Level Kesedihan yang Berbeda.

1436 Words
Melihat air mata Pak Car yang mengalir membasahi kebaya unguku. Aku jadi menyadari, ternyata beban hidup tidak hanya melingkari kehidupan orang yang tidak punya apa-apa seperti diriku, tetapi beban hidup itu bisa juga menghampiri orang yang memiliki segalanya seperti Pak Car. Meskipun dia mempunyai perusahaan berasset jutaan dollar, memiliki villa mewah di Rancamaya dengan luas puluhan hektare dan bisa menghabiskan uang puluhan juta hanya untuk memesan seorang wanita penghibur seperti diriku,tetap membuat seorang Pak Car menangis begitu pedih. Kesedihan itu memang tidak pandang bulu. bukan hanya untuk orang miskin tapi juga untuk orang kaya , hanya mungkin levelnya berbeda-beda. Untuk orang miskin taraf sedihnya bisa sampai level sepuluh baru si miskin akan menangis tapi untuk orang kaya seperti Pak Car, level satu aja sudah bisa membuatnya menumpahkan air mata. Apakah benar seperti itu? Aku jadi ingin mendengar cerita Pak Car, apa yang membuatnya sangat sedih sempai mengeluarkan air mata, apakah kesedihannya sama dengan ketika aku mengeluarkan air mata. Terakhir kali aku menagis tersedu-sedu adalah ketika mendengar Kak Di yang terdiagnonis HIV, juga saat aku berbicara dengan klient yang membeli keperawananku. Setelah pindah ke Jakarta, air mataku sepertinya telah kering dan aku jarang menangis lagi, mungkin karena sudah kebal dengan pahit getirnya hidup ini. Aku masih duduk di pangkuan Pak Car dan membiarkannya memelukku erat. Ini adalah pertama kalinya kami dalam posisi sedemikian intim. Saling memeluk dan aku duduk di pangkuannya. Beberapa saat kemudian, dia tampak menghela nafasnya dan mulai bercerita. " Aku hanya tinggal berdua dengan istriku di Singapura. Kami memutuskan untuk pindah ke Singapura karena istriku sakit. Mulanya aku pikir, istriku sedih dan depresi karena anak sulungku meninggal dunia..." " Meninggal? Sakit Pak?" Tanyaku memotong ceritanya " Tidak.. Anakku dua-duanya cewek. Putri sulungku meninggal karena di bunuh lelaki selingkuhannya di villa kami di Bali. Tapi aku tidak tahu kenapa dia di bunuh? Selingkuhannya sama sekali tidak mau mengatakan bahkan saat sidang, selingkuhannya itu diam seribu bahasa dan menerima saja semua hukumannya." " Berarti saat itu dia sudah menikah dan punya anak? Kata Bapak dia dibunuh lelaki selingkuhannya." " Ya.. Anakku dua-duanya suka selingkuh meskipun sudah punya suami dan anak. Aku tidak pernah bertanya pada mereka mengapa mereka sangat suka selingkuh. Mungkin sifat buruk mereka itu karena aku dan istriku salah didik, terlalu memanjakan mereka dan memenuhi semua permintaan mereka dari kecil sampai dewasa. Jadi mereka selalu bertindak sesuka hati, tak pernah ada empati dan kedua anakku itu selalu saling meributkan harta. Padahal saat mereka menikah hadiah pernikahnnya adalah masing-masing dapat satu pabrik untuk mereka kelola bersama suaminya. Tapi keduanya itu selalu ribut ingin mendapatkan bagian yang menjadi milikku. Mereka tidak pikir, bagian milikku ini harus aku kelola sendiri untuk aku pergunakan di masa tuaku. Sejak kakaknya meninggal, adiknya makin serakah, dia ingin menguasai bagian harta kakaknya, padahal kan kakaknya punya anak, yaitu cucuku. Kasihan cucu kesayanganku itu. Hidupnya tidak lagi tenang sejak mamanya meninggal saat dia berumur 10 tahun. Papanya kawin lagi dan dia punya seorang adik perempuan tiri. Dulu itu cucuku sempat depresi karena merasa dia tidak ada tempat di rumahnya lagi, sejak papanya menikah. Dia merasa tidak di cintai. Melihat dirinya yang depresi, saat dia berumur 11 tahun, setahun setelah mamanya meninggal, cucuku aku ajak tinggal bersamaku dan neneknya di Singapura. Jadi saat itu aku merawat dua orang depresi yaitu istriku dan cucuku." Kata Pak Car " Aku juga hidupku berubah saat aku usia 10 tahun. Hidupku jadi gelap gulita . Mamaku juga depresi Pak, makanya dia sekarang tinggal di Klinik Rehabilitasi Mental di Bogor." Kataku membuka diri, menceritakan kisah hidupku walau sepenggal untuk memberi Pak Car kekuatan. Bukankah bila dia mendengar hidupku yang juga penuh penderitaan , dia akan merasa hidupnya lebih baik. " Oh.. makanya kamu bisa jadi wanita penghibur ya?" Tanyanya kini sambil membelai punggungku dengan penuh kasih sayang. Tidak sedikitpun gesturenya menunjukkan dia berniat tidak sopan. Aku mengangguk " Bapak masih mau cerita? Atau kita sudahi saja, kalau Bapak merasa terlalu berat?" " Aku mau cerita Bee. Sudah terlalu lama aku memendam permasalahan keluargaku ini. Rasanya hatiku sangat penuh. Persoalan ini uda kupendam bertahun-tahun, bayangkan dari cucuku umur 10 tahun sampai sekarang dia sudah 30 tahun. Berarti bebanku sudah 20 tahun." Kata Pak Car menghela nafas. " Apakah cucu Bapak masih depresi?" Tanyaku " Nggak, hanya setahun dia depresi. Dia ditangani psikiater anak paling pintar di Singapura. Terus mungkin karena jauh dari keluarganya dan tinggal bersama diriku, dia tidak lagi merasa tidak dicintai. Dia baik- baik saja setelah itu. Sekolah di Singapura, lalu kuliah di London dan tidak mau pulang lagi sejak tamat kuliah. Jadi menjawab pertanyaanmu yang menyuruh aku pensiun dan hanya menemani istriku di Singapura tidak bisa aku lakukan pertama karena cucuku yang harusnya jadi pewaris tidak mau pulang. Dia lebih nyaman tinggal di Paris saat ini. Kedua, aku tidak mau mewarisi perusahaan pada anakku yang bungsu , karena dia sudah mendapat hak warisannya dulu, satu buah pabrik elektronik yang benilai ratusan milyar. Dia juga anak yang tidak berbakti, setelah mendapatkan bagian warisannya, dia tidak pernah sekalipun datang melihat mamanya yang sakit di Singapura. Dia memang culas, apalagi dapat suami yang sama culasnya dan hanya bisa jadi parasit. Jadi lengkap sudah. Aku sudah tidak menganggapnya anak. Harapanku adalah cucuku satu-satunya itu. Aku ingin dia pulang kembali dan tidak seterusnya tinggal di Eropah. Aku sekarang hanya khawatir pada istriku Bee. Kalau misalnya aku meninggal duluan. Siapa yang mengurusnya? Sekarang ini, semua kebutuhannya aku yang sediakan. Perawatnya, tukang masak dan pembantu di rumah kami di Singapura semua aku yang atur karena istriku tidak bisa berbuat apa-apa karena dementianya." Kata Pak Carr " Jadi awalnya depresi ya Pak? Lalu jadi dementia?" Tanyaku " Iya awalnya dia depresi karena putri kami mati dibunuh, lalu memberat dan menjadi dementia permanen. Kadang dia ingat aku, kadang lupa.Demikian juga dengan anak-anakku kadang dia ingat, kadang dia tidak ingat. Istriku malah berpikir, cucuku itu anaknya. Jadi dia sangat sayang pada cucu lelakiku itu. Waktu cucuku masih bersekolah di Singapura, keadan istriku tidak separah sekarang. Sejak cucuku kuliah di London dan tak pernah pulang-pulang, istriku keadaannya makin parah." Kata Pak Car. " Berarti satu-satunya yang bisa memecahkan permasalahan Bapak adalah Sang cucu." Kataku. Seperti aku dulu, satu-satunya permasalahan yang bisa memecahkan masalahku saat dulu itu adalah menjual keperawananku untuk mendapatkan uang cepat agar kami bisa pindah dari Sintai dan membentuk hidup baru yang semakin baik dari tahun ke tahun. Aku yakin, kalau cucu Pak Car pulang, semua permasalahan akan selesai. Pak Car tidak perlu lagi bekerja. Warisan bisa diberikan kepadanya , dia yang menerusi usaha kakeknya dan dia juga bisa menjaga nenek dan kakeknya. Mungkin keadaan neneknya akan membaik bila cucunya pulang untuk menemaninya. Pak Car menggeleng-gelengkan kepalanya " Dia nggak mungkin mau pulang." Katanya dengan suara lirih. " Bujuk Pak atau dengan white lies yang membuatnya mau pulang?" "Maksudmu White lies itu bagaimana?" Tanya Pak Car. " Ya bapak bisa aja berbohong, pura-pura sakit atau pura-pura neneknya yang sakit atau cara apapun itu untuk membohonginya supaya pulang. Aku yakin, Bapak pasti bisa dapat cara untuk membuatnya pulang ke Indonesia ataupun Singapura. Yang penting pulang. Biar Pak Car bisa pensiun dan nggak usah khawatir kalau misalnya Pak Car meninggal duluan. Biar istri bapak tetap ada yang merawat, karena cucu kesayangan sudah pulang kembali." Kataku Pak Car tampak termenung, dia sepertinya sedang memikirkan usulku. Lalu dia berkata " Aku akan memikirkan usulmu, Bee. Memang hanya cucuku yang bisa menyelesaikan permasalahan kami. Kalau dia pulang dan mau mewarisi perusahaan, aku bisa pensiun dan fokus menemani istriku. Dan mungkin istriku keadaannya bisa membaik kalau cucuku pulang. " " Jadi dia nggak pernah pulang Pak, selama berpuluh tahun ini?" Tanyaku heran. " Dua tahun lalu dia pernah ke Singapura. tapi dalam rangka lomba masak antar Chef . Oh ya cucuku itu seorang Chef , dia punya restaurant sendiri di Paris dekat Lafayette." Kata Pak Car " Aku nggak tahu pak, Lafayette Paris di mana? Aku tahunya hanya Paris Van Java." Kataku, pindah duduk dari pangkuan Pak Car " Paris Van Java itu di mana?" Tanya Pak Car " Bandung." Jawabku tertawa. Pak Car juga ikut tertawa. Dia sudah kelihatan sudah rileks. " Jadi terakhir Bapak ketemu dia dua tahun yang lalu?" "Malah nggak ketemu, karena aku ke tambangku di Kalimantan dan dia ke Singapura. itupun hanya dua jam kata pembantuku. Dia datang menjenguk neneknya." Kata Pak Car sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Dan pembicaraan malam itu kami lanjutkan sampai malam . Saling menghibur dan saling berbincang. Seminggu di Rancamaya, kami habiskan untuk bersantai. Pak Car mengajariku bermain golf . Aku berenang dan beliau berjemur. Kalau malam kami membaca buku di perpustakaan pribadi Pak Car . Ketika seminggu berlalu kami pun berpisah dan Pak Car berjanji akan memesanku lagi, bila dia ke Jakarta.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD