Tempat dan waktu yang salah

1021 Words
Dira dan Arka jalan beriringan di lobby kantor menuju parkiran mobil Arka, gerak gerik mereka berdua tidak lepas dari pandangan para karyawan yang sama-sama keluar makan siang karena memang sedang jam istirahat. Dira bahkan sempat dengar suara salah satu karyawannya yang bilang mereka cocok, ceweknya cantik cowonya ganteng dan mereka pasangan serasi, sontak membuat pipi dira merah karena menahan rasa senang campur malu. jangan tanya ekspresi Arka, sepanjang jalan wajahnya datar tanpa ekspresi memang seperti itu dia kalau ditempat umum. *** Tiba di Cafe Eleanor, arka tidak bisa parkir didepan cafe karena jam istirahat kondisi cafe penuh, akhirnya arka parkir di seberang cafe. Turun dari mobil Arka juga membukakan pintu mobil untuk Dira. Karena posisi parkiran mobil di seberang cafe dan mereka harus menyeberang jalan raya yg cukup ramai kendaraan lalu lalang, Arka langsung menggenggam tangan Dira, menuntunnya untuk menyeberang jalan. DEG ... hati Dira berdesir saat tangan kekar Arka menggenggam jari jemari tangan Dira dengan lembut. Sampai depan cafe, Arka juga membukaan pintu cafe dan membiarkan Dira masuk terlebih dahulu. *** Karena sering ke cafe ini dira langsung tahu spot meja yang pass enak untuk makan sambil ngobrol, pemandangannya bagus, dan tidak terlalu sering dilewati banyak orang. "Kamu pernah kesini?" Tanya aarka, dan menarik bangku untuk Dira duduk. "Hmmm ..." omongan Dira terpotong karena salah satu pelayan cafe menghampiri meja Dira dan Arka untuk memberikan buku menu, karena merasa kenal dengan Dira, pelayan tersebut langsung menyapa Dira. "Mba Dira, kemana aja ... lama banget ga kesini. Ditanyain pak axel mulu loh mba, kata pak Axel kalau mba dira datang langsung kasih tau pak Axel." Ucap pelayan tersebut tanpa jeda dan tidak lihat kondisi. Mata Dira langsung melotot dan tangannya melambai bermaksud untuk bilang stop jangan ngomongin Axel saat ini dan jangan beri tahu Axel kalau Dira ada di cafe ini. Arka bingung melihat kelakuan Dira seperti itu, dia melihat seakan Dura berusaha memberi kode pada pelayan tersebut tapi si pelayan tidak engeh. Tidak jauh dari meja mereka duduk dan hendak memesan makanan, tiba-tiba terdengar pintu suatu ruangan terbuka dengan kasar, keluar seorang pria dengan wajah marah, dibelakangnya ada seorang wanita yang teriak-teriak marah, sepertinya mereka tengah bertengkar. Apa ga malu bertengkar dimuka umum seperti ini saat cafe sedang ramai. "Pak Axel ... mba dira disini," teriak pelayan itu Membuat Axel menoleh, dan Dira malah tutup muka dengan kedua tangannya. Dengan melihat punggung Dira saja Axel bisa tau kalau wanita yang sedang duduk membelakangi dirinya itu adalah Dira, cinta pertama Axel, membuat Axel gagal move on. Axel jalan mendekati meja dira, dibelakangnya wanita itu ikutan mengejar langkah Axel. "Dira ..." wajah marah Axel berubah menjadi sendu menatap Dira saat menyapa. "Hai ..." sapa Dira dengan senyum terpaksanya. Bbbbrraaakkk!!! ... suara meja dipukul dengan tangan wanita itu sangat kencang sampai menjadi pusat pehatian bebetapa tamu. "Ini nih wanita berengsek ... cinta pertama kamu mas, yang bikin kamu gagal move on dan kamu ga bisa terima pernikahan kita hah?" Tanya istri Axel dengan emosi tingkat dewa "Dan loe ... kenapa loe kesini?ga ada cafe lain yang bisa loe datengin?mau coba goda mas Axel lagi?, mas axel itu sekarang sudah jadi suami gue, loe mau ngerebut suami orang yah? dasar pelakor!" tudingan demi tudingan diberikan istri Axel ke Dira. Axel coba menahan istrinya untuk menjaga sikapnya tapi tidak digubris. Kondisi cafe yang ramai membuat mata semua pengunjung cafe ke arah Dira, padahal tudingan itu tidak benar. Arka yang sedari tadi menahan emosinya melihat Dira dimaki-maki tapi dira diam saja, karena lawannya wanita, Arka tidak bisa pakai kekerasan. Cukup lama Arka menahan amarahnya sampai pada puncaknya wanita itu meenuding Dira sebagai pelakor, Arka tidak tinggal diam. "DIAAAMMM! atau anda saya tuntut dengan pasal pencemaran nama baik dan perbuatan tidak menyenangkan terhadap calon istri saya." Ancam Arka, mengeluarkan semua amarah yang ditahannya dari tadi, membuat semua hening, wajah wanita itu pun menjadi pucat mendengar ancaman Arka dan melihat wajah dingin Arka. "Saya yang mengajak Dira kesini karena tidak tahu kalau cafe ini milik suami anda, dan saya tidak kenal kalian." Ucap Arka lagi "Halahhh bohong, masa calon suami ga tau mantan pacar calon istrinya, masa ga tau nama cafe ini pakai nama calon istrinya," istri Axel masih bersikeras bela diri. "Cukup! Saya harap anda bisa klarifikasi sekarang juga, tarik semua ucapan anda dan mengaku bahwa anda salah menuduh Dira seperti tadi ... minta maaf dengan suara keras seperti anda tadi teriak-teriak sampai kita semua jadi bahan tontonan pelanggan. Lakukan sekarang atau saya hubungi pengacara saya untuk urus laporan gugatan," perintah Arka. "Atas nama istri saya, saya meminta maaf karena kejadian tadi, ini semua hanya salah paham, dira tidak seperti yang istri saya tuduhkan, sekali lagi saya minta maaf," Axel angkat bicara meminta maaf. "Saya minta istri anda yang minta maaf bukan anda!" Arka murka dan hendak maju menghajar Axel, tapi ditahan sama Dira yang tiba-tiba memeluk Arka, Dira menatap Arka serta menggelengkan kepalanya memberitahu kalau Arka tidak perlu melakukan kekerasan disana. Tatapan mata, pelukan Dira dapat menurunkan emosi Arka saat itu juga. Kalau saja tidak ada Dira disana mungkin Axel sudah habis dihajar Arka. "Sssttt! it's ok bang, sama aja, dia sudah minta maaf mewakili istrinya, karena apapun yang istrinya lakukan adalah tanggung jawabnya sebagai suami." Ucap Dira. "Dan kalian berdua, pulanglah!" menunjuk axel dan istrinya dengan dagu "Selesaikan masalah kalian dirumah, bukan ditempat umum seperti ini, jangan pernah libatkan orang lain dalam hubungan kalian, jangan pernah menyalahkan orang lain," ucap Arka tegas. Arka membalas pelukan dira dengan mengusap punggung dan mengecup puncak kepala Dira menengkannya. Arka tau pasti hati Dira sakit. Axel yang melihat mereka seperti itu hanya bisa memandangnya dengan wajah menyesal, ya sangat menyesal karena seharusnya dirinya lah yang berada disana, dulu dia pernah berada disana, dalam pelukan hangat Dira pernah Axel rasakan ketika menjadi tunangannya dulu. Ingin rasanya Axel mengulang masa lalu dan memperbaikinya, tapi rasanya itu sudah tidak mungkin pikir Axel. Biarlah itu menjadi pembelajaran untuk dirinya. "Di, aku mau bil-" kata-kata Axel terhenti karena melihat kepala dira yang menggeleng. "Tidak ada lagi yang perlu kita bahas, eL." jawab Dira dengan senyum. Dira mengambil tasnya yang berada dimeja lalu mengajak Arka pergi dari sana, selera makan siang mereka langsung hilang seketika.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD