainya dia ruang rawat itu dia menemukan keluarganya yang tengah tersenyum cerah kepadanya, entah apa saja yang terjadi. "Cepat nikahkan mereka pah jika Amanda nya sudah setuju" Danis mengerutkan dahinya berusaha mencerna apa yang tengah terjadi "Maksudnya?" Dia menatap wajah istrinya yang tengah berseri-seri itu "Amanda setuju untuk menikah dengan kamu besok" jawabnya dengan nada ceria yang wanita itu tunjukan layaknya petir yang menyambar dengan keras relung hatinya. Dia memejamkan matanya sejenak mencoba mencerna apa yang terjadi, tapi lagi-lagi pikirannya tak mampu mencerna itu semua. Danis mengepalkan tangannya kuat, ingin sekali dia memukul dengan keras mereka. Tatapan tajam Danis tak terelakkan, ayah dua anak kembar itu menghembuskan nafas lelahnya seraya berkata "Lebih baik kita bercerai, aku lebih kasihan kepada Alma yang kini terluka hatinya daripada kamu yang terbaring di sini" ucapnya pelan tapi penuh dengan penekanan. Dia segera meninggalkan ruangan utu End... ____-__________
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD